Sering Dianggap Sama, Ini Beda Adenomiosis dan Endometriosis
Adenomiosis dan endometriosis sulit dibedakan karena miliki gejala yang serupa
26 Mei 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Pernahkah Mama mendengar istilah penyakit adenomiosis atau endometriosis? Nah, kedua masalah kesehatan ini adalah kondisi tumbuhnya jaringan abnormal di sekitar rahim.
Adenomiosis dan endometriosis memiliki gejala yang hampir serupa, seperti misalnya kram perut dan perdarahan hebat. Karena memiliki gejala yang hampir serupa, adenomiosis dan endometriosis sulit untuk dibedakan.
Sebetulnya, baik adenomiosis atau endometriosis ini dapat dibedakan berdasarkan letak pasti di mana jaringan abnormal tersebut tumbuh, Ma.
Untuk mengetahui perbedaanya, di bawah ini Popmama.com telah rangkum rangkum beda adenomiosis atau endometriosis yang dilansir dari berbagai sumber. Yuk, disimak!
Pengertian Adenomiosis dan Endometriosis
Mengutip dari Medical News Today, baik adenomiosis dan endometriosis merupakan kondisi tumbuhnya jaringan abnormal yang mirip dengan endometrium, jaringan yang melapisi bagian dalam rahim.
Perbedaan antara adenomiosis dan endometriosis adalah terletak pada lokasi atau tempat di mana jaringan abnormal tersebut tumbuh.
Pada adenomiosis, jaringan abnormal tersebut tumbuh meluas ke dalam otot rahim. Namun, pada endometriosis, jaringan tumbuh di luar rahim, seringkali tumbuh dan menempel pada struktur terdekat rahim seperti ovarium dan saluran tuba.
Jaringan abnormal yang tumbuh ini dapat mengeluarkan zat seperti prostaglandin (senyawa kimia) yang dapat menyebabkan rasa sakit.
Editors' Pick
Penyebab dan Faktor Risiko Seseorang Alami Adenomiosis dan Endometriosis
Sampai saat ini, para peniliti belum mengetahui secara pasti apa penyebab dari adenomiosis dan endometriosis.
Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami adenomiosis dan endometriosis. Dikutip dari WebMD, berikut beberapa faktor penyebab adenomiosis dan endometriosis:
Faktor penyebab adenomiosis:
- Berusia antara 30 dan 40an,
- Memiliki keluarga dengan riwayat adenomiosis,
- Mengalami menstruasi berat yang berlangsung lebih dari tujuh hari,
- Siklus menstruasi kurang dari 27 hari, dan
- Mengalami menstruasi pertama sebelum berusia 11 tahun.
Faktor penyebab endometriosis:
- Berusia di atas 40 tahun,
- Pernah melahirkan,
- Mengalami menstruasi pertama sebelum berusia 10 tahun, dan
- Siklus menstruasi kurang dari 24 hari.
Gejala Adenomiosis dan Endometriosis
Gejala adenomiosis dan endometriosis hampir mirip, dan sakit atau kram perut adalah gejala yang paling umum dirasakan.
Selain sakit perut, berikut beberapa gejala dari adenomiosis dan endometriosis:
- Nyeri pada punggung atau kaki,
- Perdarahan hebat,
- Nyeri saat menstruasi,
- Nyeri saat buang air kecil atau buang air besar,
- Mual dan muntah, dan
- Tubuh terasa lelah.
Diagnosis Adenomiosis dan Endometriosis
Karena memiliki gejala yang hamipir mirip, adenomiosis dan endometriosis sedikit sulit untuk didiagnosis Ma. Umumnya, seorang dokter dapat mendiagnosis adenomiosis dan endometriosis melalui tes USG atau tes magnetic resonance imaging (MRI).
Mengutip dari Medical News Today, salah satu cara untuk mendiagnosis kondisi tersebut secara meyakinkan adalah melalui pembedahan untuk nantinya dilakukan pemeriksaan rahim di laboratorium .
Pengobatan pada Adenomiosis dan Endometriosis
Cara mengatasi adenomiosis dan endometriosis pun hampir serupa. Namun, dapat berbeda pada setiap penderitanya. Hal ini tergantung pada tingkat gejala, kesehatan tubuh secara total, dan bagaimana tujuan seseorang (ingin atau tidak ingin hamil).
Dikutip dari Medical News Today, berikut beberapa cara pengobatan adenomiosis dan endometriosis yang dapat dilakukan:
- Obat
Jika seorang penderita adenomiosis atau endometriosis belum ingin hamil dan tetap ingin mempertahankan kesuburannya, dokter akan memberikan obat-obatan, seperti obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID).
Obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) ini diberikan untuk meredakan nyeri yang dirasakan akibat adenomiosis atau endometriosis.
Lalu, jika ternyata kemudian penderita adenomiosis atau endometriosis.ini ingin hamil, maka ia bisa mengehentikan konsumsi obat tersebut.
- Terapi hormon GnRh
Apabila seorang penderita adenomiosis atau endometriosis tidak ingin hamil, maka biasanya akan dilakukan terapi gonadotropin-releasing hormon (GnRh) atau hormon pelepas gonadotropin.
Terapi hormonGnRh dapat membantu untuk mengecilkan ukuran jaringan abnnormal yang tumbuh dan dapat mengurangi gejala yang dirasakan.
- Pembedahan
Apabila dengan obat dan terapi hormon tidak berhasil, adenomiosis dan endometriosis dapat diatasi dengan pembedahan. Pembedahan ini dilakukan untuk menghilangkan jaringan abnormal.
- Histerektomi
Histerektomi (operasi pengangkatan rahim) dapat dilakukan apabila adenomiosis atau endometriosis tidak dapat diatasi dengan obat.
Namun, pada kebanyakan kasus, seseorang bisa sembuh hanya dengan obat. Sehingga histerektomi tidak terlalu begitu dibutuhkan.
Itu tadi beda adenomiosis dan endometriosis. Semoga informasi ini dapat bermanfaat!
Baca juga:
- Mengenal Polip Endometrium, Tumor Jinak yang Tumbuh di Rahim
- Penyebab Tuba Falopi Tersumbat sehingga Sulit Hamil
- 7 Cara Alami Mengatasi Tuba Falopi Tersumbat agar Cepat Hamil