Ini Hubungan Libido Ovulasi, dan Program Hamil
Ketahui hubungan antara libido, ovulasi, dan program hamil
27 Maret 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Saat program hamil, libido atau dorongan seks menjadi salah satu faktor pendukung terjadinya kehamilan. Sebagian besar perempuan merasakan dorongan seks lebih kuat pada waktu-waktu tertentu dalam sebulan.
Mereka yang melacak siklus bulanan kemungkinan besar akan menemukan bahwa dorongan ini meningkat tepat sebelum ovulasi. Gairah seksual tidak hanya melonjak, tetapi suami juga cenderung merasa lebih tertarik kepada Mama.
Nah, bagi Mama yang sedang dalam program hamil, simak dulu ulasan Popmama.com mengenai peningkatan libido, ovulasi, dan program hamil.
Libido sebelum Ovulasi
Masa subur—waktu di mana Mama bisa hamil—berlangsung sekitar tujuh hari setiap bulan. Mama kemungkinan besar akan mengalami peningkatan libido saat mendekati ovulasi dan penurunan libido setelah ovulasi terjadi.
Menurut penelitian, fase peningkatan hasrat seksual ini berlangsung selama sekitar enam hari dan bertepatan dengan produksi hormon luteinizing (LH). Lebih khusus lagi, penelitian menunjukkan bahwa hasrat seksual perempuan mulai meningkat tiga hari sebelum kadar LH-nya memuncak.
Editors' Pick
Bagaimana Siklus Reproduksi Perempuan Bekerja
Karena LH memuncak 24 hingga 36 jam sebelum ovulasi, peluang Mama untuk hamil tinggi jika berhubungan seks dalam jangka waktu ini. Tiga hari sebelum ovulasi, peluang untuk hamil antara 8% dan 23%. Sehari sebelum ovulasi, kemungkinannya meningkat menjadi antara 21% dan 34%.
Sebuah studi mengamati waktu berhubungan seks selama 90 hari. Para perempuan memberikan sampel urine setiap pagi, yang digunakan para ilmuwan untuk melacak kadar LH. Sebagian besar perempuan melaporkan telah melakukan hubungan seksual selama tingkat LH puncak di masing-masing tiga bulan.
Studi lain yang lebih baru menemukan bahwa hasrat seksual atau libido memuncak ketika kadar estrogen lebih tinggi. Peningkatan kadar estrogen biasanya dimulai lebih awal dari LH tetapi umumnya memuncak pada waktu yang sama.
Libido setelah Ovulasi
Hormon seperti LH dan estrogen dapat mengindikasikan mendekati ovulasi dan tampaknya berkorelasi dengan peningkatan hasrat seksual. Dengan demikian, ini menunjukkan bahwa penurunan hormon-hormon ini akan berdampak sebaliknya.
Sebuah studi menemukan bahwa ketika hormon progesteron lebih tinggi, hasrat seksual cenderung menurun. Progesteron adalah hormon yang mulai meningkat setelah ovulasi dan tetap tinggi hingga datang periode berikutnya.
Ini bisa menjelaskan, sebagian, mengapa beberapa perempuan mengalami penurunan libido saat mengonsumsi pil KB. Pil tersebut tidak hanya menekan ovulasi tetapi juga menurunkan testosteron dan sebagai hasilnya dapat memengaruhi suasana hati dan hasrat seksual Mama.
Tidak sepenuhnya jelas berapa banyak progesteron berkontribusi pada hilangnya libido atau jika penipisan LH dan estrogen juga berperan.
Faktor Kontribusi
Pada tingkat paling dasar, hormon berperan dalam emosi kita. Misalnya, jika mengalami ketidakseimbangan hormon, Mama mungkin mengalami depresi atau kecemasan. Obat kesuburan juga dapat menyebabkan perubahan suasana hati dengan mengubah keseimbangan hormon normal.
Pengaruh hormon selama siklus bulanan memengaruhi lebih dari sekadar libido. Penelitian telah menemukan bahwa, sekitar waktu ovulasi, perempuan melaporkan merasa kurang kesepian. Mereka mungkin juga memiliki rasa kesejahteraan yang meningkat. Semua ini dapat berkontribusi pada peningkatan libido
Penyebab lain yang mungkin untuk peningkatan hasrat seksual adalah peningkatan produksi lendir serviks yang elastis, elastis, seperti putih telur sebelum ovulasi. (Faktanya, salah satu cara terbaik mengatur waktu seks untuk kehamilan adalah dengan memeriksa perubahan lendir serviks ini).
Perubahan sekresi serviks dan vagina sebelum dan selama ovulasi sesuai dengan peningkatan sensitivitas dan kelembapan vagina, yang keduanya meningkatkan kenikmatan dan hasrat seksual. Peningkatan aliran darah ke daerah panggul juga memiliki efek stimulasi.
Meskipun memeriksa lendir serviks atau mencatat suhu basal tubuh adalah metode yang lebih andal untuk mendeteksi ovulasi, tubuh kita tampaknya diprogram untuk melakukan hubungan seks pada waktu yang tepat. Mama mungkin bisa mengikuti sinyal hasrat seksual saat mencoba mengatur waktu seks untuk kehamilan.
Meski begitu, hasrat seksual tidak selalu merupakan tanda mendekati ovulasi. Jika Mama sedang stres atau depresi, Mama mungkin tidak mendapatkan dorongan keinginan itu selama masa subur. Mama juga bisa merasa terangsang tanpa ovulasi. Meskipun libido yang tinggi bukanlah tanda ovulasi yang pasti, ini adalah salah satu yang harus diperhatikan jika Mama sedang mencoba untuk hamil.
Jika Mama tidak mengalami peningkatan hasrat seksual karena alasan apa pun, jangan disimpan sendiri. Diskusikan dengan suami dan dokter. Dalam beberapa kasus, libido rendah dapat menjadi tanda ketidakseimbangan hormon atau kondisi medis lain yang mungkin memerlukan pengobatan.
Itu penjelasan tentang libido, ovulasi, dan program hamil. Agar program hamil berjalan dengan lancar, Mama perlu mengetahui kapan Mama berovulasi. Semoga informasi ini bermanfaat.
Baca juga:
- Disebut Bisa Tingkatkan Libido, Amankah Lidah Buaya Dikonsumsi?
- Apa Itu Libido? Ketahui Perbedaan Gairah Tiap Orang
- Ketahui 5 Indikasi Kondisi Rendahnya Libido pada Perempuan