Menggunakan kontrasepsi merupakan pilihan bagi tiap orang. Apapun metode yang digunakan, merupakan hak tiap pasangan untuk menentukannya, tergantung dari kenyamanan dan risiko yang dihadapi masing-masing.
Salah satu metode kontrasepsi alami yang banyak dilakukan adalah metode cabut atau coitus interruptus, yaitu mencabut penis segera sebelum ejakulasi. Banyak pertimbangan dalam mengadopsi metode ini, misalnya dapat melakukan hubungan intim kapan saja. Tetapi, metode ini belum dapat dipastikan efektivitasnya karena terkait cairan pra ejakulasi.
Berikut Popmama.com merangkum serba-serbi cairan pra-ejakulasi atau pre-cum yang penting diketahui, dilansir dari momjunction.com:
Apa itu Cairan Pra Ejakulasi?
Freepik/Sanborr
Cairan pra ejakulasi, atau yang disebut juga dengan cairan Cowper, adalah cairan kental dan transparan yang keluar dari uretra pria. Volume cairan ini sekitar 4 ml, berada di ujung penis, dan dilepaskan ketika pria merasakan rangsangan.
Cairan pra ejakulasi terbentuk di kelenjar Cowper. Letaknya di bawah kelenjar prostat dari sistem reproduksi pria. Cairan ini sifatnya basa dan menetralkan urin asam.
Editors' Pick
Apa Fungsi Cairan Pra Ejakulasi?
Pixabay/sciencefreak
Agar dapat mencapai ke rahim dengan baik, sperma membutuhkan bantuan cairan pra ejakulasi. Cairan pra ejakulasi melumasi uretra pria untuk memfasilitasi jalannya sperma agar lancar ke dalam vagina. Cairan kental ini mengandung enzim dan lendir, tetapi tidak ada sperma di dalamnya.
Apakah Cairan Pra Ejakulasi Dapat Mengakibatkan Kehamilan?
Freepik/jcomp
Ada banyak pendapat ahli mengenai cairan pra ejakulasi ini. Beberapa ahli memercayai cairan pra ejakulasi mengandung sebagian kecil sperma di dalamnya. Meskipun hanya sebagian kecil, apabila sperma tersebut gesit dan bekualitas, tetap saja dapat membuat hamil.
Namun, di sisi lain, ada pendapat ahli yang mengatakan bahwa cairan pra ejakulasi ini tidak mengandung sperma sama sekali. Jika seorang pria mengalami ejakulasi sebelumnya, buang air kecil dianggap membantu membersihkan sisa sperma dari uretra.
Tetapi, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Stephen Killick mengonfirmasi keberadaan sperma pada cairan pra ejakulasi, meski jumlahnya sangat sedikit.
Apakah Metode Cabut Efektif?
Freepik
Melihat adanya kemungkinan jumlah sperma meski sedikit pada cairan pra ejakulasi, maka metode cabut tidaklah 100 persen efektif untuk mencegah kehamilan. Pria bahkan tidak sadar bahwa ia sudah mulai ejakulasi atau tidak mengetahui kapan saat yang tepat untuk mencabut penis. Inilah yang menjadi risiko kehamilan yang tidak disadari walau sudah berusaha dihindari.
Apakah Metode Cabut Bisa Menghindarkan dari Risiko PMS?
Freepik
Metode cabut yang dilakukan tepat pada waktunya memang dapat menghindarkan diri dari kehamilan. Tetapi tidak dapat mencegah penularan penyakit menular seksual (PMS).
PMS tetap dapat menular lewat kontak dengan lesi atau bisul yang terdapat pada alat kelamin. Selain itu, jika sang Pria terkena infeksi HIV, klamidia, atau gonore, risiko penularan ini menjadi tinggi pada pasangannya.
Untuk itulah, selalu pastikan melakukan hubungan seks yang aman dengan menggunakan proteksi, misalnya kondom, serta hindari berganti-ganti pasangan. Lakukan hubungan seks yang bertanggungjawab dan sesuai dengan rencana.
Itulah informasi mengenai peluang cairan pra ejakulasi dalam menyebabkan kehamilan. Semoga informasi ini membantu.