Pengaruh Usia pada Kesuburan Pria
Usia tambah tua, apakah kesuburan calon Papa juga menurun?
22 Juni 2018
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bagi perempuan, usia memang sangat memengaruhi kesuburan. Seiring bertambahnya usia, kesuburan juga ikut menurun. Ternyata, hal ini tidak dialami perempuan saja. Pria juga memiliki waktu biologisnya lho, Ma.
Kapan Puncak Kesuburan Pria dan Kapan Bisa Menurun?
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Soroka di Israel melihat kualitas air mani pada laki-laki normal dan membandingkan kuantitas dan kualitas air mani dengan faktor usia laki-laki.
Studi ini mengamati semua analisis semen, termasuk seberapa sering mereka berhubungan seks. Hal ini penting untuk dipertimbangkan karena pantangan hubungan seksual dapat menurunkan kualitas air mani. Aktivitas seks yang lebih sering bisa membuat sperma lebih sehat.
Para peneliti menemukan bahwa kuantitas air mani akan memuncak antara usia 30 dan 35 tahun. Dalam spektrum lain, secara keseluruhan kuantitas sperma diketahui berada di titik terendah setelah pria menginjak usia 55 tahun.
Baca Juga: Stres Jangka Panjang pada Pria Bisa Merusak Produksi Sperma
Baca Juga: Bahaya Rokok Terhadap Kesehatan Sperma dan Kesuburan Pria
Baca Juga: Awas! 7 Makanan Ini Bisa Membunuh Sperma!
Baca Juga: Begini Lho Kondisi Sperma Berkualitas Agar Peluang Hamil Meningkat
Baca Juga: Meningkatkan Kesehatan Sperma dengan Lakukan 7 Cara Ini!
Editors' Pick
Kemampuan Berenang Sperma Menurun di Usia Tua
Penelitian ini juga menemukan bahwa motilitas sperma berubah seiring bertambahnya usia. Motilitas sperma adalah seberapa baik sperma berenang menuju sel telur.
Motilitas sperma yang paling baik berada sebelum pria menginjak usia 25 tahun dan terendah setelah mereka menginjak usia 55 tahun.
Bahkan, ketika membandingkan jumlah sperma yang berenang dengan baik pada pria yang berusia antara 30 hingga 35 tahun, dengan pria di atas usia 55 tahun, motilitas sperma diketahui menurun hingga 54 persen.
Risiko Masalah Genetik Meningkat pada Pria di Usia Tua
Selain air mani memiliki kualitas yang rendah, usia juga mempengaruhi kualitas genetik sperma laki-laki.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Lawrence Livermore National Laboratory (LLNL) dan University of California di Berkeley, para peneliti menemukan bahwa kecacatan genetik dalam sperma meningkat seiring bertambahnya usia pria.
Cacat genetik pada sperma ini dapat menyebabkan beberapa hal, di antaranya:
- Kesuburan menurun.
- Meningkatkan risiko keguguran.
- Peningkatan risiko kematian bayi saat lahir.
- Peningkatan risiko beberapa kasus cacat lahir.
Para ilmuwan melaporkan bahwa pria yang lebih tua tidak hanya berisiko mengalami infertilitas. Mereka juga lebih berisiko mewariskan masalah genetik kepada anak-anak mereka.
Kombinasi faktor usia tua pada perempuan dan pria juga bisa semakin meningkatkan risiko cacat lahir pada bayi. Contohnya risiko Down Syndrome. Pada perempuan, risiko memiliki anak dengan Down Syndrome akan meningkat seiring bertambahnya usia.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan terhadap lebih dari 3.000 anak, para peneliti menemukan bahwa ketika seorang perempuan berusia 35 tahun atau lebih tua, usia pria yang lebih tua juga membawa pengaruh lebih besar.
Hal ini juga berlaku jika perempuan berusia 40 tahun atau lebih tua. Dalam kelompok ini, 50 persen anak-anak dengan Down Syndrome mewarisi cacat genetik dari ayah mereka.
Down syndrome bukan satu-satunya risiko yang meningkat karena pengaruh usia ayah. Calon ayah yang usianya lebih tua juga cenderung memiliki anak dengan berbagai gangguan, seperti berikut:
- Autisme
- Gangguan bipolar
- Skizofrenia
- Achondroplasia
- Leukemia pada masa kanak-kanak
Pertimbangkan Usia Pasangan
Dibutuhkan kerjasama dari dua belah pihak dalam merencanakan kehamilan bayi yang sehat. Selain usia pria atau perempuan itu sendiri, ternyata selisih usia di antara kedua pasangan juga menjadi pertimbangan.
Sebuah penelitian yang mengamati 782 pasangan, meneliti kemungkinan konsepsi berdasarkan usia dan apakah mereka melakukan hubungan seks pada hari yang paling subur. Mereka menemukan adanya penurunan kesuburan yang signifikan berdasarkan usia perempuan dan selisih usia antara kedua pasangan.
Untuk perempuan yang berusia 19 hingga 26 tahun, mereka memiliki peluang 50 persen untuk hamil pada masa subur mereka sendiri. Sedangkan bagi perempuan berusia 35 hingga 39 tahun, hanya memiliki 29 persen peluang kehamilan.
Namun, yang paling menarik di sini adalah dampak pada selisih usia pria. Untuk perempuan yang berusia 35 hingga 39 tahun, jika pasangannya berusia lima tahun lebih tua atau lebih dari usia perempuan, peluang keberhasilan kehamilan mereka bisa menurun menjadi 15 persen.
Usia seorang pria memang penting. Meski tidak begitu signifikan seperti pada perempuan, usia ayah yang lebih tua tetap menjadi hal yang harus diperhatikan.