Teknologi Bayi Tabung Bisa Perkecil Risiko Kelainan Genetik pada Anak
Lewat PGT-A akan dianalisis kelainan genetik yang mungkin bisa diturunkan ke anak
7 Februari 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Memiliki anak yang sehat tentu menjadi harapan setiap orangtua. Namun, bagi pasangan yang memiliki kelainan genetik, ada beberapa jenis di antaranya yang bisa diturunkan kepada bayinya. Ternyata dengan program bayi tabung atau IVF (in vitro fertilization), risiko tersebut bisa ditekan atau diminimalkanl.
Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, Sp.OG-KFER, MPH yang merupakan dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi, dan reproduksi RS Pondok Indah IVF mengatakan jika peranan teknologi dalam bayi tabung ini berperan dalam pemilihan embrio yang akan disuntikkan ke sel telur.
"Apakah bayi tabung bisa jadi salah satu cara menghindari kelainan genetik? Jawabannya iya, makanya ada teknologi Pre-implantation genetic testing for aneuploidy (PGT-A)," ujarnya dalam webinar Harapan Baru untuk Miliki Buah Hati, yang diadakan oleh RS Pondok Indah IVF Centre, Kamis (4/2/2021).
Bagi pasangan yang memiliki garis keturunan dan punya risiko kelainan genetik, bisa melakukan skrining kromosom melalui PGT-A sebelum melakukan program bayi tabung.
Berikut Popmama.com rangkum informasi selengkapnya.
Editors' Pick
1. PGT-A bisa menganilisis dan mengetahui kelainan kromosom calon orangtua
Dalam program bayi tabung atau IVF akan dilakukan proses pemeriksaan kromosom yang dilakukan dengan metode pre-implantation genetic testing for aneuploidy (PGT-A) untuk mendeteksi kelainan genetik embrio serta mengurangi risiko keguguran.
"Program bayi tabung sangat dipengaruhi oleh teknologi medis dan teknik yang digunakan. Keduanya berkesinambungan guna meningkatkan peluang keberhasilan mendapatkan kehamilan," ujar dr. Budi Wiweko.
Oleh karenanya penting sekali pasangan yang akan melakukan proses bayi tabung ini mengetahui rekam jejak rumah sakit pilihannya. Karena dukungan dari tenaga medis dan teknologi ini sangat krusial.
2. Beberapa kelainan genetik bisa diminimalkan, salah satunya down syndrome
Ketika calon orangtua melakukan tes PGT-A maka hasil yang didapat yakni informasi jumlah kromosom dari masing-masing embrio. Di mana teknologi PGT-A memungkinkan pengecekan ke-23 set kromosom termasuk X dan Y di setiap embrio sehingga embrio yang memiliki kemungkinan berhasil paling besar dapat dipilih untuk ditransfer ke dalam rahim.
"Ada tiga jenis PGT-A yang bisa skrining untuk beberapa kondisi pasien. Salah satunya bisa digunakan untuk skrining kelainan kromosom, misalkan down syndrome, trisomi kromosom 21, trisomi kromosom 18, trisomi kromosom 11 dan 13, sangat mudah dideteksi dengan PGT-A. Jadi bisa dilihat di sana dan risikonya," jelas dr. Budi Wiweko.
Selain itu, PGT-A ini juga bisa mengetahui kelainan monogenetik atau warisan gen tunggal.
"PGT-A bisa dilakukan untuk mengetahui kelainan yang berbasis gen tunggal. Mungkin salah satunya kalau di Indonesia itu thalasemia ya, itukan endemik di Indonesia. Termasuk beta thalasemia yang bisa diskrining lewat PGT-A," tutur dr. Budi Wiweko.