Pentingnya Cek Kesiapan dengan Pasangan Sebelum IVF, Jangan Terlewat!
Fit and proper test ini perlu dilakukan agar keberhasilan bayi tabung bisa lebih besar
9 Juli 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Banyak cara yang bisa dilakukan orangtua untuk mendapatkan keturunan. Bagi pasangan yang mengalami infertilitas, salah satu cara yang bisa ditempuh untuk memiliki anak dengan IVF.
IVF (in vitro fertilization) atau bayi tabung adalah teknologi reproduksi yang membantu para pasangan yang mendambakan keturunan. Metode ini menjadi harapan baru bagi para pasangan yang mengalami gangguan kesuburan. Definisi gangguan kesuburan yakni apabila dalam satu tahun sudah berhubungan seksual secara teratur tanpa menggunakan alat kontrasepsi, tapi tidak terjadi kehamilan.
Pada kondisi tersebut, maka perlu dilakukan evaluasi untuk mencari tahu penyebab dan penanganannya dengan program kehamilan yang tepat.
Indikasi pasangan yang mungkin disarankan untuk program bayi tabung di antaranya ketika kedua saluran telur tersumbat, kualitas sel telur yang kurang baik seperti pada endometriosis, usia perempuan sudah lanjut, kualitas sperma yang buruk, serta disfungsi seksual.
Terkadang, program bayi tabung juga dibutuhkan pada kondisi gangguan pematangan sel telur yang tidak berhasil dengan hanya pemberian obat-obat pembesar telur.
Apabila kita dan pasangan memiliki masalah ini, maka segeralah berkonsultasi dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi, dan reproduksi. Sebab, kondisi organ reproduksi yang kurang baik dapat menjadi penghambat terjadinya kehamilan dan merupakan alasan yang cukup kuat untuk melakukan program bayi tabung (IVF).
Berikut Popmama.com rangkum sederet hal yang perlu dilakukan dengan pasangan sebelum promil IVF!
Editors' Pick
1. Persiapan pasangan sebelum melakukan IVF
Ada persiapan sebelum IVF yang bisa dilakukan setiap pasangan. Tes ini dilakukan dengan melakukan wawancara awal untuk mengetahui riwayat dan lama pernikahan, siklus haid, riwayat penyakit dan operasi, pekerjaan, riwayat pengobatan sebelumnya, dan lainnya.
Berikut ini syarat melakukan program bayi tabung di Indonesia:
- Harus pasangan suami-istri yang sah dan tidak menggunakan donor sperma atau telur dari bukan pasangan.
- Calon ibu hamil belum menopause.
- Calon ibu hamil tidak memiliki penyakit yang dapat diperberat oleh kehamilan, seperti penyakit jantung.
- Kondisi rongga rahim sehat (tidak didapatkan mioma, polip, dan perlekatan yang mengganggu rongga rahim), karena rongga rahim nantinya penting untuk penempelan embrio (janin).
- Tidak didapatkan cairan pada salah satu atau kedua saluran telur (hidrosalping).
- Siap secara mental dan finansial.
Setelah syarat-syarat tersebut terpenuhi, biasanya setiap pasangan akan melakukan serangkaian pemeriksaan lanjutan. Mulai dari pemeriksaan dasar infertilitas berupa analisis semen sperma, histerosalpingografi (HSG) untuk mengevaluasi saluran telur, USG transvaginal, dan konfirmasi ovulasi dengan melihat siklus haid atau dengan pemeriksaan hormon.
Kemudian calon ibu hamil akan diberikan suntikan hormon setiap harinya untuk memperbesar ukuran beberapa cangkang telur (folikel), sehingga dapat dilakukan panen telur (ovum pick up). Nantinya, akan dipilih telur yang paling baik untuk digabungkan bersama sperma agar terjadi pembuahan.
Apabila persiapan dan syarat sudah terpenuhi, maka dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi, dan reproduksi akan memulai program bayi tabung.
2. Risiko melakukan promil bayi tabung
Meski terbilang aman dan banyak yang sukses, setiap tindakan medis tentu ada risikonya. Tak terkecuali risiko program bayi tabung yang mungkin bisa terjadi.
Berikut ini risiko yang mungkin dapat terjadi ketika menjalani program bayi tabung:
- Sindroma hiperstimulasi ovarium (ovarian hyperstimulation syndrome/OHSS), sekitar 2 persen.
- Kehamilan multipel (kembar).
- Kehamilan ektopik.
- Perdarahan/cedera pembuluh darah dalam rongga perut saat tindakan panen telur.
- Infeksi.
Program bayi tabung harus dijalankan oleh pasangan yang benar-benar siap fisik dan mental, juga ditambah dengan dukungan kemahiran dokter dan perawat yang dapat mengarahkan, membimbing, dan membantu prosesnya.
3. Tingkat keberhasilan dalam bayi tabung
Salah satu yang beperan dalam kesuksesan bayi tabung yakni usia dari calon ibu yang akan mengandung. Sebab, faktor usia ini jadi penyebab infertilitas pada pasangan.
Umumnya angka keberhasilan IVF dapat mencapai 40-50 persen pada pasangan dengan usia calon ibu hamil berusia kurang dari 35 tahun. Sementara, pada pasangan dengan usia calon ibu hamil berusia 35-40 tahun, tingkat keberhasilannya sekitar 25-35 persen.
Sedangkan keberhasilan program IVF yang diikuti oleh calon ibu berusia di atas 40 tahun angka keberhasilannya hanya sekitar 10 persen.
Tingkat keberhasilan program bayi tabung juga ditentukan oleh dukungan pasangan dan support system yang dimiliki. Program bayi tabung tidak dapat berjalan tanpa peran suami yang mendukung pihak calon ibu hamil.
Selain itu, faktor sperma dari suami juga menjadi hal penting dalam menciptakan embrio yang berkualitas. Sehingga tak hanya pihak perempuan, pihak suami juga harus disiapkan betul kualitas spermanya dengan selalu menerapkan gaya hidup yang sehat.
Suami dan istri yang akan menjalani program bayi tabung harus memiliki dukungan lain yakni dukungan secara emosional, dukungan finansial, dan sebagainya.
Itulah tadi sederet hal yang perlu dilakukan dengan pasangan sebelum promil IVF. Program bayi tabung merupakan harapan baru bagi pasangan suami dan istri yang ingin memiliki keturunan tetapi memiliki gangguan kesuburan.
Persiapan yang matang sangat diperlukan demi memastikan kelancaran program bayi tabung ini!
Baca juga:
- 5 Jenis Pekerjaan yang Memengaruhi Kesuburan Seseorang
- Cerita Haru Dhini Aminarti yang Menikah 11 Tahun dan Belum Punya Anak
- Histeroskopi, Teknologi yang Bisa Melihat Penyebab Ketidaksuburan