Tips Program Hamil untuk Pemilik Endometriosis
Kini tak perlu khawatir lagi, karena pemilik endometriosis tetap bisa menjalani program hamil
31 Mei 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bagi Mama dengan endometriosis dan berencana melakukan program hamil dimungkinkan, meski mungkin tidak mudah. Hampir setengah orang yang mengalami endometriosis akan sulit hamil.
Kemungkinan mengalami masalah kesuburan bergantung pada usia, kesuburan pasangan, dan seberapa parah endometriosisnya. Bagi orang yang kesulitan untuk hamil, tindakan operasi atau perawatan kesuburan seperti IVF dapat membantu.
Seseorang yang memiliki endometriosis bisa hamil, dimana hal ini bukan hanya sekedar jaminan tetapi ada kemungkinan nyata.
Nah, kali ini Popmama.com telah merangkum beberapa tips yang bisa Mama lakukan untuk program hamil dalam keadaan memiliki endometriosis.
Editors' Pick
1. Obat penyubur kandungan
Umumnya, obat penyubur kandungan diberikan untuk membantu memberikan dorongan tambahan pada perkembangan folikel sehingga tubuh bisa melakukan ovulasi serta kemudian menghasilkan beberapa sel telur matang, seperti obat clomiphene, berbentuk pill.
Clomiphene yang dikonsumsi akan bekerja dengan cara menghambat pelepasan hormon estrogen, sehingga tubuh akan meningkatkan produksi hormon SFH. Dengan begitu, folikel akan memicu kerja ovarium untuk melepaskan sel telur yang lebih banyak.
Akan tetapi, bila selama 6 bulan tak kunjung ada perubahan setelah mengonsumsi obat ini, kemungkinan dokter akan memberikan saran untuk beralih ke cara lainnya.
Pasalnya, pada beberapa kasus, obat penyubur kandungan mungkin tidak terlalu bekerja untuk meingkatkan peluang kehamilan apabila dibandingkan dengan cara lainnya.
2. Inseminasi intrauterin (IUI)
Mengonsumsi obat kesuburan saja tidak begitu direkomendasikan bagi orang dengan endometriosis, lantaran tidak meningkatkan angka kehamilan secara signifikan apabila dibandingkan dengan seseorang yang memiliki endometriosis yang mencoba untuk hamil secara alami.
Bagi seseorang dengan endometriosis stadium 1 atau 2, inseminasi intrauterine (IUI) dengan obat kesuburan biasanya merupakan titik awal yang direkomendasikan.
Clomid dengan IUI biasanya dicoba pertama kali karena risiko hamil bisa berlipat ganda dan bisa mengembangkan sindrom hiperstimulasi ovarium (OHSS) lebih rendah daripada dengan gonadotropin.
Dalam sebuah penelitian pada beberapa orang dengan infertilitas yang tidak dapat dijelaskan atau endometriosis yang dikoreksi dengan pembedahan, tingkat kehamilan per siklus adalah 9,5 % untuk mereka yang menggunakan clomid dengan IUI, dibandingkan dengan mereka yang mengejar kehamilan alami yakni hanya 3,3%.