Pernah nggak sih ngobrol dengan laki-laki perokok yang sekarang me memilih jadi pengguna vape?
Kalau iya, pernah pasti mendengar dalih mereka untuk berhenti merokok itu dengan kegiatan asap lainnya atau ngevape.
Terus saat kamu tahu perkembangannya, perokok justru merokok dan menggunakan vape. Berhenti nggak, boros jadinya iya! Apa jangan jangan suamimu atau kamu sendiri begitu sekarang?
Ma kamu harus tahu, nggak hanya buat dalih berhenti merokok saja, vape atau rokok elektrik ini sering banget dianggap sebagai alternatif yang lebih aman dibanding rokok konvensional.
Dilansir dari IDN Times, padahal vape yang pada dasarnya rokok ini, juga memiliki risiko kesehatan yang mengintai dan sama parahnya dengan rokok.
Popmama.com akan ekspose studi ini biar kamu dan keluarga mempertimbangkan lagi kalau memang mengonsumsi vape, simak!
1. Sering sekali dianggap lebih aman dari rokok biasa
Pexels/Petar Starčević
Apakah saat ini kita berbicara soal paru-paru? Peelu diketahui Ma Rokok tidak hanya berbahaya untuk paru-paru, melainkan untuk seluruh anggota tubuh.
Sebuah riset yang terbit baru-baru ini menemukan risiko vaping untuk kesehatan reproduksi laki-laki Ma!
Penelitian yang dipimpin oleh New York University (NYU) Grossman School of Medicine dan Johns Hopkins University School of Medicine, Amerika Serikat (AS), dibuat untuk mengetahui hubungan antara disfungsi ereksi dengan vaping.
"Karena banyak orang yang menggunakan rokok elektrik yang dianggap tidak lebih berbahaya dari rokok konvensional atau ingin berhenti merokok, kami perlu menelusuri hubungan antara produk vape dan disfungsi ereksi," ujar peneliti studi dari NYU Grossman School of Medicine, Omar El-Shahawy, MD, PhD, MPH.
Dengan tajuk "Association of E-Cigarettes With Erectile Dysfunction", penelitian yang dimuat dalam American Journal of Preventive Medicine pada (30/11/2021), mengambil data dari Population Assessment of Tobacco and Health (PATH), studi yang memantau perilaku penggunaan rokok dan dampaknya pada kesehatan di kalangan 45.971 orang dewasa AS.
Editors' Pick
2. Penelitian melibatkan hampir 14.000 partisipan laki-laki
Unsplash/VapeClubMY
Para peneliti mengambil sampel 13.711 laki-laki usia 20 tahun ke atas. Dari angka tersebut, para peneliti menyaring kembali sebanyak 11.207 laki-laki dewasa berusia 20-65 tahun yang tidak memiliki riwayat penyakit kardiovaskular.
Dari kebiasaan merokoknya, para peneliti membagi para partisipan menjadi:
53 persen adalah mantan perokok 21 persen adalah perokok 14 persen adalah pengguna produk rokok lain
Dari 13.711 partisipan dan 11.207 partisipan tanpa riwayat penyakit kardiovaskular, sebanyak masing-masing 4,8 persen dan 4,7 persen melaporkan penggunaan vape.
Dan, dari persentase tersebut, masing-masing 2,1 persen dan 2,5 persen mengonsumsi vaping setiap hari.
3. Para pengguna vape berisiko terkena disfungsi ereksi
vice.com/Ben Ritter
Disamping itu, para peneliti juga menemukan bahwa disfungsi ereksi menjadi masalah besar di antara kedua jenis sampel tersebut.
Pada 13.711 partisipan, sejumlah 20,7 persen partisipan melaporkan disfungsi ereksi. Sementara, pada 11.207 partisipan di kelompok sehat, sebanyak 10,2 persen melaporkan disfungsi ereksi.
Pengguna rokok atau vape setiap hari lebih berisiko terkena disfungsi ereksi hingga lebih dari dua kali lipat. Temuan ini berlaku pada baik mereka yang memiliki riwayat penyakit kardiovaskular dan yang tidak memiliki riwayat penyakit tersebut.
Di sisi lain, para peneliti mencatat bahwa mereka yang memiliki riwayat penyakit kardiovaskular dan berusia 65 tahun ke atas lebih berisiko terkena disfungsi ereksi.
"Temuan kami mempertimbangkan riwayat merokok para partisipan, termasuk mereka yang tidak pernah sama sekali. Jadi, kemungkinan besar, penggunaan vape setiap hari dapat dikaitkan dengan risiko disfungsi ereksi yang tinggi, terlepas dari riwayat merokok seseorang," ujar Omar.
4. Kelemahan penelitian
Pexels/Elijah O’Donnell
Jangan sedih dulu para vapers! Ada kabar baik dari penelitian ini. Para peneliti mencatat satu kekurangan pada studi. Kekurangannya ada pada data yang digunakan berdasarkan laporan mandiri para partisipan mengenai penggunaan vape dan kondisi disfungsi ereksi. Oleh karena itu, masih ada potensi kesalahan teejadi.
Selain itu, tak ada data mengenai apakah para partisipan sedang menjalani terapi obat yang dapat menyebabkan disfungsi ereksi, seperti antidepresan atau beta blocker.
Dengan ini maka para peneliti dihaeapkan, untuk meneliti di masa depan tentang apakah penggunaan vape memiliki hubungan kuat dengan disfungsi ereksi dibandingkan produk rokok lainnya, dan apakah risiko disfungsi ereksi berkurang dengan berhentinya penggunaan vape.
"Di titik ini, kami belum memiliki bukti yang cukup. Apakah risiko disfungsi ereksi dikarenakan nikotin dalam rokok vape atau apakah ada komponen lain di dalamnya yang dapat memengaruhi fungsi ereksi," ungkap Omar.
Kemudian para peneliti juga perlu mencatat, penelitian bagaimana hubungan antara penggunaan produk rokok dan vape serta disfungsi seksual pada kaum perempuan.
5. Tidak ada produk rokok atau nikotin yang aman
Pixabay/realworkhard
Dikutip dari WebMD, Omar juga melanjutkan bahwa tak ada satupun produk nikotin atau rokok yang rendah atau bebas risiko kesehatan. Oleh karena itu, ia memperingatkan siapa pun yang ingin merokok untuk berpikir dua kali sebelum melakukannya.
Omar menekankan bahwa sudah banyak bukti ilmiah mengenai dampak paparan nikotin tinggi serta pengaruhnya pada disfungsi ereksi.
Selain itu, beberapa vape juga nyatanya mempunyai konsentrasi nikotin tinggi, terutama vape yang menggunakan electronic nicotine delivery system (ENDS).
"Mengejutkannya, hubungan antara produk rokok dan disfungsi ereksi konsisten di semua jenis evaluasi meski kami tidak menyertakan orang-orang dengan kondisi jantung," tambah Omar kembali.
Nah kan Ma, si Papa perlu diperingatkan nih untuk mengurangi frekuensi ngevape-nya. Meski risiko vape pada dasarnya lebih rendah dari rokok konvensional, tapi nggak seharusnya vape jadi kebiasaan baru yang dibarengi juga dengan merokok konvensional.
Selain boros di kantong, serangan kesehatan pada tubuhu yang suci ini menjadi dua kali lipat kan Ma kalau kegiatan tersebut terus saja dilakukan!