Jadwal Kontrol Kandungan Ibu Hamil yang Perlu Diketahui Sejak Dini
Pahami jadwal per minggunya yuk, Ma!
12 Februari 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Selama mengandung, rata-rata ibu hamil akan berkunjung ke obgyn atau dokter kandungan berkisar 9 hingga 10 kali pertemuan hingga hari perkiraan lahir.
Namun, semuanya akan kemabali lagi pada kondisi setiap ibu hamil dan janin.
Pada kondisi kehamilan yang berisiko tinggi, biasanya, obgyn akan menyarankan pemeriksaan fetomaternal untuk mendeteksi kelainan genetic dini, kelainan kromosom, gangguan pembentukan organ, hingga deteksi keguguran.
Bagi Mama yang baru pertama kali hamil, maka penting sekali untuk mengetahui kapan waktu yang tepat untuk mengontrol kondisi kandungan serta apa saja yang perlu dilakukan sejak masa persiapan kehamilan.
Mengetahui pentingnya hal tersebut, berikutPopmama.com telah merangkum 7 tahapan kontrol kandungan yang perlu Mama ketahui!
1. Minggu ke-8
Pada minggu ini Mama dapat mulai mengecek detak jantung janin.
Jangan takut jika degup jantung yang tidak terdengar di masa-masa ini, karena prosesnya bisa memakan waktu selama 12 minggu untuk dapat mendengar segala jenis suara dalam rahim dengan jelas.
USG kandungan, atau sonogram, adalah metode yang paling akurat dan sering digunakan oleh dokter/bidan untuk memeriksa detak jantung bayi.
Jika Mama belum/tidak menjalani USG di masa ini, maka Mama mungkin dapat mendengar detak jantung pertama si buah hati lewat fetal doppler pada kunjungan prenatal rutin Mama.
Dokter atau bidan mungkin dapat mendeteksi detak jantung bayi menggunakan doppler sedini 10 minggu usia kehamilan, tapi lebih sering terdengar di minggu ke-12.
Fetal doppler adalah alat ultrasound versi mini yang dapat digenggam guna menemukan detak jantung bayi. Dokter atau bidan akan melapisi perut Mama dengan dengan ultrasound gel dan menggerakkan batangan doppler di sekitar permukaan perut sampai ia menemukan tempat di mana detak jantung dapat terdeteksi.
Doppler mengirim dan menerima gelombang suara yang memantul dari jantung bayi mama. Dengan cara ini, fetal doppler membuat detak jantung bayi “menggema” cukup keras untuk bisa ikut mendengarnya.
Kapan tepatnya Mama dapat mendengar detak jantung pertama si Kecil akan sangat bergantung pada ukuran tubuh Mama saat hamil, posisi rahim, lokasi bayi, dan keakuratan usia kehamilan Mama.
Banyak perempuan yang mengatakan bahwa detak jantung bayi mereka pertama kali terdengar seperti keriuhan sekawanan kuda berderap kencang.
Denyut jantung bayi berkisar 120-160 denyut per menit, jika detak jantung yang sebenarnya bayi berada di luar rentang tersebut, bisa jadi bayi mama memiliki masalah jantung.
2. Minggu ke-12
Pada minggu ke-12, Mama dapat melakukan screening down syndrome pada janin untuk mendeteksi adanya gejala down syndrome pada bayi.
Pada dasarnya, semua ibu hamil berpotensi memiliki bayi dengan down syndrome, namun kemungkinannya menjadi lebih besar jika ibu hamil tersebut berusia lebih tua.
American College of Obstetricians and Gynecologist merekomendasikan semua ibu hamil melakukan tes CVS ini, tidak peduli berapa usia Mama.
Ada dua jenis tes yang bisa Mama lakukan yaitu tes skrining dan tes diagnostik.
Tes skrining hanya memberikan gambaran seberapa besar risiko bayi mengalami down syndrome.
Sedangkan tes diagnostik yang disebut Chorionic Villus Sampling (CVS) akan memberikan hasil yang pasti apakah janin tersebut mengalami down syndrome.
Tes skrining hanya membutuhkan sampel darah dari ibu hamil, sedangkan USG dilakukan hanya jika diperlukan. Tes diagnostik CVS dilakukan dengan cara mengambil sedikit sel plasenta lalu mengirimnya ke laboraturium.
Untuk tes skrining, ada empat jenis tes yang bisa dilakukan sejak trimester pertama. Untuk tes CVS bisa dilakukan sejak dini, biasanya ketika usia kandungan 13 minggu.
Editors' Pick
3. Minggu ke-16
Normalnya, pada tahap kehamilan di minggu ke-16, dokter sudah dapat menentukan jenis kelamin bayi. Posisi bayi saat di USG menjadi aspek paling penting dalam mengetahui jenis kelamin bayi.
Untuk beberapa alasan, jenis kelamin lebih mudah dilihat jika janin merupakan bayi laki-laki.
Salah satu metode yang dapat diandalkan adalah menggunakan amniocentesis, tes untuk mengetahui kromosom bayi dengan memeriksa cairan ketuban.
Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada ibu hamil berusia 35 tahun ke atas untuk menemukan apakah ada kelainan genetik pada bayi.
Dokter akan memasukkan jarum ke dalam rahim untuk mengambil sedikit cairan ketuban. Tes ini biasanya dilakukan pada usia kehamilan 16 minggu, sehingga ibu hamil bisa mengetahui jenis kelamin bayi lebih cepat.
4. Minggu ke-22
Pada minggu ke-22 Mama sudah bisa melakukan USG 4 dimensi.
Teknologi USG 4D sudah lebih maju dari teknologi USG 2D, atau 3D sebelumnya. Ia mampu mendeteksi secara lebih akurat jika terjadi kelainan pada janin. Bedanya, teknologi terbaru ini mampu merekam gerakan-gerakan janin, seperti menendang atau memukul.
Bahkan tipikal wajah janin bisa terlihat jelas, lengkap dengan lekuk dan pipinya. Dengan melakukan USG 4 dimensi, kelainan jantung mayor, bibir sumbing, organ dalam, ketebalan leher lebih dari 2,5 mm, bahkan jenis kelamin bayi sudah bisa diketahui pada usia ini.
USG kedua pada trimester kedua usia kehamilan 21-22 minggu, untuk melihat detail jantung, kelainan jantung, jantung bocor dan sebagainya. Jika usia bayi lebih besar dari itu, tulang sudah terbentuk sehingga jendela untuk memeriksa jantung tidak seterang pada usia 22 minggu.
5. Minggu ke-28
Pemeriksaan tekanan darah dan berat badan Mama untuk memantau gejala eklampsia dapat mulai dilakukan ketika Mama memasuki minggu ke-28.
Selama masa kehamilan, Mama sebaiknya melakukan check up rutin ke dokter kandungan. Dokter akan memeriksa tekanan darah ibu hamil pada saat check up rutin untuk melihat adanya kemungkinan terjadinya pre-eclampsia.
Gangguan pre-eclampsia adalah gangguan yang ditandai tingginya tekanan darah dan ditemukannya protein dalam urin ibu hamil. Fungsi plasenta yang tidak normal disebut-sebut sebagai penyebab gangguan ini.
Pre-eclampsia juga dapat mengganggu perkembangan janin karena mempengaruhi suplai nutrisi dan oksigen bagi janin bahkan memperbesar resiko bayi lahir prematur.
Pre-eclampsia yang tidak ditangani dengan benar bisa menyebabkan komplikasi lain, seperti eclampsia dan sindrom HELLP.
6. Minggu ke-32
Selanjutnya, pada minggu ke-32 Mama dapat melakukan pemeriksaan jantung, paru-paru, dan plasenta pada bayi.
Pemeriksaan jantung bayi dapat didengarkan secara manual, yaitu melalui stetoskop dokter.
Namun, jika ingin lebih detail, maka Mama juga dapat melakukan USG 4 dimensi untuk melakukan pengecekan kondisi jantung janin.
Sedangkan untuk paru-paru, Mama perlu memastikan dengan benar mengenai kematangan paru-paru pada janin agar ia bisa hidup dengan pernapasan yang bekerja dengan baik.
Biasanya dokter akan mengambil sampel cairan ketuban melalui metode amniosentesis, yaitu pengambilan cairan ketuban dari perut menggunakan jarum.
Beberapa metode pemeriksaan laboratorium dapat digunakan pada pemeriksaan ini, seperti: rasio L/S (Lecithin Sphingomyelin Ratio), Lamellar Body Count, hingga yang paling simpel adalah Shake Bubble Test. Nilai normal berbeda-beda, bergantung pada metode tes yang dilakukan.
7. Minggu ke-36 hingga ke-38
CTG adalah alat yang digunakan untuk memantau denyut jantung janin dan kontraksi rahim saat bayi dalam kandungan.
Alat ini digunakan untuk melihat ada tidaknya gangguan pada bayi sebelum atau selama persalinan. Sehingga, jika ada perubahan pada denyut jantung janin maupun kontraksi rahim pada bumil, dokter dan bidan waspada dan memberi pertolongan dengan segera.
Dokter umumnya tidak menggunakan CTG kalau tidak ada faktor risiko atau gangguan tertentu pada kehamilan dan persalinan.
CTG diperlukan jika ibu hamil mengalami kondisi yang dianggap dapat membahayakan persalinan atau bayi dalam kandungan, misalnya diabetes atau tekanan darah tinggi.
Pemeriksaan ini diperlukan untuk menentukan kemungkinan tindakan apa yang dapat dilakukan untuk memudahkan persalinan.
CTG juga dapat dilakukan untuk mengukur braxton hicks atau kontraksi palsu, dan mengantisipasi kontraksi asli pada ibu hamil yang sudah melewati kehamilan trimester ketiga namun belum juga melahirkan.
Mesin CTG akan mengeluarkan hasil berupa grafik sesuai dengan denyut jantung janin dan kontraksi rahim.
Hasil pemeriksaan dapat dikategorikan menjadi reaktif dan nonreaktif. Disebut nonreaktif bila denyut jantung janin tidak bertambah setelah ia bergerak, dan reaktif jika denyut jantung meningkat setelah ia bergerak.
Nah, itulah tujuh tahapan jadwal pengecekan kandungan yang perlu Mama ketahui sejak dini.
Meskipun masih memasuki trimester awal, tidak ada salahnya jika Mama mengetahuinya terlebih dahulu lho!
Baca juga:
- Tak Hanya Ibu Hamil, Asam Folat juga Penting untuk Kesuburan Laki-Laki
- Cara Membedakan Darah Menstruasi dan Flek Tanda Kehamilan
- 7 Ciri-Ciri Mual saat Hamil yang Harus Calon Mama Ketahui