Hormon memiliki peranan penting dalam proses program bayi tabung atau In Vitro Fertilization (IVF). Hal ini karena hormon membantu mengendalikan perawatan dan meningkatkan peluang keberhasilan untuk hamil.
Bukan hanya hormon perempuan, hormon pada laki-laki juga berperan Mama dan Papa mungkin bertanya-tanya, hormon jenis apa saja yang berperan untuk meningkatkan keberhasilan program bayi tabung? Mengingat, ada banyak sekali jenis hormon di dalam tubuh.
Nah, untuk mengetahuinya, di bawah ini Popmama.com sudah merangkum berbagai jenis hormon pendukung keberhasilan program bayi tabung yang dikutip dari Bocah Indonesia:
1. AMH (Hormon anti-mullerian)
Pexels/Mart Production
AMH adalah hormon yang berperan dalam perkembangan organ reproduksi bayi. Tingkat AMH berbeda antara laki-laki dan perempuan. Kadar AMH yang tinggi pada laki-laki dapat menghambat perkembangan organ reproduksi perempuan.
Sedangkan, pada perempuan, AMH diproduksi di ovarium dan membantu pembentukan sel telur. Sebuah tes darah AMH dilakukan di awal proses bayi tabung untuk menilai cadangan sel telur. Ini penting karena tingkat AMH biasanya mulai menurun setelah usia 25 tahun.
Selama tes AMH, dokter akan mengambil sampel darah untuk menilai tingkat hormon dalam tubuh. Hasilnya bisa tinggi (>1,0 ng/mL) atau rendah (<1,0 ng/mL), yang masing-masing menunjukkan cadangan sel telur yang cukup atau kurang.
2. Follicle-Stimulating Hormone (FSH)
Freepik/tirachardz
FSH adalah hormon perangsang folikel yang bertugas menginduksi produksi sel telur matang dalam ovarium. FSH juga dapat disuntikkan dan digunakan dalam prosedur IVF untuk mengatasi masalah infertilitas.
Mirip dengan LH, FSH diproduksi oleh kelenjar pituitari yang terletak di otak. Otak dapat mendeteksi perubahan dalam tingkat estrogen yang terjadi seiring pertambahan usia.
Dalam program bayi tabung, tes FSH dilakukan pada hari ketiga siklus menstruasi untuk menilai apakah tingkat hormon dasar Mama normal (>9). Jika tingkatnya meningkat (9-20), itu menunjukkan bahwa cadangan sel telur rendah. Tingkat FSH juga dapat memberikan petunjuk tentang respons tubuh mama terhadap obat kesuburan.
3. Hormon luteinizing (LH)
freepik/gpointstudio
LH adalah hormon yang memiliki peran penting dalam proses reproduksi. Hormon ini dimiliki oleh Papa dan Mama. Pada Papa, LH meningkatkan produksi hormon testosteron, sementara pada Mama, perubahan tingkat LH memicu ovulasi.
Selain itu, LH juga berperan dalam mendukung kehamilan. Hormon ini mengaktifkan pelepasan hormon yang diperlukan untuk mendukung awal kehamilan.
LH memicu pembentukan struktur yang disebut corpus luteum di ovarium. Struktur ini memicu produksi hormon progesteron yang penting untuk mendukung tahap awal kehamilan.
Penting untuk memahami bahwa kadar LH dalam tubuh dapat berubah seiring bertambahnya usia. Oleh karena itu, mengetahui kadar LH dalam tubuh saat promil sangatlah penting.
Editors' Pick
4. Hormon progesteron
Freepik
Ovarium memproduksi hormon progesteron yang jumlahnya meningkat selama proses ovulasi. Tugas utama hormon ini adalah untuk menyiapkan lapisan rahim yang disebut endometrium agar siap jika kehamilan terjadi.
Ketika kehamilan tidak terjadi, kadar progesteron akan menurun, dan ini akan memicu awalnya menstruasi. Hormon progesteron memiliki peran penting dalam menjaga endometrium agar tetap siap menerima dan mendukung sel telur jika terjadi pembuahan.
Jika kehamilan terjadi, produksi progesteron akan terus berlanjut selama 8-10 minggu tambahan untuk memastikan perkembangan embrio yang sehat.
Oleh karena itu, dalam prosedur bantu reproduksi dan program IVF, progesteron sering diresepkan untuk mencegah penurunannya dan membantu mempersiapkan lapisan rahim.
Ini akan meningkatkan kemungkinan berhasilnya penanaman embrio dan mendukung perkembangan yang sehat setelah embrio transfer.
Jika dokter memberikan resep progesteron, biasanya Mama akan mulai mengonsumsinya segera setelah pengambilan sel telur, kecuali jika dokter memberikan instruksi lain.
Terdapat beberapa cara untuk pengobatan hormon progesteron, seperti suntikan, gel vagina, dan pil. Namun, pil sering kali kurang efektif karena penyerapan hormon oleh perut terbatas.
5. Prolaktin
Freepik/pressfoto
Hormon prolaktin diproduksi dalam tubuh mama saat hamil dan ketika sedang menyusui, karena berperan dalam pembentukan ASI. Meskipun kadar prolaktin yang tinggi saat berusaha hamil terdengar baik, sebenarnya ini tidak selalu menjadi tanda yang baik.
Pasalnya prolaktin yang berlebihan dapat mempengaruhi perkembangan folikel ovarium dan lapisan rahim. Ketika produksi ASI berlangsung, prolaktin dapat menghambat kemampuan reproduksi perempuan.
Jadi, tingginya kadar prolaktin pada Mama yang tidak sedang hamil atau menyusui dapat mengindikasikan ketidakseimbangan hormon.
Itulah mengapa penting untuk memonitor kadar prolaktin saat mempertimbangkan perawatan IVF. Kadar prolaktin normal pada perempuan yang tidak sedang hamil adalah kurang dari 25 ng/mL.
Jika kadar prolaktin lebih tinggi dari itu, Mama mungkin akan diresepkan obat untuk menekan produksi prolaktin dan meningkatkan peluang untuk hamil.
6. Hormon estrogen
istockphoto.com/andrei_r
Estrogen, yang merupakan bagian dari hormon estradiol, adalah hormon seks perempuan yang diproduksi dalam folikel ovarium.
Fungsi utamanya adalah merangsang dan menjaga ketebalan lapisan rahim, terutama untuk mempersiapkannya agar lebih tebal setelah pembuahan, sehingga bisa mendukung kehamilan yang sehat.
Kadar estrogen dalam tubuh perempuan akan berubah-ubah selama siklus menstruasi, mencapai puncaknya saat ovulasi. Saat menopause, terjadi penurunan signifikan dalam kadar estrogen dibandingkan dengan masa sebelumnya.
Dalam program bayi tabung, mungkin Mama akan diresepkan suplemen estrogen untuk menjaga keseimbangan hormon. Ini diperlukan karena kadar estrogen dapat berubah akibat pengaruh hormon dan prosedur reproduksi lainnya.
Tujuannya adalah untuk memastikan tingkat estrogen yang tepat agar implantasi aman dan perkembangan kehamilan berlangsung dengan baik.
7. Human Chorionic Gonadotropin (hCG)
Pexels/MART PRODUCTION
Human chorionic gonadotropin atau yang dikenal sebagai hCG, sering disebut sebagai hormon kehamilan. Alasannya adalah hormon ini diproduksi saat kehamilan klinis terjadi dan mencapai tingkat tertinggi pada awal kehamilan.
Hormon ini juga hormon yang memberi sinyal bahwa Mama sedang hamil saat melakukan tes kehamilan. Bersama dengan suntikan hormon lainnya, hormon ini mendukung penebalan lapisan rahim mama dan perkembangan embrio setelah embrio transfer.
8. Thyroid Stimulating Hormone (TSH)
Freepik/Tirachardz
Ilustrasi
Hormon stimulasi tiroid (TSH) adalah hormon lain yang memengaruhi sistem reproduksi dan kemampuan Mama untuk hamil.
Secara khusus, tingkat hormon tiroid yang seimbang memastikan bahwa proses pembuahan berjalan dengan sukses dan Mama tidak mengalami disfungsi ovarium atau sindrom ovarium polikistik, bersama dengan masalah reproduksi lainnya atau masalah selama kehamilan.
Oleh karena itu, melakukan tes TSH untuk menentukan tingkat hormon ini bisa menjadi sangat penting sebelum memulai IVF. Tes ini melibatkan pengambilan sampel darah dan dapat dilakukan pada pagi hari. Tingkat TSH normal untuk perempuan yang tidak hamil adalah <5.0 mIU/L.
Itu tadi berbagai jenis hormon pendukung keberhasilan program bayi tabung. Semoga informasi di atas bermanfaat!