Hiperprolaktinemia: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya
Hiperprolaktinemia adalah kondisi ketika kadar hormon prolaktin dalam tubuh meningkat
10 September 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Dalam tubuh manusia terdapat berbagai macam hormon yang memiliki manfaatnya masing-masing. Salah satunya adalah hormon prolaktin.
Pada perempuan, hormon ini berfungsi untuk merangsang produksi ASI, mengatur siklus haid, dan berperan dalam memengaruhi fungsi reproduksi.
Meski memiliki banyak manfaat, kadar hormon prolaktin yang terlalu tinggi juga bisa menyebabkan masalah, terutama masalah kesuburan. Tingginya kadar hormon prolaktin di dalam darah terlalu tinggi ini biasa disebut dengan istilah hiperprolaktinemia.
Nah, untuk mengetahui hal ini lebih lanjut mengenai hiperprolaktinemia, berikut Popmama.com telah merangkumnya dari berbagai sumber. Yuk, disimak!
1. Apa itu hiperprolaktinemia?
Hiperprolaktinemia adalah kondisi ketika kadar hormon prolaktin dalam tubuh meningkat. Hormon prolaktin ini dihasilkan oleh kelenjar pituitari yang berada di pangkal otak.
Hormon ini berfungsi untuk mengatur sistem reproduksi, metabolisme hingga tahan tubuh, dan berfungsi untuk merangsang produksi ASI bagi perempuan yang telah melahirkan.
Ketika kadar hormon prolaktin meningkat dan melebihi batas normal, maka akan menyebabkan masalah kesuburan.
Lalu, berapa batas normal hormon prolaktin ini?
Normalnya, kadar prolaktin pada perempuan yang tidak hamil adalah 2-29 ng/mL, sedangkan pada ibu hamil kadar normalnya adalah 10-209 ng/mL.
Editors' Pick
2. Masalah yang dapat ditimbulkan akibat hiperprolaktinemia
Kesuburan dan kehamilan bergantung pada keseimbangan yang tepat dari hormon reproduksi yang saling bekerja sama. Setiap kali salah satu hormon tersebut tidak seimbang, kesuburan dapat terpengaruh.
Kadar hormon prolaktin yang terlalu tinggi dapat menyebabkan ovulasi tidak teratur dan dapat memengaruhi kualitas fase luteal, atau paruh kedua siklus menstruasi, yang berdampak negatif pada kesuburan.
Terlalu banyak prolaktin juga dapat menghambat sekresi hormon perangsang folikel (FSH), yaitu hormon yang merangsang folikel ovarium untuk matang. Tanpa folikel FSH maka tidak akan ada ovulasi, dan tanpa ovulasi, tidak mungkin untuk hamil.
Selain itu, meski hubungan antara hiperprolaktinemia dengan ibu hamil ini belum dapat diketahui dengan pasti, beberapa ahli berteori bahwa kadar prolaktin yang lebih tinggi dari kadar normal selama kehamilan dapat meningkatkan risiko keguguran.