Kenali Dua Teknologi IVF Baru yang Dapat Perbesar Peluang Bayi Tabung!
Teknologi Embryoscopy dan PGS dipercaya dapat membantu keberhasilan program bayi tabung!
16 Januari 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setiap pasangan yang sudah menikah, pasti mendambakan kehadiran anak diantara mereka.
Namun sayang, tak semua pasangan bisa mendapatkannya dengan cepat dan mudah. Hal tersebut sejalan dengan data yang telah dikumpulan oleh World Health Organization (WHO).
Diketahui, satu dari dua pasangan di negara berkembang mengalami masalah infertilitas, tak terkecuali beberapa pasangan di Indonesia.
Oleh karena itu, untuk beberapa kasus infertilitas sulit, teknologi bayi tabung atau IVF (in-vitro fertilization) menjadi salah satu upaya program kehamilan yang bisa membantu pasangan mendapatkan keturunan.
Untuk mendukung program tersebut sekaligus mengkampanyekan Malaysia Year of Healthcare Travel 2020 (MyHT2020), Malaysia Healthcare Travel Council (MHTC) pun meluncurkan program 'Harapan Dua Garis' yang dilangsungkan pada hari Kamis (15/1/2020) di kawasan Menteng, Jakarta Pusat.
Melalui program tersebut, Malaysia Healthcare juga ingin membantu para pasangan untuk mewujudkan impian mereka menjadi orangtua baru dengan menyediakan akses perawatan IVF bagi 12 pasangan suami istri beruntung asal Indonesia yang telah merencanakan kehamilan namun memiliki kendala gangguan kesuburan (infertilitas).
Dalam acara tersebut, Dr Eeson Sinthamoney selaku Medical Director & Fertility Specialist Sunfert International Fertility Centre menjelaskan mengenai teknologi baru yang dapat meningkatkan keberhasilan program bayi tabung atau IVF.
Teknologi tersebut bernama embryoscopy dan pre-implantation genetic screening (PGS) yang kini sudah tersedia di beberapa rumah sakit di Malaysia.
Lantas, bagaimana cara kerjanya? Apa saja manfaatnya?
Nah, untuk mengetahui lebih dalam seputar embryoscopy dan pre-implantation genetic screening (PGS), berikut Popmama.com telah merangkum beberapa ulasan lengkapnya.
Editors' Pick
1. Embryoscopy: Time Lapse Imaging Technology
Cara pertama yang dapat meningkatkan keberhasilan program bayi tabung atau IVF adalah melalui embryoscopy.
Perangkat berteknologi tinggi ini digunakan di laboratorium IVF selama masa inkubasi antara pemupukan dan implantasi.
Embryoscopy memungkinkan spesialis infertilitas untuk memantau perkembangan telur sepanjang waktu tanpa harus mengeluarkannya dari inkubator.
Embryoscopy sendiri bermanfaat untuk mengurangi risiko kesalahan saat memilih embrio serta dapat memberikan gambaran bagi para dokter dan pasien terkait perkembangannya.
Untuk beberapa pasien, embryoscopy dapat meningkatkan peluang mereka untuk hamil hingga melahirkan anak.
Lantas, bagaimana cara kerjanya?
Setelah prosedur pengambilan telur, sel telur dan sperma (dari pasangan atau donor) dicampur bersama di laboratorium IVF hingga terjadi pembuahan.
Tahap selanjutnya, sel telur dan sperma akan disimpan di tempat yang tepat sehingga mereka dapat mulai berkembang dengan aman.
Embryoscopy sendiri adalah jenis inkubator khusus yang memasok nutrisi dan menyediakan kondisi lingkungan yang ideal bagi embrio untuk tumbuh di luar rahim.
Dengan teknologi embryoscopy, embrio akan tetap berada di inkubator selama periode inkubasi 5-7 hari.
Alat ini juga akan mengambil gambar embrio setiap 5-10 menit. Gambar-gambar ini kemudian akan dirangkai menjadi sebuah film sehingga perkembangan yang terjadi pada embrio dapat terlihat jelas.
Hal ini memungkinkan seorang ahli embriologi untuk memantau pembelahan sel dan perkembangan setiap embrio secara konstan meski embrio ada di dalam inkubator.
Kamera khusus embryoscopy juga dapat membantu ahli embriologi untuk memprediksi kelainan kromosom.
Dengan bantuan informasi tersebut, embrio terbaik pun dapat dipilih untuk dipindahkan. Pasien juga dapat diberikan informasi penting terkait kelayakan embrio yang dipilih.
2. Pre-Implantation Genetic Screening (PGS)
Cara kedua adalah dengan bantuan Pre-Implantation Genetic Screening (PGS).
Umumnya, program bayi tabung atau IVF meliputi Pre-Implantation Genetic Screening (PGS) yang berfungsi untuk mengidentifikasi kelainan embrio sehingga hanya embrio dengan jumlah kromosom normal yang ditanamkan kembali ke dalam rahim.
PGS diketahui dapat meningkatkan peluang keberhasilan transfer embrio hingga membantu pasien mencapai kehamilan.
Lalu, bagaimana cara kerja PGS?
Dengan PGS, biopsi biasanya dilakukan pada tahap blastokista yang biasanya dicapai pada hari ke-5 atau hari ke-6 dari perkembangan embrio.
Ahli embriologi melakukan biopsi embrio dengan mengeluarkan 4-6 sel dari blastokista 100-200 sel.
Biopsi kemudian dikirim ke laboratorium untuk analisis PGS. Biasanya, embrio dibekukan dan ditinggal di rumah sakit, sementara biopsi dianalisis di laboratorium.
PGS akan menyaring setiap biopsi embrio dan menghitung jumlah kromosom dalam setiap sampel.
Embrio normal harus mengandung 46 kromosom atau 23 pasang kromosom secara total, dengan satu set disumbangkan oleh sumber sperma dan set lainnya disumbangkan oleh sumber telur.
Setelah semua embrio dianalisis, laporan genetik akan dikirim kembali ke ahli endokrinologi reproduksi.
Dokter akan menggunakan hasilnya untuk membuat rekomendasi embrio terbaik yang akan ditransfer.
Penting juga untuk dipahami bahwa seiring bertambahnya usia, kemungkinan kelainan kromosom akan meningkat, terutama bagi perempuan berusia di atas 35 tahun.
Meski begitu, ada juga perempuan muda yang mengalami kesalahan kromosom pada embrio.
Selain meningkatkan keberhasilan bayi tabung, ternyata masih ada manfaat lain yang akan didapatkan dari PGS, antara lain:
- Meningkatkan kemungkinan kehamilan yang sehat
- Tingkat kehamilan yang lebih tinggi setiap kali transfer embrio
- Memungkinkan untuk transfer embrio tunggal dengan mengidentifikasi embrio yang memiliki peluang terbaik untuk hamil bayi yang sehat. Transfer embrio tunggal diketahui dapat membantu mengurangi kemungkinan komplikasi kesehatan yang sering dikaitkan dengan kehamilan kembar dua atau kembar tiga. Kehamilan ganda juga dapat menyebabkan peningkatan risiko komplikasi selama kehamilan, seperti kelahiran prematur, fungsi plasenta yang abnormal, hingga preeklampsia.