Apakah Konsumsi Gluten dapat Berpengaruh Terhadap Kesuburan?
Roti, cake, mie dan makanan bertepung memang enak, tapi jangan sampai kebanyakan
28 Mei 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Roti, cake, mie adalah makanan-makanan yang rasanya sangatlah enak dan menimbulkan selera makan. Sulit untuk menolaknya. Sayangnya, makanan-makanan ini hanya nikmat sesaat di mulut, tetapi berdampak pada kesehatan tubuh apabila dikonsumsi dalam jumlah banyak.
Sebagian besar makanan yang berbahan dasar tepung mengandung gluten. Gluten diketahui berperan dalam beberapa penyakit, mulai dari penyakit celiac, obesitas, hingga masalah gangguan mental yaitu bipolar. Tak hanya itu, penelitian juga menemukan bahwa gluten dapat memengaruhi kesuburan.
Berikut Popmama.com merangkum informasi mengenai risiko konsumsi gluten dan pengaruhnya terhadap kesuburan, dilansir dari verywellfamily.com:
Penyakit Celiac dan Infertilitas
Penyakit celiac adalah penyakit autoimun di mana usus kecil rusak oleh gluten. Apabila tidak diobati, celiac dapat menyebabkan kekurangan nutrisi dan membahayakan kesehatan seseorang.
Celiac memengaruhi satu persen dari populasi umum. Beberapa penelitian mengatakan jumlah ini terlalu sedikit karena sebetulnya masih banyak kasus yang tidak terdiagnosis.
Sebagian kasus menunjukkan gejala yang sangat samar atau munculnya terlambat. Hanya karena gejalanya tidak ada atau tidak jelas, bukan berarti kerusakan pada usus halus tidak terjadi.
Penyakit celiac yang terlambat diobati telah dikaitkan dengan sejumlah masalah kesehatan, termasuk kanker, defisiensi nutrisi yang parah, dan infertilitas.
Editors' Pick
Hubungan Penyakit Celiac, Keguguran, dan Infertilitas
Apa yang terjadi ketika wanita yang menderita penyakit celiac tidak terdiagnosis mulai melakukan diet bebas gluten? Sebuah studi terhadap 84 penderita celiac usia dewasa dan 18 penderita celiac remaja melihat adanya efek terhadap kesehatan reproduksi ketika mulai diet bebas gluten.
Sebelum diet, banyak partisipan penelitian yang mengalami telat haid, anovulasi, dan keguguran. Setelah memulai diet bebas gluten, beberapa partisipan mulai rutin haid dan dapat hamil secara alami. Sementara peserta lain yang tidak menjalani diet, terus mengalami masalah haid dan ovulasi yang tertunda.
Belum banyak studi yang dapat memperkuat penelitian ini. Tentu masih banyak faktor lain yang memengaruhi kondisi tubuh seseorang. Beberapa orang memerlukan perawatan kesuburan selain menerapkan diet bebas gluten. Meskipun begitu, hal ini tetap menarik.