Apakah Orgasme pada Perempuan Bisa Meningkatkan Peluang Hamil?
Jika orgasme pada perempuan dapat meningkatkan peluang, bagaimana cara kerjanya?
13 Desember 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Hubungan seks adalah salah satu faktor penting dalam kehamilan. Saat berhubungan seks, pasangan suami istri biasanya akan mengalami orgasme. Apakah orgasme pada perempuan meningkatkan bisa meningkatkan peluang hamil?
Para peneliti telah lama bertanya-tanya tentang fungsi orgasme. Beberapa orang berteori bahwa orgasme hanya untuk kesenangan, sementara yang lain mengatakan orgasme bisa membantu pembuahan.
Jika orgasme pada perempuan dapat membantu Mama hamil, bagaimana cara kerjanya?
Untuk mengetahui jawabannya, Popmama.com sudah merangkum informasi tentang apakah orgasme pada perempuan bisa meningkatkan peluang hamil. Ayo disimak, Ma.
Editors' Pick
Teori tentang Orgasme pada Perempuan
Ada tiga hipotesis utama tentang bagaimana orgasme perempuan dapat membantu kehamilan.
Teori poleaxe
Diusulkan oleh ahli zoologi Desmond Morris pada tahun 1967, hipotesis poleaxe menyatakan bahwa tujuan orgasme perempuan adalah untuk membuat perempuan lelah sehingga membuat mereka berbaring setelah berhubungan seks. Idenya adalah hal ini memudahkan sperma mencapai tujuannya.
Namun, belum jelas apakah berbaring setelah berhubungan seks bisa membantu Mama hamil atau tidak. Penelitian yang dilakukan masih belum meyakinkan. Sebuah penelitian mengenai inseminasi buatan menemukan bahwa perempuan yang tetap berbaring dalam posisi horizontal setelah inseminasi lebih besar kemungkinannya untuk hamil.
Teori upsuck
Teori lain tentang bagaimana orgasme perempuan dapat membantu pencapaian kehamilan disebut teori upsuck. Hipotesisnya adalah kontraksi rahim yang terjadi saat orgasme membantu “menyedot” air mani yang disimpan di vagina, dekat leher rahim. Orgasme kemudian membantu menggerakkan sperma melalui rahim dan saluran tuba.
Sebuah penelitian sebenarnya mengukur jumlah air mani yang keluar setelah berhubungan seks. Mereka menemukan bahwa ketika orgasme perempuan terjadi 1 menit atau kurang sebelum ejakulasi laki-laki, retensi sperma lebih besar. Jika orgasme perempuan tidak terjadi dalam 1 menit setelah ejakulasi laki-laki, maka retensi sperma akan lebih rendah.
Bagaimana jika orgasme terjadi setelah ejakulasi laki-laki? Peneliti menemukan, selama perempuan mengalami orgasme hingga 45 menit setelahnya, retensi sperma lebih tinggi. Namun penelitian ini tidak melihat tingkat kehamilan. Jika tingkat kehamilan lebih tinggi pada perempuan yang mengalami orgasme, tidak jelas seberapa besarnya.
Teori evolusi
Ada teori lain tentang mengapa perempuan mengalami orgasme. Teori ini berpendapat bahwa orgasme perempuan dulunya penting untuk pembuahan, namun tidak lagi memainkan peran penting.
Saat ini, ovulasi terjadi sesuai jadwal bulanan, baik seseorang berhubungan seks atau tidak. Namun pada manusia purba, apakah orgasme perempuan bisa memicu ovulasi? Beginilah cara kerjanya pada beberapa mamalia. Misalnya, pada kucing, jika tidak berhubungan seks, maka kucing tidak akan berovulasi.
Stimulasi klitoris menimbulkan perasaan senang, bersamaan dengan pelepasan hormon dan kontraksi otot. Hormon dan kontraksi tersebut mungkin memberi sinyal pada ovarium untuk melepaskan sel telur pada nenek moyang manusia.
Ketika manusia berevolusi, dan ovulasi mulai terjadi secara teratur, dan tanpa rangsangan seksual, klitoris semakin menjauh dari saluran vagina. Ini tidak berarti orgasme perempuan tidak memiliki tujuan dalam pembuahan, namun hal ini berarti signifikansinya menurun.
Frekuensi Orgasme dan Potensi Kesuburan
Belum ada penelitian yang secara langsung mengaitkan orgasme perempuan dengan pembuahan. Namun, sebuah penelitian meneliti hubungan antara orgasme perempuan dan jumlah anak yang mereka miliki.
Dalam penelitian ini, 8.000 perempuan kembar dan saudara kandung disurvei. Peserta ditanyai seberapa sering mereka berhubungan seks, frekuensi orgasme mereka, apakah mereka kesulitan mencapai orgasme, dan berapa banyak keturunan biologis yang mereka miliki.
Peneliti menemukan adanya korelasi yang lemah namun signifikan antara tingkat orgasme dan jumlah keturunan. Namun begitu faktor lingkungan diperhitungkan, hubungan tersebut hilang.
Tampaknya juga tidak ada hubungan genetik antara tingkat orgasme dan tingkat kesuburan. Menurut penelitian ini, kemampuan (atau ketidakmampuan) perempuan untuk orgasme tidak akan memengaruhi kesuburan.