Stres Jangka Panjang pada Laki-Laki Bisa Merusak Produksi Sperma
Beri tahu Papa ya, Ma!
2 Oktober 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Stres memiliki dampak buruk bagi kesehatan seseorang secara keseluruhan. Tidak hanya merusak kesehatan mental, stres juga dapat mengganggu kesehatan secara fisik, termasuk kesuburan.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pria yang mengalami stres dalam waktu yang cukup lama setidaknya 2 bulan, dapat mengalami kerusakan pada spermanya. Informasi pernting untuk calon Papa, cek yuk di Popmama.com!
Pengaruh Stres Terhadap Motilitas Sperma
Para ilmuwan Israel menemukan bahwa pria yang sedang berada di bawah tekanan yang kuat, 47 persen lebih berisiko memiliki kemampuan berenang sperma (motilitas) yang rendah untuk mencapai sel telur. Motilitas yang lemah ini bisa dipengaruhi oleh pilihan gaya hidup. Jika motilitas menurun, tentu saja kecil kemungkinannya untuk membuat sperma berhasil membuahi sel telur.
Temuan ini berasal dari 11.000 sampel sperma, termasuk pria dewasa yang terpapar suara sirine peringatan roket di Jalur Gaza. Para peneliti dari Universitas Ben-Gurion Negev dan Soroka University Medical Center di Beer-Sheva memimpin penelitian ini.
Mereka menganalisis 10.535 sampel sperma yang disumbangkan oleh pria selama periode yang tidak stabil di Israel antara tahun 2009 dan 2017. Hasil analisis ini kemudian dibandingkan dengan 659 sampel sperma dari pria yang mengalami pertempuran militer sengit antara Israel dan Gaza hingga waktu dua bulan. Mereka rata-rata memiliki usia 32 tahun.
Meskipun temuannya hanya melibatkan mereka yang tinggal di zona konflik, para peneliti berpendapat hal itu berlaku untuk setiap tekanan mental yang dialami para pria lainnya di luar sana.
Stres Berkepanjangan dan Kualitas Sperma
Ketua penelitian, Dr. Eliahu Levitas mengatakan, penelitian ini menunjukkan bahwa stres yang berkepanjangan dapat berdampak pada kualitas sperma. Stres mental diketahui memiliki efek buruk pada kesuburan, tetapi hanya ada sedikit penelitian tentang dampak stres pada kualitas sperma.
Temuan ini dipresentasikan pada International Summit on Assisted Reproduction and Genetics in Tel Aviv. Hasilnya mengikuti sebuah studi penting pada Juli lalu yang memperingatkan manusia bisa menghadapi kepunahan jika jumlah sperma terus menurun.
Gaya hidup dinilai memiliki pengaruh. Karena itu, para peneliti di Hebrew University of Jerusalem dan Icahn School of Medicine di Mount Sinai mengklaim bahwa sudah saatnya kita menyelidiki faktor gaya hidup dan membenahinya.
Jika para pria tidak melakukan perubahan drastis terhadap cara hidupnya, masa depan mereka bisa mengkhawatirkan.
Berbagai bukti sebelumnya juga telah mengungkapkan bahwa kualitas sperma dapat dipengaruhi oleh bahan kimia yang ditemukan dalam sabun, tabir surya dan plastik.