Anovulasi: Gejala, Penyebab, dan Perawatannya
Anovulasi merupakan gangguan yang terjadi di mana ovarium tidak dapat melepaskan sel telur
1 November 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kehadiran buah hati menjadi momen yang paling ditunggu-tunggu oleh semua pasangan, terlebih mereka yang sudah lama menantikan kehadiran si kecil di hidup mereka.
Terkadang, tidak semua pasangan dianugerahkan momongan dengan cepat yang dikarenakan adanya beberapa faktor medis yang memicu keterlambatan atau paling buruknya adalah tidak bisa hamil.
Salah satu faktor paling umum adalah tidak terjadinya ovulasi atau sering disebut dengan anovulasi. Kondisi ini menyebabkan sel telur yang ada di ovarium tidak lepas yang mengakibatkan tidak terjadinya pembuahan.
Berikut Popmama.com rangkum anovulasi, mulai dari gejala hingga perawatannya.
Apa Itu Anovulasi?
Anovulasi merupakan gangguan yang terjadi di mana ovarium tidak dapat melepaskan sel telur selama siklus menstruasi. Biasanya ovulasi terjadi berkisar dua minggu sebelum masa menstruasi, dilansir dari What to Expect.
Ketika sel telur tidak dilepaskan, maka pembuahan tidak terjadi atau sel sperma tidak dapat membuahi sel telur, sehingga tidak terjadinya kehamilan.
Editors' Pick
Penyebab Anovulasi
Ada beberapa penyebab umum anovulasi, di antaranya adalah sebagai berikut:
- Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS)
PCOS menjadi penyebab yang paling umum terjadinya anovulasi. Gangguan ini memengaruhi antara 8 hingga 10 persen perempuan dengan usia yang subur, dan menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan sinyal hormonal yang mengatur ovulasi.
- Insufiensi Ovarium
Insufiensi ovarium juga menjadi penyebab umum terjadinya anovulasi. Untuk perempuan yang berusia 40 tahun ke atas, kadar hormon yang tidak teratur disebabkan karena tersisa sedikitnya sel telur yang tersisa untuk berovulasi. Sedangkan, untuk perempuan di bawah 40 tahun, kondisi ini dapat terjadi karena adanya kegagalan ovarium prematur yang dimana ovarium berhenti bekerja secara normal. Hingga saat ini, 90 persen kegagalan ovarium prematur belum diketahui secara pasti penyebabnya.
- Hipogonadotropik Hipogonadisme (HA)
Kondisi ini disebabkan oleh kadar hormon perangsang folikel (FSH) dan hormon luteinisasi (LH) yang rendah. Sehingga, kelenjar pituitari yang ada pada reproduksi perempuan tidak membuat hormon merangsang pada saat terjadinya ovulasi.
Adapun juga beberapa faktor lain yang menjadi penyebab dari anovulasi adalah seperti obesitas, memiliki pola makan yang buruk, olahraga yang tidak cukup, dan juga stres.
Gejala Anovulasi
Beberapa gejala yang menandakan anovulasi, yaitu :
- Siklus menstruasi yang tidak teratur, yang di mana terjadinya menstruasi yang tidak teratur mencakup perdarahan yang sedikit dan juga banyak. Selain itu, siklus yang pendek dan panjang juga dapat menunjukan adanya masalah anovulasi. Bahkan, tidak mengalami menstruasi dalam jangka waktu yang panjang, juga menjadi gejala anovulasi.
- Gejala PCOS yang bervariasi ini dapat dirasakan ketika perempuan mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur, jerawat, pertumbuhan rambut yang tidak normal, dan penambahan berat badan yang berlebih.
- Gejala hipogonadotropik hipogonadisme yang memiliki libido yang rendah, penurunan energi, perubahan suasan hati, dan penambahan berat badan.
- Hiperprolaktinemia yang di mana siklus menstruasi tidak teratur bahkan tidak mengalami menstruasi.
- Gejala dari insufisiensi ovarium yang meliputi menopause, hot flashes (panas yang terjadi tiba-tiba di bagian tubuh bagian atas), keringat malam, dan penurunan gairah seks.
Apakah Bisa Hamil jika Mengalami Anovulasi ?
Kamu tidak akan hamil jika tidak berovulasi. Sebab, sel telur tidak dilepaskan, sehingga tidak terjadinya pertemuan antara sel telur yang dibuahi oleh sel sperma. Meskipun demikian, kamu tak perlu bersedih dahulu. Ada beberapa perawatan promil yang dapat membantu kamu untuk bisa hamil.
Perawatan Anovulasi
Ada banyak perawatan yang dapat membantu kamu jika tidak berovulasi, di antaranya :
- ClomipheneCitrate atau Letrozole, yang merupakan obat untuk membantu mengatur kadar hormon jika sedang pasien menderita PCOS. Obat ini dapat memaksimalkan peluang untuk hamil ketika mendekati menopause.
- Obat-obatan yang dapat menurunkan produksi prolaktin dan mengurangi ukuran tumor prolaktin.
- Obat-obatan yang mengatur kadar hormon tiroid yang dapat mengobati hipotiroidisme.
- FertilisasiinVitro (IVF) atau sering disebut bayi tabung, jika pasien memiliki insufisiensi ovarium. Namun, jika proses bayi tabung tidak berhasil, maka perlu menggunakan alternatif donor sel telur.
Itu tadi tentang anovulasi, mulai dari gejala hingga perawatannya. Jika memiliki gejala mengenai siklus menstruasi yang tidak teratur atau gejala lainnya, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter kandungan untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Jangan patah semangat dan terus berusahan serta berdoa untuk mendapatkan yang terbaik. Semangat!
Baca juga: