Normozoospermia: Ciri-Ciri Sperma Subur dan Cara Mempertahankannya
Apa sih Normozoospermia itu?
20 Juni 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Umumnya Papa sebagai lelaki sering menanyakan suatu hal ke diri sendiri seperti "Sperma ku subur nggak ya?, " atau seperti "Cara agar sperma ku subur bagaimana ya?". Hal tersebut ternyata normal dan ada nama medis untuk sperma yang subur, lho.
Normozoospermia adalah kondisi di mana hasil analisis sperma laki-laki menunjukkan parameter sperma yang normal. Hal ini mengenai jumlah sperma, motilitas, dan morfologi. Istilah ini penting untuk menilai potensi kesuburan laki-laki karena menunjukkan bahwa sperma tersebut berada dalam kisaran normal yang dibutuhkan untuk bisa hamil secara alami.
Berikut penjelasan dari Popmama.com dilansir Gharbagudi.com mengenai normozoospermia dan ciri-ciri sperma subur, yuk ketahui sama-sama!
1. Ciri-ciri Normozoospermia, sperma subur
Menurut World Health Organization (WHO) parameter ini menilai berbagai aspek kesehatan dan kualitas sperma, termasuk jumlah sperma, motilitas, dan morfologi. Berikut adalah penjelasan detail dari setiap parameter:
- Jumlah Sperma:
Jumlah sperma mengacu pada jumlah sel sperma yang ada per mililiter air mani. WHO mendefinisikan jumlah sperma sebanyak 15 juta sperma per mililiter atau lebih sebagai jumlah yang normal untuk kesuburan. Parameter ini menilai kepadatan sel sperma dalam ejakulasi dan sangat penting untuk menentukan potensi kesuburan.
- Motilitas Sperma (Pergerakan):
Motilitas sperma menilai kemampuan sel sperma untuk bergerak dan berenang maju. Motilitas progresif mengacu pada gerakan maju sel sperma, yang penting untuk menavigasi melalui saluran reproduksi perempuan untuk mencapai sel telur dan membuahi. Menurut pedoman WHO, setidaknya 40% sel sperma yang bergerak maju dianggap berada dalam kisaran normal untuk kesuburan.
- Morfologi Sperma (Bentuk dan Ukuran):
Morfologi sperma menilai ukuran, bentuk, dan integritas struktural sel sperma. Morfologi normal menunjukkan bahwa mayoritas sel sperma memiliki penampilan yang khas dengan kepala, bagian tengah, dan ekor yang jelas. WHO mendefinisikan morfologi normal sebagai setidaknya 4% sel sperma memiliki bentuk dan struktur yang normal.
Kelainan dalam morfologi sperma dapat memengaruhi kesuburan dengan mengganggu kemampuan sel sperma untuk menembus dan membuahi sel telur.
2. Cara mengoptimalkan kesuburan sperma
Walaupun Papa dengan normozoospermia yang sudah memiliki parameter air mani normal, tetap dapat mengambil beberapa langkah untuk mengoptimalkan potensi kesuburan, lho.
Berikut beberapa strategi yang dapat dipertimbangkan:
- Menerapkan Pola Makan Seimbang:
Menjaga pola makan seimbang yang kaya akan buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan protein tanpa lemak, serta tetap terhidrasi dan menghindari konsumsi alkohol berlebihan dan merokok.
- Menjaga Berat Badan Ideal:
Kegemukan dapat berdampak negatif pada kesuburan, jadi menjaga berat badan yang sehat melalui olahraga teratur dan nutrisi yang tepat sangat penting.
- Mengatur Stres:
Stres berlebihan dapat memengaruhi keseimbangan hormon dan kesuburan. Menerapkan teknik pengurangan stres seperti mindfulness, meditasi, yoga, atau latihan pernapasan dalam dapat membantu mengelola tingkat stres dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.
- Menghindari Lingkungan Kotor:
Papa yang bekerja di industri dengan potensi paparan bahan kimia harus mengambil tindakan pencegahan yang sesuai.
- Jauhi Paparan Suhu Tinggi:
Mengalami suhu panas yang berkepanjangan di area kemaluan, seperti dari bak mandi air panas, sauna, atau pakaian dalam yang ketat, dapat mengurangi produksi dan kualitas sperma sementara.
- Melakukan Seks dengan Aman:
Mencegah infeksi menular seksual (IMS) dengan penggunaan kondom yang konsisten dan benar dapat membantu menjaga kesehatan reproduksi dan mencegah kerusakan potensial pada sperma.
- Mengecek Kesehatan Secara Rutin:
Pemeriksaan kesehatan rutin dapat membantu mengidentifikasi dan mengatasi masalah kesehatan yang mendasari yang dapat mempengaruhi kesuburan, seperti ketidakseimbangan hormon atau kondisi medis seperti diabetes atau hipertensi.