7 Jenis Obat yang Dapat Menurunkan Kualitas Sperma

Stop konsumsi obat ini agar kualitas sperma papa tidak menurun!

3 Juli 2024

7 Jenis Obat Dapat Menurunkan Kualitas Sperma
Pexels/Pixabay

Selain pola gaya hidup seperti merokok, obesitas, konsumsi alkohol berlebih dan tidak berolahraga. Ternyata mengonsumsi beberapa jenis obat-obatan juga dapat memengaruhi kualitas sperma. 

Jika Papa mengalami jumlah dan pergerakan sperma yang tidak normal dan Papa memiliki kebiasaan memakai obat-obatan, ada kemungkinan kualitas sperma papa dipengaruhi oleh gaya hidup itu. 

Oleh karena itu, Popmama.com berhasil merangkum 7 jenis obat yang dapat menurunkan kualitas sperma, apa saja ya kira-kira? 

Yuk dibaca, Pa! 

1. Obat anti-depresan (SSRIs)

1. Obat anti-depresan (SSRIs)
Shutterstock/sony production

Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs) adalah jenis obat anti-depresi yang sering diresepkan untuk mengobati depresi dan gangguan kecemasan. SSRIs bekerja dengan meningkatkan kadar serotonin di otak, tetapi juga dapat memengaruhi fungsi seksual.

Penelitian National Institute of Health menunjukkan bahwa SSRIs dapat mengurangi jumlah sperma, menurunkan motilitas (kemampuan sperma untuk bergerak), dan meningkatkan risiko kerusakan DNA pada sperma.

Efek ini bisa terjadi karena SSRIs mengganggu keseimbangan hormon yang penting untuk produksi sperma.

2. Obat anti-inflamasi non-steroid (NSAID)

2. Obat anti-inflamasi non-steroid (NSAID)
Freepik/Pixaby

Obat-obatan NSAID, seperti ibuprofen dan aspirin, digunakan untuk mengurangi peradangan dan nyeri. Penggunaan NSAID dalam dosis tinggi atau untuk jangka waktu yang lama dapat mengurangi produksi testosteron.

Testosteron, hormon yang sangat penting untuk produksi sperma. Penelitian Cleveland Clinic menunjukkan bahwa penggunaan NSAID secara berlebihan dapat mengurangi jumlah sperma dan motilitasnya.

NSAID juga dapat memengaruhi prostaglandin, zat kimia dalam tubuh yang berperan dalam motilitas sperma. 

Editors' Pick

3. Obat anti-jamur (ketoconazole)

3. Obat anti-jamur (ketoconazole)
Pexels/Suzy Hazelwood

Ketoconazole adalah obat anti-jamur yang digunakan untuk mengobati infeksi jamur. Obat ini dapat mengganggu produksi hormon testosteron dengan menghambat enzim yang diperlukan untuk sintesis hormon ini.

Efek samping penggunaan ketoconazole dalam jangka panjang dapat menyebabkan penurunan jumlah sperma dan menurunkan kualitas sperma.

Selain itu, ketoconazole juga dapat memengaruhi fungsi hati, yang dapat berdampak negatif pada produksi hormon dan sperma.

4. Obat anti-psikotik

4. Obat anti-psikotik
Pexels/Ready Made

Obat anti-psikotik digunakan untuk mengobati gangguan mental seperti skizofrenia dan gangguan bipolar. Obat ini bekerja dengan mengubah aktivitas neurotransmitter di otak, termasuk dopamin dan serotonin.

Namun, dikutip Mayo Clinic, obat anti-psikotik juga dapat mengganggu produksi hormon yang penting untuk produksi sperma. Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan penurunan jumlah sperma, menurunkan libido, dan meningkatkan risiko disfungsi ereksi.

Selain itu, beberapa obat anti-psikotik dapat meningkatkan kadar hormon prolaktin, yang dapat mengganggu produksi sperma.

5. Obat untuk hiperprolaktinemia

5. Obat hiperprolaktinemia
Pexels/Castorly Stock

Hiperprolaktinemia adalah kondisi di mana kadar hormon prolaktin terlalu tinggi. Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati kondisi ini, seperti bromocriptine dan cabergoline, bekerja dengan menurunkan kadar prolaktin.

Menurut Healtline, kadar prolaktin yang tinggi atau rendah dapat mengganggu keseimbangan hormon lain yang penting untuk produksi sperma, seperti testosteron.

Hasilnya, obat untuk hiperprolaktinemia dapat menurunkan jumlah sperma dan motilitasnya.

6. Obat untuk tekanan darah tinggi (beta-blockers)

6. Obat tekanan darah tinggi (beta-blockers)
Pexels/Julia Viken

Beta-blockers adalah obat yang digunakan untuk mengelola tekanan darah tinggi dan kondisi jantung lainnya. Obat ini bekerja dengan mengurangi aliran darah dan mengurangi kerja jantung.

Beta-blockers dapat mengurangi aliran darah ke organ reproduksi, yang dapat memengaruhi produksi sperma dan menyebabkan disfungsi ereksibeta dilansir dari Healtline. 

Penggunaan jangka panjang beta-blockers juga dapat menurunkan kadar testosteron, yang berdampak negatif pada kualitas sperma.

7. Obat untuk ulkus dan refluks asam (cimetidine)

7. Obat ulkus refluks asam (cimetidine)
Pexels/Pietro Jeng

Cimetidine adalah obat yang digunakan untuk mengobati ulkus dan refluks asam. Obat ini bekerja dengan menghambat produksi asam lambung.

Namun, cimetidine juga dapat mengganggu produksi hormon testosteron dengan memengaruhi reseptor androgen. Penelitian dari Healthline menunjukkan bahwa cimetidine dapat mengurangi jumlah sperma dan menurunkan motilitasnya.

Selain itu, cimetidine juga dapat memengaruhi fungsi hati, yang berdampak negatif pada produksi hormon dan sperma.

Itu dia informasi 7 jenis obat yang dapat menurunkan kualitas sperma. Konsultasikan kepada dokter untuk mengetahui lebih lanjut. 

Baca Juga:

The Latest