Menteri BKKBN Wihaji Diminta untuk Fokus Tengkes dan Tren "Childfree"

Wihaji meyakini pasangan pengantin baru di Indonesia masih ingin untuk memiliki anak

25 Oktober 2024

Menteri BKKBN Wihaji Diminta Fokus Tengkes Tren "Childfree"
Instagram/bkkbnofficial

Di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, persoalan Ketahanan keluarga dan program keluarga berencana akan dilanjutkan oleh Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Wihaji, bersama wakilnya, Isyana Bagoes Oka.

Wihaji akan fokus mengurangi angka tengkes atau stunting dan memastikan bonus demografi menciptakan generasi emas 2045. Wihaji menyatakan bahwa ia ditugaskan oleh Prabowo untuk menekan angka tengkes di Indonesia dan menjamin kualitas hidup masyarakat dari sebelum lahir hingga akhir hayat.

Selain itu, ia juga diminta untuk memperhatikan tren "childfree" agar kebijakan yang dihasilkan dapat mendukung berbagai pilihan hidup masyarakat.

Penasaran seperti apa informasi selanjutnya terkait menteri BKKBN, Wihaji diminta untuk fokus tengkes dan tren "Childfree" ? untuk itu Popmama.com telah berhasil mengulasnya!

Ditugaskan oleh Prabowo untuk Menekan Angka Tengkes di Indonesia

Ditugaskan oleh Prabowo Menekan Angka Tengkes Indonesia
Instagram/bkkbnofficial

Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Wihaji, menyatakan bahwa ia diberikan tugas oleh Prabowo untuk fokus menurunkan angka tengkes di Indonesia. Pemerintah sebelumnya menargetkan penurunan angka tengkes menjadi 14 persen pada tahun 2024.

Untuk mencapai target ini, seharusnya angka tengkes berkurang sekitar 3,8 persen setiap tahunnya. Namun, berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023, angka tengkes masih berada di level 21,5 persen, yang berarti hanya mengalami penurunan sebesar 0,1 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Meskipun demikian, Wihaji berpendapat bahwa angka-angka yang dicapai oleh pemerintah sebelumnya masih menunjukkan arah yang benar.

Ia berencana untuk melanjutkan upaya tersebut dengan memperbarui strategi, terutama setelah status BKKBN beralih menjadi kementerian, yang berarti kini memiliki kemampuan untuk mengajukan anggaran dan wewenang yang lebih kuat.

”Secara nasional oke, kita kelihatan 25 persen rata-rata, anggaplah gitu. Kemudian dari angka kelahiran 21,5 juta, angka stunting kita itu 4,5 juta. Artinya lumayan,”  kata Wihaji

Editors' Pick

Akan Mengantisipasi Childfree

Akan Mengantisipasi Childfree
Instagram/bkkbnofficial

Isyana Bagoes Oka, wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menjelaskan bahwa kementeriannya bertugas menjaga angka kelahiran atau Total Fertility Rate (TFR) di Indonesia agar tidak mengalami penurunan lebih lanjut maupun peningkatan yang drastis, dan tetap berada pada angka ideal 2,1.

Program Keluarga Berencana (KB) yang telah diluncurkan sejak tahun 1970 akan terus diperkuat. Berdasarkan survei Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020, terdapat tren penurunan angka kelahiran yang cukup signifikan di Indonesia, hingga mencapai tingkat ideal sebesar 2,18 pada tahun 2020.

Angka ideal TFR berada pada 2,1, yang berarti rata-rata dua anak yang dilahirkan cukup untuk menggantikan generasi sebelumnya.

Bukan Sekedar Membatasi Jumlah Anak Menjadi Dua

Bukan Sekedar Membatasi Jumlah Anak Menjadi Dua
Instagram/bkkbnofficial

Menurut politisi dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI), program keluarga berencana tidak hanya berfokus pada pembatasan jumlah anak menjadi dua.

Lebih dari itu, keluarga berencana juga melibatkan pendampingan dan pendidikan bagi calon pengantin, ibu hamil, dan perhatian terhadap kesejahteraan keluarga secara keseluruhan.

Ia menekankan pentingnya pendekatan holistik dalam program ini, yang mencakup berbagai aspek kehidupan keluarga. Edukasi yang diberikan kepada calon pengantin dan ibu hamil diharapkan dapat membantu mereka memahami pentingnya kesehatan reproduksi dan perencanaan keluarga.

Dengan demikian, keluarga berencana menjadi lebih dari sekadar angka, melainkan sebuah usaha untuk menciptakan keluarga yang sejahtera dan berkualitas.

Pendekatan ini bertujuan untuk memastikan bahwa setiap anggota keluarga mendapatkan dukungan yang diperlukan untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.

"Kalau TFR terlalu drop nantinya akan bisa berdampak seperti aging society gitu, ya. Seperti di negara-negara luar seperti Jepang, Korea Selatan, dan negara-negara maju lainnya. Nah, itu tentunya nanti kita akan berkolaborasi untuk melihat sebetulnya bagaimana cara yang paling tepat,” kata Isyana.

Pengantin Baru di Indonesia Tetap Ingin Memiliki Anak

Pengantin Baru Indonesia Tetap Ingin Memiliki Anak
Instagram/bkkbnofficial

Menteri Wihaji meyakini bahwa pasangan pengantin baru di Indonesia masih memiliki keinginan untuk memiliki anak, meskipun terdapat tren "childfree" yang berkembang di beberapa negara, termasuk Indonesia.

Ia percaya bahwa nilai-nilai tradisional dan keinginan untuk memiliki keturunan tetap kuat di kalangan masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah akan lebih memfokuskan upaya pada pengendalian angka kelahiran tanpa mengambil langkah ekstrem, seperti yang dilakukan oleh pemerintah Jepang, yang secara aktif mendorong warganya untuk menikah dan memiliki anak.

Pendekatan Indonesia akan berorientasi pada penyediaan dukungan dan sumber daya bagi pasangan yang ingin membangun keluarga, sambil tetap menghargai pilihan individu.

Dengan cara ini, diharapkan keseimbangan antara keinginan untuk memiliki anak dan pilihan "childfree" dapat dipahami dan dihormati dalam masyarakat.

"Ya, kita lihatlah. Tapi, saya meyakini Indonesia tidak seperti itu,” kata Wihaji.

Nah, itu dia informasi seputar menteri BKKBN Wihaji diminta untuk fokus tengkes dan tren "Childfree" Bagaimana Ma menaraik bukan.

Baca juga:

The Latest