Kehamilan Ektopik, Ketika Sel Telur Tumbuh di Luar Rahim
Sel telur dapat tumbuh di luar rahim dan berakibat fatal. Hati-hati ya, Ma!
2 Maret 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Terjadinya kehamilan membutuhkan sejumlah proses. Sel telur yang telah dibuahi berjalan menuju rahim, dan menempel di dinding rahim.
Setelah sel telur sudah menempel di dinding rahim, barulah kehamilan normal bisa terjadi.
Namun dalam beberapa kasus, ‘perjalanan’ sel telur ini bisa mengalami hambatan dan akhirnya membuat sel telur menempel di tempat lain selain rahim. Kondisi inilah yang disebut kehamilan ektopik.
Dilansir dari laman Healthline, American Academy of Family Physicians (AAFP) mencatat bahwa kasus kehamilan ektopik terjadi pada sekitar 1 dari setiap 50 kehamilan.
Pada kasus kehamilan ini, sel telur yang telah dibuahi bisa menempel pada rongga perut, leher rahim, atau yang paling banyak terjadi adalah di saluran tuba (tuba falopi).
Karena menempel bukan pada rahim sebagaimana mestinya, sel telur tidak akan bisa berkembang dengan baik.
Maka, kehamilan pun tidak bisa dipertahankan dan harus segera ditangani medis.
1. Perempuan yang berisiko mengalami kehamilan ektopik
Pada dasarnya, semua perempuan yang sudah aktif berhubungan seksual berisiko mengalami kehamilan ektopik. Namun, risiko bisa semakin meningkat jika kamu memiliki riwayat kesehatan seperti berikut:
- Mengalami infeksi atau pembengkakkan pada tuba falopi, sehingga saluran tuba akan tersumbat. Hal inilah yang menyebabkan ‘perjalanan’ sel telur menuju rahim terhambat, sehingga menempel di saluran tuba.
- Jaringan parut pada saluran tuba yang terbentuk akibat infeksi atau prosedur tindakan operasi sebelumnya juga dapat menghambat pergerakan sel telur.
- Kelainan struktural dari bentuk saluran tuba.
- Pernah mengalami kehamilan ektopik sebelumnya.
- Pernah melakukan tindakan operasi pada panggul atau perut.
- Kehamilan di usia 35-44 tahun.
- Penderita radang panggul.
- Penderita Endometriosis
- Merokok
- Penggunaan obat kesuburan
- Pernah mengalami penyakit menular seksual
Jika kamu memiliki riwayat kesehatan tersebut, konsultasikan segera pada dokter kandungan untuk meminimalisir risiko terjadinya kehamilan ektopik.
Editors' Pick
2. Gejala yang mirip dengan kehamilan normal
Pada awalnya, kehamilan ektopik akan menunjukkan gejala yang mirip dengan kehamilan yang normal. Mulai dari mual, sering buang air besar, nyeri pada payudara, dan lainnya.
Tetapi yang perlu diwaspadai adalah kehamilan ini bisa pecah sewaktu-waktu.
Saat kehamilan ektopik pecah, perdarahan akan terjadi di bawah diafragma.
Kondisi darurat ini ditandai dengan rasa nyeri yang tajam di bagian panggul, perut, atau bahu dan leher.
Kamu juga bisa mengalami perdarahan berat atau ringan, meskipun pada beberapa kasus perdarahan tidak dapat keluar. Beberapa penderita juga merasakan mual, lemah, pusing, hingga tak sadarkan diri.
Jika kondisi tersebut terjadi, segera hubungi dokter untuk penanganan medis, terutama jika sudah terjadi rasa nyeri dan perdarahan.
Perlu diketahui, kehamilan ektopik yang sudah pecah bisa mengancam nyawa.
3. Cara mendiagnosis kehamilan ektopik
Jika kamu melakukan tes kehamilan menggunakan testpack, tanda positif akan tetap muncul, sama seperti kehamilan normal.
Kasus kehamilan ektopik umumnya baru bisa terdeteksi setelah kamu melakukan pemeriksaan medis dengan dokter kandungan.
Dokter akan melakukan ultrasonografi (USG) transvaginal untuk memastikan ada atau tidaknya kantung janin di dalam rahim. Dokter juga akan melakukan pemeriksaan darah untuk mengukur kadar hormon kehamilan hCG dan progesteron.
Jika hormon kehamilan rendah dan tidak terdapat kantung janin di dalam rahim, besar kemungkinan kamu mengalami kehamilan ektopik.
Baca juga: Apa Itu Kehamilan Ektopik Terganggu dan Bagaimana Cara Penanganannya?
Beberapa kasus kehamilan ektopik baru terdeteksi saat kehamilan sudah pecah dan mengalami keluhan.
4. Penanganan kehamilan ektopik
Meski tetap tumbuh, kehamilan ektopik tidak bisa dipertahankan. Jika belum dalam kondisi darurat dan aman, dokter akan menganjurkan pemberian suntikan metotreksat yang memungkinkan tubuh menyerap jaringan kehamilan, tanpa harus merusak saluran tuba melalui operasi.
Namun sebelum melakukan prosedur ini dokter perlu melakukan tes darah terlebih dahulu, untuk memastikan apakah prosedur ini aman dan efektif bagi kamu.
Suntikan ini juga dapat diberikan jika usia kehamilan masih sangat awal.
Jika kehamilan sudah pecah dan terjadi perdarahan, operasi darurat perlu dilakukan segera untuk membuang jaringan ektopik.
Operasi laparoskopi atau laparotomi akan dilakukan, tergantung dari kondisi Mama.
5. Peluang kehamilan berikutnya pasca ektopik
Semua perempuan yang pernah hamil ektopik masih bisa berpeluang untuk mendapatkan kehamilan yang sehat, jika kedua saluran tuba masih utuh atau hanya tinggal satu.
Namun jika kamu memiliki masalah reproduksi sebelumnya, risiko kehamilan ektopik bisa kembali terjadi.
Sebelum hamil lagi, periksakan terlebih dahulu kesuburan dan kesehatan reproduksimu untuk meminimalisir risiko terjadinya kehamilan ektopik kedua. Jika kedua saluran tubamu sudah rusak, kamu bisa pertimbangkan program IVF untuk kehamilan berikutnya.
Baca juga: Cek Risiko Jarak Kehamilan Terlalu Dekat Sebelum Memutuskan Hamil Lagi