Merasa Sakit saat Masa Ovulasi, Apakah Memengaruhi Kesuburan?
Sebenarnya ovulasi tidak boleh dipengaruhi oleh infeksi virus atau bakteri
30 Juli 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Ketika ingin mendapat hasil yang positif, maka kesalahan kecil apapun dalam progam hamil tentu membuat Mama cemas bukan?
Ya, mungkin sebagian perempuan akan bertanya periode sakit ovulasi yang akan terkait dengan masalah kesuburannya.
Ahli kesuburan Dr Jennifer Hirshfeld-Cytron, ahli endokrinologi reproduksi bersertifikat di Pusat Kesuburan Illinois mengatakan kepada Romper bahwa sakit selama ovulasi seharusnya tidak mempengaruhi peluang untuk hamil.
Bahwa ovulasi tidak boleh dipengaruhi oleh sebagian besar infeksi virus atau bakteri.
Nah, dalam kesempatan kali ini Popmama.com akan membahas fakta sakit ovulasi. Berikut ulasan selengkapnya:
1. Timbul sensasi rasa kram dan pendarahan
Saat alami sakit ovulasi, biasanya akan timbul sensasi berupa kram secara tiba-tiba di sisi kiri atau kanan perut. Ini tergantung pada ovarium mana yang melepaskan sel telur.
Kondisinya pun bisa berlangsung hanya beberapa menit atau berlanjut selama satu-dua hari.
Bahkan menyebabkan pendarahan vagina sewaktu sel telur dilepaskan bersama dengan cairan folikel dan beberapa darah.
Nyeri ovulasi terjadi karena pembesaran sel telur di ovarium dan folikel yang pecah. Saat telur pecah dari folikel selama ovulasi, maka berpotensi mengalami pendarahan.
Editors' Pick
2. Beberapa gangguan dapat mempengaruhi ovulasi
Beberapa perempuan mengalami nyeri dan ketidaknyamanan selama ovulasi. Rasa sakit yang parah terkadang merupakan gejala dari kondisi ginekologis, termasuk endometriosis.
Dikutip dari Womenshealthmatters, banyak perempuan melihat fluktuasi glukosa darah pada waktu-waktu tertentu dalam siklus bulanannya. Peningkatan ini bisa terjadi setelah ovulasi dan sebelum menstruasi.
Artinya, beberapa masalah medis dan penyakit lain berpengaruh pada kesuburan. Gangguan yang dapat mempengaruhi ovulasi sendiri seperti penyakit tiroid, obesitas, diabetes atau resistensi insulin.
Bahkan penyakit kronis yang menyebabkan penurunan berat badan atau penambahan berat badan juga mengurangi kesuburan.