Clomid: Manfaat, Dosis dan Efek Samping
Meskipun bermanfaat, obat ini tidak bisa sembarangan digunakan ya
28 Oktober 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Apakah kamu pernah mendengar obat clomid? Clomid adalah obat kesuburan yang banyak diresepkan oleh dokter untuk membantu program hamil.
Clomid digunakan untuk mengatasi masalah kesuburan, terutama yang disebabkan oleh gangguan ovulasi. Karena, clomid bekerja merangsang indung telur untuk berovulasi atau mengeluarkan sel-sel telur.
Ini akan memperbesar peluang kehamilan kamu, karena sperma akan dengan mudah bertemu sel telur untuk dibuahi.
Yuk, simak informasi lengkap yang telah berhasil Popmama.com rangkum tentang clomid, obat kesuburan yang banyak diresepkan di dunia, dilansir dari Verywell Family.
1. Apa itu obat Clomid untuk kesuburan?
Clomid adalah obat perangsang ovulasi yang digunakan untuk membantu perempuan dengan masalah ovulasi. Ini merupakan obat kesuburan yang paling umum digunakan lho. Karena clomid bisa diresepkan oleh dokter kandungan, serta obat perawatan kesuburan pertama yang dicoba bagi sebagian besar pasangan yang sulit hamil.
Berbeda dengan obat kesuburan lainnya yang berbentuk suntikan, clomid digunakan dalam bentuk pil. Di Indonesia, clomid dijual dengan berbagai merek dagang, diantaranya Bifertil, Blesifen, Clomifene Citrate, Clomifil, Clovertil, Dipthen, Fervula, Fertin, Fertion, Genoclom, GP-Fertil, Provula, Profertil, dan Pinfetil.
2. Kegunaan obat Clomid untuk kesuburan
Berikut ini beberapa kegunaan obat clomid untuk kesuburan
- Clomid sering digunakan dalam mengobati masalah kesuburan yang berkaitan dengan polycystic ovarian syndrome (PCOS). Ini karena, penderita PCOS umumnya mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur, atau siklus anovulasi (menstruasi tanpa ovulasi).
- Clomid digunakan dalam masalah kesuburan yang tidak bisa dijelaskan. Terutama, jika pasangan tersebut menolak untuk melakukan perawatan kesuburan yang lebih mahal dan invasif.
- Clomid juga bisa digunakan selama kamu dan pasangan menjalankan prosedur intrauterine insemination (IUI) atau in vitro fertilization (IVF). Saat menjalani IVF, clomid bisa juga digunakan bersamaan dengan obat ovulasi suntik, guna mendapatkan hasil yang lebih baik.
Editors' Pick
3. Kontraindikasi obat Clomid
Sama seperti penggunaan obat pada umumnya, ada hal yang harus diperhatikan dalam mengonsumsi obat clomid ya. Kontraindikasi artinya, obat clomid tidak bisa digunakan pada beberapa kondisi. Diantaranya:
- Jika kamu memiliki penyumbatan saluran tuba, fibroid atau kelainan rahim.
- Memiliki kista ovarium. Hal ini tidak sama ya dengan kista kecil yang merupakan gejala PCOS.
- Memiliki lapisan endometrium yang cenderung tipis.
- Adanya masalah infertilitas pada laki-laki, kecuali jika pasanganmu memiliki kondisi yang sedang dirawat dengan clomid.
- Memiliki cadangan sel telur yang rendah, baik karena faktor usia atau masalah kegagalan ovarium prematur.
- Adanya masalah lain seperti hiperprolaktinemia. Jika hal ini terjadi, sebaiknya kamu menjalani pengobatan hiperprolaktinemia terlebih dahulu sebelum menggunakan clomid.
- Adanya tumor hormon reaktif yang bisa tumbuh dengan penggunaan clomid, atau memiliki riwayat kanker tertentu.
- Pernah memiliki efek samping negatif dengan pengobatan clomid sebelumnya.
Jika kamu mengalami salah satu diantaranya, ada baiknya konsultasikan terlebih dahulu ke dokter ya. Supaya dokter mempertimbangkan kembali pemberian resep clomid untuk kamu.
4. Bisakah obat Clomid digunakan pada perempuan yang tidak memiliki masalah ovulasi?
Umumnya clomid memang diresepkan untuk perempuan yang mengalami masalah ovulasi. Tapi, bisakah obat ini digunakan pada perempuan yang tidak memiliki masalah ovulasi?
Sebuah penelitian dilakukan terhadap lebih dari 1.000 perempuan, untuk melihat apakah clomid bisa membantu perempuan yang sulit hamil, namun tidak mengalami masalah ovulasi. Hasilnya didapatkan bahwa, tidak ada peningkatan kehamilan yang terjadi.
Artinya, clomid jika digunakan pada perempuan tanpa masalah ovulasi, tidak membuat mereka cepat hamil. Justru malah berisiko menyebabkan efek samping, salah satunya mengurangi kesuburan.
5. Cara menggunakan obat clomid untuk kesuburan
Dalam menggunakan obat clomid untuk kesuburan, kamu harus mengikuti petunjuk yang diberikan oleh dokter ya. Karena dokter mungkin saja memberikan aturan minum yang berbeda pada tiap orang.
Dosis clomid yang paling umum diberikan adalah 50 mg. Ini diminum selama lima hari, pada hari ke 3 hingga ke 7 siklus menstruasi kamu. Tapi, ada juga beberapa dokter yang menyarankan untuk menggunakan clomid pada hari ke 5 sampai ke 9 siklus menstruasi.
Faktanya, perbedaan dalam pemberian obat ini tidak memengaruhi kerja obat tersebut. Jadi kamu nggak perlu khawatir ya, jika memiliki aturan penggunaan yang berbeda dengan orang lain.
Apabila penggunaan dosis 50 mg tidak berhasil, dokter mungkin akan meningkatkan dosis obat tersebut. Namun, bukan berarti lebih tinggi dosis akan lebih baik ya.
Menurut penelitian, penggunaan clomid di atas 150 mg, justru bisa membuat proses pembuahan terhambat.
Selain itu, obat clomid juga tidak disarankan digunakan dalam waktu lama. Karena bisa meningkatkan risiko kanker ovarium.
Untuk amannya, kebanyakan dokter merekomendasikan penggunaan obat clomid tidak lebih dari 12 bulan. Bahkan beberapa diantaranya membantasi pengobatan dengan clomid, hanya sampai enam bulan.
6. Efek samping yang mungkin timbul jika kamu menggunakan obat Clomid
Kemungkinan efek samping yang timbul jika kamu menggunakan obat clomid untuk kesuburan:
- Ovarium menjadi lunak dan mengalami pembesaran.
- Hot flashes atau berkeringat di malam hari.
- Nyeri perut yang diakibatkan pembesaran ovarium.
- Perut terasa kembung.
- Rasa nyeri pada kedua payudara.
- Mengalami vagina kering atau lendir serviks yang lebih tebal.
- Rasa tidak nyaman di perut disertai mual dan muntah.
- Kecemasan berlebih dan sulit tidur di malam hari.
- Adanya gangguan pengelihatan
- Sakit kepala dan rasa mudah lelah.
- Munculnya bercak-bercak darah akibat pendarah uterus abnormal.
- Perubahan suasana hati.
Efek samping ini umumnya ringan dan akan hilang setelah penggunaan obat ini dihentikan.
Namun, efek samping buruk mungkin saja terjadi, diantaranya bisa menurunkan kualitas lendir serviks. Ini bisa menyebabkan masalah kesuburan lho. Karena tanpa lendir serviks yang berkualitas, sperma akan sulit bergerak menuju sel telur, sehingga proses pembuahan menjadi terhambat dan kamu sulit hamil.
Selain itu, clomid juga bisa menyebabkan lapisan rahim menjadi lebih tipis dan menjadi kurang ideal. Inilah mengapa, dosis lebih tinggi dalam menggunakan clomid, bukan berarti lebih baik.
7. Bagaimana tingkat keberhasilan obat clomid dalam mengatasi masalah kesuburan?
Faktanya, obat clomid mempercepat ovulasi pada hampir 80% pasien dengan masalah kesuburan. Sekitar 40% hingga 45% perempuan yang menggunakan clomid untuk kesuburan, berhasil hamil dalam enam siklus penggunaan.
Tapi, ovulasi tidak menjamin kehamilan akan terjadi ya.
Lalu bagaimana jika penggunaan clomid tidak berhasil?
Jika perempuan tidak menghasilkan ovulasi setelah menggunakan clomid, para ahli mengatakan bahwa perempuan tersebut resisten terhadap obat clomid.
Tapi kamu tak perlu terburu-buru untuk beralih ke perawatan lain. Apabila penggunaan clomid belum berhasil, dokter mungkin akan meresepkan obat diabetes metformin untuk obat kesuburan, yang akan dikonsumsi bersama dengan clomid.
Nah, itulah tadi penjelasan lengkap mengenai clomid, obat kesuburan yang banyak diresepkan di dunia.
Penting untuk diingat, meskipun penggunaan obat clomid relatif sederhana, bukan berarti semua orang bisa menggunakannya ya. Konsultasikan terlebih dahulu ke dokter mengenai kondisi kamu, karena penggunan clomid harus berada di bawah pengawasan medis.
Saat menggunakannya, pastikan kamu mendapatkan obat ini dari tempat terpercaya seperti rumah sakit atau apotek yang memiliki izin resmi ya!
Baca juga:
- Manfaat Metformin untuk Program Hamil, Kendalikan Gangguan PCOS
- Apakah Metformin dan Clomid Dapat Dikonsumsi untuk Program Hamil?
- Metformin: Pengertian, Manfaat, dan Interaksi dengan Obat Lain