Perawatan Kesuburan yang Umum bagi Laki-laki dan Perempuan
Jenis perawatan dan pengobatan tergantung pada kondisi Mama dan Papa
23 Juni 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Memiliki anak menjadi harapan sebagian besar pasangan suami istri. Namun karena beberapa hal, kehamilan mungkin tidak terjadi dengan mudah. Tidak sedikit yang berjuang dengan ketidaksuburan atau ketidakmampuan untuk hamil, meski sudah melakukan hubungan seks tanpa kondom dengan teratur.
Meski ketidaksuburan dapat berdampak besar pada kesehatan emosional, ada alasan untuk tetap berharap. Ilmu pengetahuan terus berkembang dan pengobatan ketidaksuburan juga makin baik.
Menurut American Society for Reproductive Medicine (ASRM), sekitar 85 hingga 90 persen pasangan dengan infertilitas diobati dengan pengobatan konvensional (pengobatan atau pembedahan).
"Meskipun penting untuk beberapa pasien, fertilisasi in vitro dan perawatan serupa menyumbang kurang dari 3 persen dari layanan infertilitas," kata ASRM.
Perawatan terbaik untuk Mama dan suami akan sangat tergantung pada penyebab infertilitas. Kali ini, Popmama.com akan membahas tentang perawatan kesuburan yang umum bagi laki-laki dan perempuan. Semoga ini bisa membantu keluarga dalam melakukan perencanaan ya, Ma.
1. Obat kesuburan
Disuntikkan atau diminum dalam bentuk pil, obat kesuburan melepaskan hormon yang menginduksi ovulasi untuk meningkatkan produksi sel telur. Selain itu juga membuat rahim lebih mudah menerima implantasi embrio.
Cara ini sering digunakan sebagai pengobatan infertilitas bagi perempuan yang tidak berovulasi secara teratur. Jika memiliki suami dengan kualitas sperma yang sangat buruk, Mama juga bisa melakukan pengobatan ini.
Beberapa laki-laki mungkin juga akan diberi resep obat kesuburan. Obat kesuburan harus dihindari jika saluran tuba rusak atau tersumbat atau jaringan parut dari endometriosis.
Tingkat keberhasilan bervariasi, tetapi 40 hingga 45 persen perempuan yang meminum pil dan berovulasi mungkin hamil. Sebanyak 50 persen perempuan yang berovulasi akibat suntikan juga bisa hamil.
Obat kesuburan biasanya merupakan pilihan pertama dalam perawatan kesuburan karena biayanya yang rendah dan relatif lebih mudah.
Namun ada beberapa gejala yang mungkin muncul akibat obat. Gejala-gejalanya antara lain kembung, sakit kepala, hot flashes, dan mual. Efek samping mungkin lebih buruk setelah mendapatkan suntikan kesuburan.
Selain itu, pengobatan ini juga bisa meningkatkan peluang kehamilan kembar, kelahiran prematur, dan pembentukan kista ovarium besar.
2. Inseminasi intrauterin (IUI)
Dalam prosedur inseminasi intrauterin (IUI), sperma yang disiapkan secara khusus dimasukkan langsung ke dalam rahim melalui kateter yang tipis dan fleksibel. Jika Mama memilih metode ini, dokter mungkin menyarankan untuk mengonsumsi obat kesuburan untuk meningkatkan kemungkinan pembuahan.
IUI sering digunakan ketika laki-laki memiliki sperma yang bergerak lambat, kualitas sperma yang lebih rendah, atau jumlah sperma yang rendah.
Ini juga dapat membantu perempuan yang telah menghasilkan antibodi terhadap sperma pasangannya atau yang lendir serviksnya terlalu sedikit, asam, atau kental untuk mengangkut sperma ke sel telur.
Tingkat keberhasilannya tergantung pada usia mama dan kualitas sperma. Secara umum, ada kemungkinan 5 hingga 20 persen untuk pembuahan per siklus, dengan peluang meningkat setiap siklus. Kelebihan dari perawatan ini adalah prosedur sederhana dapat dilakukan di dokter.
IUI dapat meningkatkan peluang kehamilan kembar. Perempuan juga mungkin mengalami efek samping dari obat kesuburan.
3. Fertilisasi In Vitro (IVF)
Fertilisasi in vitro (IVF) melibatkan beberapa proses di mana sel telur diekstraksi dan dibuahi dengan sperma di laboratorium. Embrio yang dibuahi ditanamkan ke dalam rahim dengan harapan membentuk kehamilan.
IVF seringkali merupakan pengobatan infertilitas bagi perempuan yang memiliki saluran tuba yang tersumbat atau rusak parah atau jaringan parut akibat endometriosis.
Selain itu, jika papa memiliki kualitas sperma yang sangat buruk, pengobatan ini juga bisa jadi pilihan. Pasangan dengan infertilitas yang tidak dapat dijelaskan juga dapat beralih ke IVF.
Keberhasilan IVF tergantung pada usia mama. Perempuan di bawah usai 35 tahun memiliki peluang 40-50% berhasil. Tingkat keberhasilan menurun seiring dengan bertambahnya usia mama.
Kelebihannya, pasangan dengan masalah kesuburan yang serius dapat menjadi orangtua menggunakan IVF.
Namun di sisi lain, perawatan ini mahal dan menuntut fisik. Pasangan membutuhkan konsumsi obat kesuburan sebelum dimulainya setiap siklus.
Editors' Pick
4. Bedah reproduksi
Operasi reproduksi dapat memperbaiki kelainan anatomi, menghilangkan jaringan parut dari kondisi seperti endometriosis, dan membersihkan penyumbatan pada laki-laki atau perempuan.
Keberhasilan perawatan infertilitas ini sangat tergantung pada kondisi dan tingkat keparahannya, serta usia. Dokter dapat memberikan informasi lebih lanjut tentang tingkat keberhasilan untuk jenis operasi spesifik yang akan dilakukan.
Kelebihan dari cara ini adalah selain mengurangi rasa sakit atau ketidaknyamanan yang terkait dengan masalah kesehatan, operasi reproduksi dapat meningkatkan kemungkinan kehamilan.
Tergantung jenis operasinya, beberapa operasi memiliki tingkat risiko lebih tinggi meningkatkan risiko, biaya besar, dan waktu pemulihan lama.
5. Donor sperma
Jika Papa mengalami infertilitas, pengobatan mungkin tidak dapat dilakukan dengan IUI atau IVF. Dalam beberapa kasus, mereka beralih ke sperma donor. Laki-laki yang membawa kelainan genetik juga dapat memilih sperma donor agar tidak mewariskan kelainan tersebut kepada anak-anaknya.
Menggunakan sperma donor, tingkat keberhasilan konsepsi sangat bergantung pada jenis prosedur (IUI atau IVF), kualitas sel telur dan sperma. Menurut The National Infertility Association, tingkat keberhasilan saat menggunakan sperma donor bervariasi antara 60 dan 80 persen, tetapi kehamilan mungkin memerlukan banyak siklus.
Donor sperma memungkinkan laki-laki yang tidak subur, pembawa kelainan genetik, dan pasangan lajang untuk memiliki anak.
Namun sebagian papa mungkin merasa tidak nyaman dengan donor yang tidak memiliki hubungan keluarga.
Selain itu, perlu dipertimbangkan soal undang-undang yang mengatur hal ini. Di Indonesia, donor sperma tidak bisa dilakukan. Undang-undang di Indonesia melarang perempuan menerima donor sperma dari laki-laki yang bukan pasangannya.
6. Donor sel telur
Donor sel telur diperoleh dari indung telur perempuan lain. Ini biasanya dibuahi oleh sperma dari pasangan penerima, dan embrio yang dihasilkan dipindahkan ke rahim penerima.
Pasangan biasanya memutuskan untuk mendonorkan sel telur karena alasan berikut: indung telur perempuan tersebut rusak atau gagal sebelum waktunya, menjalani kemoterapi atau radiasi, memiliki kelainan genetik yang tidak ingin diturunkan, atau kualitas sel telur buruk.
Saat menjalani IVF dengan sel telur donor, sekitar 50 persen perempuan dapat melahirkan.
Telur donor memungkinkan perempuan yang lebih tua dan mereka yang memiliki masalah ovarium untuk menjadi ibu.
Seperti donor sperma, donor sel telur bertentangan dengan Rancangan Undang-undang Ketahanan Keluarga.
7. Donor embrio
Beberapa pasangan yang menjalani IVF menjadi hamil dan tidak lagi membutuhkan sel telur yang tidak terpakai. Mereka dapat menyumbangkan embrio ini ke pasangan tidak subur lainnya; ini disebut adopsi embrio. Embrio yang diadopsi ditransfer ke penerima melalui IVF.
Tingkat kelahiran hidup adalah sekitar 30 hingga 50 persen, tergantung pada berapa banyak embrio yang ditanam dan apakah embrio itu segar atau beku.
Adopsi embrio memungkinkan pasangan tidak subur untuk memiliki pengalaman melahirkan anak.
Namun di sisi lain, perawatan infertilitas ini memerlukan pemeriksaan medis, rejimen obat kesuburan yang ketat, dan banyak legalitas. Bisa juga sulit dan mahal untuk mengadopsi embrio. Seperti donor sperma dan sel telur, donor embrio juga ilegal di Indonesia.
8. Ibu pengganti (surrogacy mother)
Dengan perawatan infertilitas ini, seorang ibu pengganti bisa hamil untuk perempuan lain. Ini dilakukan dengan IUI menggunakan sperma papa atau melalui IVF dengan embrio pasangan. Telur donor dan sperma juga dapat digunakan.
Ibu pengganti adalah pilihan terbaik untuk mama yang tidak dapat mengandung bayi karena penyakit, histerektomi, atau infertilitas.
Keberhasilan ibu pengganti tergantung pada kualitas telur dan sperma yang digunakan. Namun, rata-rata, tingkat kelahiran hidup berkisar antara 5 hingga 30 persen per siklus. Siklus tambahan meningkatkan kemungkinan kelahiran.
Kelebihannya dari perawatan ini adalah pasangan dengan masalah kesuburan yang tidak dapat diobati dapat menjadi orangtua.
Namun biaya bisa menjadi penghalang. Selain itu, perlu dipertimbangkan soal aturan atau undang-undang negara.
Di Indonesia, praktik ibu pengganti tidak diperbolehkan. Pasalnya, metode ini dianggap tidak sesuai dengan norma-norma yang dianut oleh kebanyakan masyarakat Indonesia.
Mengutip dari laman Hukum Online, Dr. H. Desriza Ratman, MH.Kes, dalam bukunya “Surrogate Mother dalam Perspektif Etika dan Hukum: Bolehkah Sewa Rahim di Indonesia?” juga menuturkan kalau surrogate mother di Indonesia tidak diperbolehkan di Indonesia.
Hal itu mengacu pada Undang-Undang pasal 127 No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Di sini telah diatur bahwa upaya kehamilan di luar cara alamiah hanya dapat dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah.
Dijelaskan juga bahwa kehamilan di luar cara alamiah yang dimaksud hanya boleh dilakukan oleh pasangan suami istri yang sah, menggunakan hasil pembuahan sel telur dan sperma dari pasangan yang bersangkutan. Kemudian, ditanamkan ke dalam rahim istri sah yang memiliki sel telur tersebut.
Nah, itu perawatan kesuburan yang umum bagi laki-laki dan perempuan. Semoga informasi ini bermanfaat, Ma.
Baca juga:
- Bolehkah Menjadi Ibu Pengganti di Indonesia?
- Inseminasi Buatan untuk Promil: Biaya, Proses dan Tingkat Keberhasilan
- Kapan Waktu Terbaik untuk Melakukan Program Bayi Tabung?