Makin Stres, Makin Susah Punya Anak? Ini Faktanya!
Stres bukan hanya memengaruhi kesehatan mental, tapi juga dapat berdampak langsung pada kesuburan
23 September 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sebagian pasangan punya masalah besar setelah pernikahan berlangsung, yaitu susah punya anak. Dalam tengah pusaran kehidupan modern yang penuh tekanan, stres menjadi momok yang tidak hanya menggerogoti pikiran, tetapi juga dapat menjadi penghalang kesuburan.
Sebenarnya, hal ini sudah sering dibincangkan oleh beberapa pakar. Namun kebanyakan pasangan masih bertanya-tanya bahkan tidak percaya bahwa ada hubungan antara stres dengan kehamilan.
Nah, kali ini Popmama.com dapat mengulas lebih rinci lagi mengenai hubungan stres dengan susah punya anak. Berikut bukti-bukti yang telah dikumpulkan:
Editors' Pick
Mengapa Stres Berpengaruh Banget?
Penelitian telah membuktikan bahwa stres memiliki dampak signifikan terhadap kesuburan. Menurut BabyCenter, stres dapat mengganggu fungsi hipotalamus, yaitu sebuah kelenjar krusial di otak yang mengatur pelepasan hormon pemicu ovulasi.
Ketika tubuh dilanda stres, hipotalamus tidak dapat bekerja optimal, sehingga menyebabkan gangguan ovulasi. Akibatnya, perempuan dengan tingkat stres tinggi sering mengalami susah punya anak.
“Jangan stres, karena hal ini justru mempersulit terjadinya kehamilan. Stres dapat menghambat pelepasan sel telur,” tutur Dr Boyke Dian Nugraha dalam media sosialnya.
Dengan kata lain, semakin kamu khawatir tentang kehamilan, semakin sulit pula untuk mewujudkannya.
Penyebab Lain Susah Punya Anak
Meskipun stres memainkan peran penting, ada beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi susah punya anak. Endometriosis, terjadi ketika jaringan endometrium tumbuh di luar rahim, menciptakan penghalang di tuba falopi yang sehingga menghalangi pertemuan sel telur dan sperma.
Selain itu sindrom ovarium polikistik (PCOS), penyumbatan tuba falopi, dan kegagalan ovarium prematur juga dapat mengganggu produksi estrogen dan pelepasan sel telur, semakin mempersulit proses konsepsi.