Mama mungkin sudah tidak asing dengan kata endometriosis. Ya, endometriosis adalah penyakit di mana jaringan yang mirip dengan lapisan rahim tumbuh di luar rahim, menyebabkan rasa sakit dan atau susah hamil.
Endometriosis patut dicurigai apabila muncul nyeri perut bawah atau nyeri haid yang hebat dan mengganggu aktivitas. Namun, satu-satunya cara untuk memastikan ada tidaknya kelainan ini adalah dengan menjalani pembedahan.
Endometriosis baru digolongkan sebagai ringan, sedang, atau berat berdasarkan temuan hasil pembedahan.
Meski begitu, penggolongan ini tidak selalu sejalan dengan keparahan gejala. Individu dengan kelainan yang ringan dapat mengalami gejala yang berat, begitu pun sebaliknya.
Penjelasan lebih lanjut mengenai endometriosis, mulai dari gejala, penyebab, hingga pengobatannya, dapat Mama simak pada ulasan Popmama.com di bawah ini.
Apa Itu Endometriosis?
Freepik
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa endometriosis adalah penyakit di mana jaringan yang mirip dengan lapisan rahim tumbuh di luar rahim, menyebabkan rasa sakit dan atau susah hamil.
Kurang lebih 1 dari 10 wanita usia reproduksi mengalaminya, khususnya pada kelompok usia 30-40 tahun.
Pertumbuhan jaringan endometriosis paling sering ditemukan di ovarium (disebut dengan endometrioma atau kista cokelat), tuba falopi, usus besar, serta bagian depan, belakang, dan kedua sisi rahim.
Editors' Pick
Gejala Endometriosis
Freepik
Adapun gejala endometriosis adalah sebagai berikut:
Nyeri di perut bawah
Yang dapat terjadi:
sebelum atau selama periode haid. Pada sebagian kasus, nyeri haid semakin memberat seiring dengan waktu. Di antara dua periode haid, dengan nyeri yang memberat saat periode haid berlangsung,
selama atau setelah berhubungan intim,
saat buang air besar atau buang air kecil, khususnya selama periode haid
Perdarahan haid yang berlebihan
Perdarahan selama periode haid bisa sewaktu-waktu memberat. Dalam hal ini, darah haid bisa sangat banyak, atau terjadi perdarahan di antara dua periode haid.
Susah hamil
Sekitar 40 persen perempuan dengan endometriosis mengalami infertilitas. Ini dapat terjadi karena endometriosis yang menyumbat tuba falopi sehingga pembuahan sulit terjadi.
Penyakit ini juga dapat menyebabkan timbulnya jaringan parut, yang kemudian merusak ovarium. Secara tidak langsung, ini merusak sel-sel telur di dalamnya.
Gejala lain
Rasa lelah, diare, konstipasi, kembung atau mual, utamanya saat periode haid berlangsung, dapat ditemukan pada endometriosis.
Gejala pada endometriosis umumnya membaik saat hamil dan dapat hilang sepenuhnya kala menopause. Meski begitu, banyak juga perempuan dengan endometriosis yang tidak bergejala.
Pada kasus yang seperti ini, satu-satunya ‘gejala’ yakni susah hamil atau ditemukan secara kebetulan saat menjalani operasi untuk indikasi lainnya.
Penyebab Endometriosis
Freepik
Penyebab pasti endometriosis belum diketahui. Akan tetapi ada beberapa teori yang bisa menjelaskan kemunculannya.
Teori yang paling populer menyebutkan bahwa menstruasi retrograd, di mana luruhan dinding rahim yang seharusnya keluar sebagai darah haid justru mengalir kembali ke tuba falopi dan kemudian menempel dan tumbuh di organ-organ dalam panggul.
Teori lain menyebutkan bahwa sel endometrium dapat menyebar ke luar rahim melalui pembuluh darah atau sistem limfatik (getah bening) atau bahwa sel-sel tubuh di lokasi mana pun sebetulnya dapat berubah menjadi sel-sel endometrium. Adanya masalah pada sistem kekebalan tubuh juga diduga berperan dalam kemunculan penyakit ini.
Meski begitu, tidak ada satu pun teori yang bisa menjelaskan secara gamblang mengapa penyakit ini bisa sampai terjadi. Kemungkinan besar, kondisi ini sebenarnya disebabkan oleh kombinasi dari beberapa faktor.
Hasil dari berbagai studi telah menemukan faktor-faktor yang membuat seorang perempuan lebih berisiko mengalami endometriosis:
tidak pernah melahirkan
mulai haid di usia yang lebih dini dari umumnya
mengalami menopause pada usia yang lebih tua
siklus haid pendek, yakni kurang dari 27 hari
perdarahan haid banyak atau berlangsung lebih lama dari 7 hari
memiliki kadar hormon estrogen yang tinggi
berperawakan kurus atau indeks massa tubuh rendah
terdapat riwayat keluarga dengan endometriosis (ibu, saudara perempuan ibu, atau saudara perempuan)
adanya kondisi medis yang mencegah aliran keluar darah haid yang normal
kelainan anatomi pada saluran reproduksi
Pengobatan Endometriosis
Pexels/AnnaShvets
Pada umumnya, pengobatan pada endometriosis merupakan kombinasi dari metode-metode berikut:
Obat-obatan
Obat-obatan memang tidak dapat sepenuhnya menghilangkan endometriosis, namun dapat mengurangi nyeri. Jenis obat yang digunakan mencakup:
Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS): merupakan obat antiradang dan antinyeri. Cara kerjanya dengan menghambat pelepasan prostaglandin, yakni zat kimia yang memicu rasa nyeri dan peradangan. Obat ini biasanya diberikan 1-2 hari sebelum mulai haid. Perlu diketahui bahwa obat ini tidak memperkecil maupun mencegah pertumbuhan jaringan endometriosis. Contoh obat dari golongan ini adalah ibuprofen dan asam mefenamat.
Terapi hormonal: bertujuan untuk menghentikan produksi estrogen di dalam tubuh, yang mendorong pertumbuhan jaringan endometriosis. Akan tetapi, terapi ini tidak berefek pada adhesi yang sudah terbentuk dan tidak dapat memperbaiki kesuburan.
Pembedahan
Pengangkatan jaringan endometriosis melalui pembedahan dapat mengurangi nyeri dan memperbaiki kesuburan. Jenis operasi yang kerap dilakukan adalah seperti pembedahan konservatif, histerektomi atau pengangkatan rahim, histerektomi dan ooforektomi.
Setelah pembedahan, sebagian perempuan terbebas dari nyeri perut bawah atau nyeri haid yang mengganggu. Namun demikian, tetap ada peluang nyeri ini akan kambuh kembali dalam waktu 2 tahun setelah pembedahan. Bisa jadi, ini disebabkan oleh jaringan endometriosis yang tidak tampak jelas sehingga tertinggal atau tidak dapat sepenuhnya dihilangkan saat pembedahan karena menempel pada organ-organ penting.
Pada dasarnya, peluang kekambuhan nyeri semakin besar dengan semakin beratnya gejala endometriosis. Untuk memperpanjang periode bebas nyeri, dapat diberikan obat antinyeri atau terapi hormonal setelah pembedahan.
Artikel ini merupakan kerja sama antara Popmama.com dengan Pusat Fertilitas Bocah Indonesia. Untuk mengetahui lebih lanjut soal Pusat Fertilitas Bocah Indonesia, Mama dan Papa bisa mengunjungi situs bocahindonesia.com.