Kanker Rahim: Jenis, Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya
Perempuan dengan kanker rahim tetap bisa memiliki keturunan bila memenuhi kriteria tertentu
10 Juli 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kanker rahim merupakan kanker yang bermula pada sel-sel endometrium atau dinding rahim, yakni organ tempat berkembangnya janin kala hamil. Oleh sebab itu, dalam bahasa medis, kanker ini disebut dengan adenokarsinoma endometrium.
Di dunia, kanker rahim adalah jenis kanker yang paling sering ditemukan pada perempuan. Dr. Fiona Amelia dalam situs resmi Pusat Fertilitas Bocah Indonesia menuliskan bahwa perempuan dengan kanker rahim tetap bisa memiliki keturunan bila memenuhi kriteria tertentu.
Selain itu, kanker rahim juga bisa dicegah dengan menerapkan gaya hidup sehat, khususnya melalui pengaturan pola makan dan rutin berolahraga, dapat mengurangi risiko ini.
Untuk lebih jelasnya, di bawah ini Popmama.com rangkum tentang kanker rahim, mulai dari jenis, gejala, penyebab, hingga cara mengatasinya.
Jenis Kanker Rahim
Sebagian besar kanker rahim berjenis adenokarsinoma. “Adeno” berarti sel kanker berasal dari sel-sel kelenjar dinding rahim, sedangkan “karsinoma” berarti kanker bermula pada sel-sel epitel di permukaan dinding rahim.
Ada tiga jenis kanker rahim, yaitu:
- Adenokarsinoma endometrioid. Ini merupakan jenis terbanyak dan berhubungan dengan kelebihan estrogen di dalam tubuh. Jenis ini umumnya berkembang lambat dan hanya ditemukan di dalam rahim. Tingkat kesembuhan kanker rahim jenis ini tinggi sebab sering terdiagnosis di stadium dini.
- Karsinoma uteri serosa. Jenis ini lebih jarang ditemukan, namun pertumbuhan sel kanker lebih cepat dan lebih mudah kambuh dibanding jenis lainnya.
- Clear cell carcinoma. Kanker rahim jenis ini sangat jarang ditemukan. Sifat pertumbuhannya juga cepat dan lebih mudah kambuh meski terdeteksi dini.
Editors' Pick
Gejala Kanker Rahim
Gejala kanker rahim yang tersering adalah perdarahan abnormal dari vagina. Pada perempuan yang masih menstruasi, perdarahan abnormal diartikan sebagai perdarahan di antara dua periode menstruasi atau perdarahan menstruasi yang lebih banyak dari biasanya.
Sementara pada perempuan yang telah menopause, perdarahan vagina sesedikit apapun dianggap abnormal. Terlebih, bila dialami oleh perempuan yang tidak menjalani terapi hormon untuk mengatasi gejala-gejala menopause.
Bila sudah lanjut, kanker rahim dapat menimbulkan gejala seperti:
- nyeri perut atau panggul,
- perut kembung,
- rasa cepat kenyang,
- perubahan pola atau frekuensi buang air besar dan berkemih.
Penyebab Kanker Rahim
Hingga kini, penyebab pasti kanker rahim belum diketahui. Namun, ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko kejadiannya, seperti:
- Usia. Sebagian besar kasus kanker rahim ditemukan pada perempuan pascamenopause dan berada di pertengahan usia 60-an.
- Kadar hormon estrogen dan progesteron. Ketika kadar estrogen melebihi progesteron, dinding rahim mengalami penebalan. Kondisi ini juga ditemukan pada perempuan dengan menstruasi yang tidak teratur, perempuan dalam masa perimenopause dan menopause, perempuan dengan sindrom ovarium polikistik (PCOS) atau yang mengonsumsi hormon estrogen untuk mengobati gejala menopause.
- Durasi mengalami menstruasi semakin panjang. Memulai menstruasi sebelum usia 12 tahun atau mengalami menopause di usia yang lebih tua meningkatkan risiko kanker rahim. Pada dasarnya, semakin lama mengalami menstruasi, semakin lama rahim terpapar dengan estrogen.
- Belum pernah hamil.
- Menjalani pengobatan kanker payudara dengan obat tamoxifen.
- Memiliki berat badan yang berlebih. Berat badan berlebih berhubungan dengan kadar hormon estrogen yang lebih tinggi.
- Faktor genetik seperti sindrom Lynch. Ini merupakan penyakit keturunan yang meningkatkan risiko kanker usus besar, kanker ovarium, kanker rahim, dan kanker lainnya.
Diagnosis Kanker Rahim
Sekitar 80 persen kasus kanker rahim terdiagnosis di stadium awal penyakit (stadium 1), dengan angka kesintasan di atas 95 persen. Deteksi dini kanker rahim sangat mungkin oleh karena sebagian besar perempuan datang dengan gejala perdarahan vagina yang abnormal.
Gejala yang seperti ini tentu tidak dianggap sepele sehingga mendorong perempuan untuk segera memeriksakan diri ke dokter. Pemeriksaan untuk mendiagnosis kanker rahim mencakup:
- Pemeriksaan fisik pada organ kandungan.
- Ultrasonografi transvaginal untuk melihat ketebalan dinding rahim dan ukuran rahim. Evaluasi lebih lanjut diperlukan bila dinding rahim tampak menebal (lebih dari 4 mm). Pada perempuan yang belum menopause, pemeriksaan ini kurang membantu untuk mendiagnosis kanker rahim.
- Biopsi endometrium. Ini merupakan pemeriksaan baku untuk mendiagnosis kanker rahim. Pada perempuan yang belum menopause, dokter akan mempertimbangkan gejala, usia, dan faktor medis lain untuk memutuskan perlu tidaknya biopsi.
- Dilatasi dan kuretase (D&C), bila tidak cukup jaringan yang diambil selama biopsi atau bila hasil biopsi tidak konklusif.
Pengobatan Kanker Rahim
Pengobatan kanker rahim yang direkomendasikan adalah histero-salpingo-ooforektomi bilateral (pengangkatan rahim beserta kedua saluran telur dan ovarium) dengan atau tanpa pengangkatan kelenjar getah bening, diikuti oleh pengambilan sampel cairan peritoneum (rongga perut).
Setelah operasi, beberapa pasien mungkin memerlukan kemoterapi atau radioterapi tambahan sesuai dengan ukuran, stadium, dan jenis kanker. Meski demikian, cara ini memiliki keterbatasan, yakni menyebabkan hilangnya fungsi reproduksi khususnya pada perempuan usia reproduksi yang belum menikah dan ingin memiliki keturunan.
Oleh sebab itu, terdapat alternatif pengobatan kanker rahim yang disebut dengan fertility-sparing strategy. Cara ini dapat direkomendasikan pada perempuan berusia kurang dari 40 tahun yang sangat ingin mempertahankan kesuburannya.
Kandidat untuk pengobatan ini harus diseleksi dengan cermat dan masuk ke dalam “kategori risiko rendah” yang memiliki ciri-ciri berikut:
- Jenis kanker adalah adenokarsinoma endometrioid stadium 1 berdiferensiasi baik, yang telah dikonfirmasi melalui prosedur dilatasi dan kuretasi (D&C).
- Tumor terbatas pada endometrium dengan diameter kurang dari 2 cm, tanpa penyebaran di luar rahim dan invasi pada lapisan dinding otot rahim dan/atau rongga limfovaskular (LVSI).
- Berada pada rentang usia reproduksi dan berkeinginan untuk memiliki keturunan di masa depan.
- Tidak ada kontraindikasi terhadap terapi hormonal.
- Memahami bahwa sifat pengobatan tidak standar, termasuk adanya risiko kanker yang tersembunyi, berulang, dan/atau menetap.
Fertiliy-sparing strategy mengandalkan terapi dengan progestin. Hormon sintetis ini dapat diberikan secara oral (medroxyprogesterone acetate [MPA], megestrol acetate [MA]) atau melalui IUD hormonal (Mirena®).
Studi menemukan bahwa kombinasi progestin oral dan IUD hormonal lebih efektif daripada penggunaan terapi tunggal. Evaluasi dilakukan 3 bulan setelah terapi progestin dimulai melalui biopsi dinding rahim.
- Bila terjadi remisi total (tidak ditemukan sel kanker), biopsi diulang 3 bulan kemudian. Apabila hasil biopsi negatif selama 2 kali berturut-turut, pasien disarankan untuk segera hamil.
- Bila kanker menetap di bulan ketiga terapi, dosis progestin oral umumnya dinaikkan. Biopsi dilakukan kembali 3 bulan kemudian. Bila setelah 9-12 terapi progestin kanker menetap atau bahkan memburuk, kemungkinan besar diperlukan histerektomi.
Artikel ini merupakan kerja sama antara Popmama.com dengan Pusat Fertilitas Bocah Indonesia. Untuk mengetahui lebih lanjut soal Pusat Fertilitas Bocah Indonesia, Mama dan Papa bisa mengunjungi situs bocahindonesia.com.
Baca juga:
- 7 Jenis Gerakan Janin di Rahim, Mana yang Pernah Mama Rasakan?
- 7 Manfaat Kacang Hijau untuk Kesuburan Rahim dan Sel Telur Perempuan
- Detoks Rahim sebelum Hamil, Ini Manfaat dan Cara Melakukannya