Risiko IVF dan Efek Sampingnya yang Perlu Diketahui Calon Orangtua
IVF merupakan salah satu upaya memperoleh kehamilan. Tahukah kamu risiko dan efek sampingnya?
19 Maret 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setelah menikah, sebagian besar pasangan mendambakan kehadiran bayi untuk melengkapi keluarga. Sayangnya, tidak semua pasangan beruntung untuk mendapatkan kesempatan menjadi orangtua pada masa awal pernikahan.
Banyak faktor yang bisa memengaruhi waktu pasangan dianugerahi momongan. Salah satu faktornya adalah permasalahan kesuburan. Permasalahan ini menyebabkan pasangan suami istri tidak segera mendapatkan buah hati.
Akan tetapi, di era yang serba maju ini, solusi atas permasalahan kesuburan yang memengaruhi terlambatnya memperoleh momongan dapat diatasi dengan IVF.
IVF merupakan singkatan dari in vitro fertilization yang dikenal juga dengan sebutan program bayi tabung.
Program tersebut memiliki serangkaian prosedur yang dapat membantu kesuburan, mencegah masalah genetik, dan mempermudah kehamilan. Hanya saja, sama halnya seperti prosedur medis lainnya, IVF memiliki risiko dan efek samping.
Untuk membantu kamu memahami tentang IVF, termasuk risiko dan efek sampingnya, berikut Popmama.com rangkum risiko IVF dan efek sampingnya. Yuk, disimak!
Apa itu IVF?
IVF adalah singkatan dari in vitro fertilization. Dalam bahasa Indonesia, istilah tersebut lebih dikenal dengan program bayi tabung.
IVF merupakan prosedur yang dilakukan berkaitan dengan pembuahan. Pada prosesnya, sel telur akan dikeluarkan dari ovarium untuk dibuahi oleh sperma dalam kondisi yang terkendali dalam sebuah tabung pembuahan ‘in vitro’ kaca di laboratorium.
Adanya program ini dapat membantu pasangan yang memiliki permasalahan berikut:
- Penyumbatan hingga kerusakan rahim atau sel telur.
- Permasalahan dengan sperma.
- Kegagalan IUI atau penggunaan clomiphene dan obat kesuburan lainnya.
Pada kasus kegagalan IUI atau penggunaan clomiphene dan obat kesuburan lainnya, tidak ada penyebab pasti yang diketahui yang membuat kehamilan tidak dapat terjadi selama dua tahun pernikahan.
Editors' Pick
Apa Risiko dan Efek Samping dari IVF?
Sama seperti prosedur medis lainnya, IVF juga memiliki risiko yang mungkin terjadi. Kamu dapat berdiskusi dengan dokter untuk mengetahui risiko dan efek samping yang lebih memungkinkan terjadi sesuai dengan kondisi diri kamu.
Namun, secara umum, beberapa risiko dan efek samping yang mengiringi IVF, antara lain:
Reaksi terhadap obat kesuburan. Reaksi yang bisa kamu alami akibat obat kesuburan dapat berupa sensasi panas di tubuh secara tiba-tiba, mual, nyeri pada payudara, perubahan suasana hati, insomnia, dan tempramental. Reaksi lain yang dapat terjadi adalah kembung, muntah, dan ketidaknyamanan pada bagian perut.
Mual dan diare. Tablet hormon yang diletakkan di vagina selama prosedur IVF dapat menyebabkan mual dan diare disertai memar pada bagian suntikan.
Kelahiran ganda. IVF meningkatkan kemungkinan kelahiran kembar jika lebih dari satu embrio ditanamkan dalam rahim. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya persalinan prematur dan berat lahir bayi yang rendah.
Hipertensi dalam kehamilan. IVF dapat menyebabkan tekanan darah yang tinggi pada penerimanya.
Perdarahan berat. Pada kasus ini, perdarahan yang dimaksudkan terjadi pada rahim setelah dilakukannya implantasi embrio IVF.
Anemia. Anemia merupakan kondisi tubuh yang kekurangan sel darah merah. Kondisi ini dapat terjadi karena perdarahan hebat yang memungkinkan dialami. Jika anemia yang dialami semakin parah, memungkinkan pula transfusi darah akan dibutuhkan.
Perlunya dilakukan operasi caesar untuk persalinan. Bagi ibu hamil yang melakukan IVF mungkin membutuhkan operasi caesar guna menghindari perdarahan.
Rendahnya berat lahir dan kelahiran prematur. Pada kasus IVF, kemungkinan bayi lahir secara prematur dan dilahirkan dengan berat badan rendah meningkat.
Sindrom hiperstimulasi ovarium. Dalam perawatan IVF, obat peningkat kesuburan, seperti suntikan human chorionic gonadotropin (hCG), digunakan untuk mendorong ovulasi. Akan tetapi, memungkinkan untuk hCG yang disuntikkan menyebabkan ovarium nyeri dan bengkak.
Keguguran. Keguguran umumnya terjadi pada IVF karena embrio dibuahi dalam kondisi yang disituasikan di laboratorium dengan penggunaan embrio beku. Hal tersebut juga dipengaruhi faktor usia.
Kompilasi. Kompilasi yang dapat terjadi pada IVF berkaitan dengan prosedur pengambilan telur. Telur diambil dari ovarium dengan bantuan jarum aspirasi. Prosedur tersebut dapat menyebabkan infeksi, perdarahan, hingga kerusakan pada kandung kemih, usus, dan pembuluh darah.
Kehamilan ektopik. Kehamilan ektopik merupakan kondisi kehamilan yang terjadi di luar rahim. Dengan IVF, tingkat kemungkinan ektopik menjadi sekitar 2 sampai 5 persen. Pada akhirnya, kondisi ini dapat mengakibatkan kehamilan yang tidak berkembang dan perlunya dilakukan aborsi spontan.
Cacat lahir. Bayi yang dikandung dengan prosedur IVF menjadi lebih rentan mengalami cacat lahir. Namun, sebagian pendapat juga mengatakan bahwa usia mama merupakan faktor utama dalam kondisi cacat bawaan ini alih-alih IVF.
Kanker ovarium. Obat yang digunakan untuk stimulasi sel telur pada IVF dapat menyebabkan pembentukan beberapa tumor spesifik di ovarium.
Stres. IVF merupakan prosedur yang menguras tidak sedikit biaya dan waktu. Selain itu, prosedur IVF menjangkau bagian-bagian fisik yang cukup sensitif. Oleh karena itu, prosedur ini dapat memengaruhi kondisi emosional dan fisik.