Benarkah Ada Batasan Usia untuk Melakukan Bayi Tabung?
Metode bayi tabung pun semakin populer di kalangan pasangan suami istri yang sulit mendapatkan anak
24 Juni 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bagi Mama dan pasangan yang belum memiliki keturunan setelah menikah bertahun-tahun, saat ini Mama sudah bisa melakukan proses bayi tabung atau dikenal juga dengan istilah in vitro fertilization (IVF).
Metode bayi tabung pun semakin populer di kalangan pasangan suami istri yang menginginkan kehadiran buah hati. Sebagian pasangan biasanya akan menjalani program bayi tabung ketika sudah mencoba berbagai cara untuk mendapatkan buah hati misalnya mengatur pola makan, mengonsumsi obat-obatan, hingga inseminasi buatan.
Lantas, adakah batasan usia untuk menjalani program bayi tabung? Apakah semua pasangan yang menjalani program bayi tabung memiliki peluang yang sama untuk mendapatkan buah hati? Berikut rangkuman penjelasannya dari Popmama.com.
Alasan Melakukan Bayi Tabung
Telah disinggung di atas bahwa program bayi tabung dianjurkan bagi pasangan yang sulit hamil. Ada beberapa kondisi yang menyebabkan pasangan suami istri sulit mendapatkan buah hati, seperti adanya gangguan pada tuba falopi atau rahim, terserang endometriosis, jumlah produksi sperma rendah.
Kemudian, adanya gangguan ovulasi yang membuat produksi sel telur rendah, adanya masalah pada sistem kekebalan tubuh papa yang menyebabkan gangguan produksi sel sperma, dan ketidakmampuan sperma untuk melewati cairan leher rahim.
Apabila Mama dan pasangan memiliki masalah seperti yang disebutkan di atas, tak ada salahnya untuk bertanya ke dokter kandungan mengenai rencana menjalani program bayi tabung. Namun sebelumnya, Mama perlu mengetahui terlebih dahulu risiko program bayi tabung dan usia yang tepat untuk melakukannya.
Editors' Pick
Risiko Bayi Tabung
Kelahiran ganda adalah salah satu risiko dari program bayi tabung. Artinya, Mama memiliki peluang untuk melahirkan bayi kembar, terutama jika lebih dari satu embrio yang ditransfer ke rahim.
Meski berpeluang melahirkan bayi kembar, program bayi tabung juga meningkatkan risiko persalinan prematur dan bayi lahir dengan berat badan rendah. Namun, hingga kini, presentase kelahiran bayi prematur dari ibu hamil yang menjalani program bayi tabung masih sangat rendah.
Selanjutnya, prosedur pengambilan telur pada program bayi tabung berisiko menyebabkan komplikasi. Penggunaan jarum untuk mengumpulkan sel telur dapat menyebabkan pendarahan, infeksi, hingga kerusakan pada usus. Oleh sebab itu, Mama perlu memilih dokter yang tepat untuk menjalani program bayi tabung.