5 Risiko Kehamilan Bagi Ibu Penderita Darah Tinggi, Hati-Hati Ya Ma
Semua ada solusinya kok Ma
21 April 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
21 April diperingati sebagai Hari Kartini. Jasa Ibu Kartini di masa lalu tentunya memberi dampak tersendiri bagi Mama di masa kini. Namun tahukah Mama jika R.A Kartini menghembuskan napas terakhirnya empat hari setelah kelahiran anak pertamanya pada 13 September 1904? Tetapi mungkin masih belum banyak yang tahu penyebab wafatnya tokoh ini. Dikutip dari Halodoc, dari kabar yang beredar di kalangan dokter, Kartini meninggal karena preeklampsia (PE) saat melahirkan.
Berbicara soal kehamilan memang menjadi momen yang begitu dinanti namun juga ‘menegangkan’ bagi para Ibu. Selain harus menjaga kesehatan diri sendiri, Mama juga harus menjaga kondisi janin di dalam rahim. Bicara soal kesehatan, apakah Mama termasuk yang memiliki riwayat darah tinggi? Tekanan darah tinggi pada kehamilan terbagi menjadi beberapa jenis. Pembagian ini didasarkan pada waktu diketahuinya kondisi tersebut.
Jenis tekanan darah tinggi pada ibu hamil seperti kronik, kronik dengan preeklampsia, gestasional, dan eklampsia. Dirangkum dari berbagai sumber, berikut lima risiko yang bisa dihadapi Mama dan janin saat mengidap tekanan darah tinggi.
1. Kerusakkan organ pada tubuh Mama
Jika saat hamil, kontrol tekanan darah tinggi memburuk, hal ini memungkinkan terjadinya kerusakan organ pada tubuh Mama yang bersifat permanen dan berat. Kerusakan organ tersebut seperti otak, jantung, ginjal, dan hati yang rentan mengalami cedera pada kondisi seperti ini.
2. Terjadi abrupsio Plasenta
Tekanan darah tinggi juga dapat menyebabkan terjadinya abrupsio plasenta. Ini merupakan kondisi terlepasnya plasenta dari dinding rahim ibu sebelum proses persalinan terjadi. Kondisi ini merupakan komplikasi yang bisa terjadi dari preeklampsia. Gejala yang ditunjukan dari kondisi ini berupa munculnya perdarahan hebat yang mengancam nyawa sang ibu. Keselamatan bayi juga terancam akibat hilangnya dukungan kehidupan berupa oksigen dan nutrisi dari plasenta yang utuh.
Untungnya, saat ini Preeklampsia sudah bisa dicek lewat tes darah dengan menggunakan biomarker sFLT-1 dan PLGF untuk memperkirakan risiko preeklampsia pada ibu hamil. Dengan melakukan tes ini, diharapkan Mama bisa mencegah sebelum terlambat. Apalagi tanda seorang ibu hamil mengidap preeklampsia jarang disadari.
Mama bisa melakukan tes biomarker preeklampsia ini di rumah sakit atau laboratorium terdekat yang menyediakan jasa tes ini. Dengan tes preeklamsia ini, diharapkan Mama dan calon bayi bisa terhindar dari penyakit berbahaya ini.