Berapa Kali dalam Seminggu Berhubungan Seks agar Cepat Hamil?
Frekuensi seks untuk promil adalah 2-3 kali dalam seminggu menurut ahli Andrologi
5 Agustus 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Memang merencanakan kehamilan bisa jadi momen yang penuh harapan, kebahagiaan, dan juga tantangan. Saat Papa dan Mama memutuskan untuk memulai perjalanan untuk memiliki anak, pertanyaan tentang frekuensi berhubungan seksual sering muncul sebagai salah satu pertimbangan penting.
"Berapa kali sebaiknya kita berhubungan agar cepat hamil sih?" Pertanyaan ini sering kali memunculkan kekhawatiran dan penasaran terutama bagi Papa dan Mama yang ingin memulai program hamil.
Namun, Papa tidak perlu khawatir karena Popmama.com akan hadirkan informasi untuk harus berapa kali berhubungan seksual agar cepat hamil menurut Prof. Dr. dr. Silvia Werdhy Lestari, M. Biomed, Sp. And dari Bocah Indonesia.
Yuk, simak di bawah ini, Pa!
Editors' Pick
Frekuensi Berhubungan Seksual 2-3 Kali dalam Seminggu
Melakukan hubungan seksual 2-3 kali dalam seminggu adalah frekuensi yang ideal untuk mendukung peluang kehamilan. Mengapa? Karena peluang sperma bertemu dengan sel telur semakin tinggi. Dilihat dari lama sperma hidup di dalam saluran reproduksi perempuan dan umur sel telur yang hanya 24 jam.
"Kalau untuk program hamil, seminggu itu 2 sampai 3 kali, kok jadi harus sering begitu, kenapa? Karena si sperma itu tahan di saluran reproduksi perempuan selama 48 sampai 72 jam atau juga 2 sampai 3 hari. Sedangkan sel telur itu umurnya 24 jam atau sehari. Jadi kalau rutin berhubungan 2 sampai 3 kali sehari itu (sperma) selalu ketemu dengan sel telur," terang Prof. Silivia sebagai spesialis Andrologi Bocah Indonesia saat Virtual Meeting, Selasa (30/07/2024) lalu.
Berhubungan Seksual Hanya di Masa Subur Perempuan Belum Tentu Efektif
Meskipun masa subur perempuan adalah waktu yang paling potensial untuk terjadinya pembuahan, namun jika hanya berhubungan seksual pada waktu tersebut ternyata tidak selalu efektif. Menurut Prof. Silvia, laki-laki yang hanya fokus pada masa subur bisa menimbulkan tekanan psikologis.
"Berhubungan pas masa subur secara teori benar, tapi dari sisi laki-laki kalau diprogram hanya berhubungan waktu masa subur, tidak bisa begitu, karena bisa sedikit yang dikeluarin (sperma) karena separuh dari ejakulasi didasari psikologis. Jadi nggak bisa kalau cape, kurang tidur, bete, dan tempatnya nggak enak," tambahnya.