Apakah Penderita Asthenozoospermia bisa Mempunyai Anak?
Pergerakan sperma yang tidak cepat dapat memengaruhi pembuahan sel telur?
24 Juni 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Papa sudah mencoba berusaha untuk memiliki anak, tetapi tidak kunjung berhasil?
Mungkin kondisi tersebut karena adanya pergerakan sperma yang rendah atau juga disebut dengan asthenozoospermia. Meski kemungkin membuahi sel telur berkurang, tetapi kehamilan alami masih mungkin terjadi.
Oleh karena itu dilansir FertilTree.com dari Popmama.com akan membahas apakah penderita asthenozoospermia bisa mempunyai anak. Yuk disimak Pa!
Apa itu Asthenozoospermia?
Parameter sperma yang subur atau juga normal terdiri dari tiga aspek penting, yaitu jumlah sel, motilitas atau pergerakan, dan morfologi atau juga bentuk dan ukuran.
Asthenozoospermia, atau asthenospermia, adalah kondisi di mana motilitas sperma kurang optimal. Motilitas adalah kemampuan sperma untuk bergerak maju dengan cepat dan lurus, yang sangat penting untuk membuahi sel telur di dalam saluran reproduksi perempuan.
Jika 40% sperma memiliki motilitas rendah, sampel sperma tersebut dianggap mengalami asthenozoospermia.
Sperma Membutuhkan Motilitas Progresif
Sperma terdiri dari tiga bagian utama:
- Kepala: Mengandung materi genetik.
- Bagian tengah (midpiece): Mengandung sel-sel yang menciptakan energi untuk menggerakkan ekor.
- Flagellum atau ekor: Membantu mendorong sperma ke arah yang benar.
Sperma membutuhkan motilitas progresif minimal 25 mikrometer per detik untuk bisa menembus lendir serviks dan membuahi sel telur. Sperma yang benar-benar tidak bergerak terjadi pada 1 dari 5000 pria.
Menurut World Health Organization, jika total persentase semua jenis motilitas sperma kurang dari 40%, sampel tersebut dianggap mengalami asthenozoospermia.
Editors' Pick
Penyebab Asthenozoospermia
Asthenozoospermia bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk kondisi genetik, cystic fibrosis, infeksi bakteri, penyakit ginjal, varikokel, dan kebiasaan merokok. Penyebab lainnya meliputi:
- Varikokel:
Pembesaran pembuluh darah di skrotum yang menyebabkan aliran balik darah dan meningkatkan toksin di sekitar testis.
- Likuefaksi Semen Abnormal:
Kurangnya enzim tertentu yang membuat semen tetap koagulasi, mengurangi motilitas sperma.
- Peradangan:
Peradangan di saluran sperma, prostat, dan bagian lain dari sistem reproduksi.
- Stres Berlebihan:
Gaya hidup sedentari juga dapat berkontribusi pada asthenozoospermia.
- Kekurangan Vitamin dan Mikronutrien:
Kekurangan Vitamin C, B12, dan Zinc dapat menyebabkan motilitas sperma rendah.
- Kebiasaan Merokok dan Minum Berlebihan:
Konsumsi alkohol dan merokok berlebihan dapat mengurangi motilitas sperma.
Pengobatan Asthenozoospermia
Pengobatan tergantung pada penyebabnya. Infeksi bakteri dan sel nanah dapat diobati dengan antibiotik. Koreksi bedah varikokel bisa memperbaiki motilitas sperma. Ejakulasi yang sering dan menghindari periode abstinensi yang panjang juga membantu.
Untuk infeksi, antibiotik sistemik dan lokal dapat digunakan. Teknik pemrosesan sperma seperti "swim-up", gradien densitas, dan mikrofluidik saat inseminasi intrauterin juga bermanfaat. Jika motilitas sangat rendah, ICSI (Intracytoplasmic Sperm Injection) bisa menjadi solusi terbaik.
Hubungan Asthenozoospermia dengan Kemandulan
Asthenozoospermia dapat berkontribusi pada kemandulan. Sperma dengan motilitas rendah mungkin kesulitan mencapai sel telur untuk membuahinya. Ketika sperma benar-benar tidak bergerak, ICSI adalah bentuk pengobatan terbaik.
Asthenozoospermia adalah kondisi yang kompleks, tetapi dengan diagnosis yang tepat dan pengobatan yang sesuai, banyak laki-laki dengan kondisi ini masih memiliki kesempatan untuk memiliki anak.
Apa Gejala Asthenozoospermia?
Asthenozoospermia sendiri biasanya tidak menunjukkan gejala fisik yang langsung terlihat. Tidak ada rasa sakit, ketidaknyamanan, atau perubahan fisik yang jelas pada pria dengan kondisi ini.
Oleh karena itu, kondisi ini seringkali hanya terdeteksi melalui tes kesuburan yang dilakukan ketika pasangan mengalami kesulitan untuk hamil.
Apakah Asthenozoospermia Bisa Diturunkan?
Asthenozoospermia memang dapat diturunkan melalui mutasi genetik yang mempengaruhi motilitas sperma. Penting bagi pasangan yang mengalami kondisi ini untuk mempertimbangkan konsultasi genetik, terutama jika ada riwayat keluarga yang menunjukkan masalah kesuburan.
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang penyebab genetik, Papa dan Mama dapat membuat keputusan yang lebih informasional mengenai pilihan reproduksi, termasuk penggunaan teknologi reproduksi berbantu seperti IVF dan ICSI.
Itu dia penjelasan mengenai apakah penderita asthenozoospermia bisa mempunyai anak atau tidak. Semoga informasi di atas bermanfaat untuk Papa, ya!
Baca Juga:
- Normozoospermia: Ciri-Ciri Sperma Subur dan Cara Mempertahankannya
- Cara Mengatasi Oligospermia, Jumlah Sperma yang Rendah
- Penyebab Gerakan Sperma Kurang Lincah dan Cara Mengatasinya