Penurunan Populasi di Jepang: Fenomena Sosial yang Mengkhawatirkan
Dampak jangka panjang dari penurunan kelahiran di Jepang mengancam stabilitas di negaranya
18 September 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jepang yang biasanya dijadikan tempat wisata favorit para wisatawan, kali ini harus mengalami perubahan yang signifikan. Jepang mengalami penurunan populasi penduduknya selama delapan tahun berturut-turut.
Di antara negara maju lainnya, negara ini menjadi jumlah perempuan yang tidak mempunyai anak tertinggi dalam rentan usia 50 an.
Tidak hanya itu saja, menurut National Institute of Population and Social Security Research yang berbasis di Tokyo (IPSS) mengatakan bahwa Jepang masih merupakan negara yang banyak perempuan yang memilih untuk tidak punya anak. Bagi perempuan Jepang yang lahir pada tahun 2000, antara 31,6 persen hingga 39,2 persen akan tetap tidak memiliki anak sepanjang hidup mereka.
Nah, bagi yang penasaran mengapa hal ini bisa terjadi kepada negara Jepang? Berikut Popmama.comrangkum informasinya.
Editors' Pick
Tantangan Menemukan Pasangan: Faktor Utama Penurunan Populasi
Rata-rata penduduk Jepang memiliki tantangan kisah cintanya yang sama, yaitu mereka kesulitan untuk menemukan pasangan. Salah satu faktor kesulitan menemukan pasangan yakni perbedaan yang mencolok dari segi ekonomi .
“Pada umumnya perempuan dan laki-laki Jepang tetap tidak memiliki anak karena kesulitan mempunyai pasangan karena melihat dari sisi ekonomi, kalau sudah menikah pun biasanya mereka lebih memilih untuk tidak memiliki anak, menunda memiliki anak, infertilitas atau alasan kesehatan,” tutur Nikkei Asia, Rie Moriizumi, peneliti senior di IPSS.
Hal inilah, berkontribusi pada penurunan angka pernikahan dan keputusan untuk tidak memiliki anak.
Tren Childfree juga Menjadi Faktor
Seperti kita ketahui tren Childfree menjadi hal lumrah di masyarakat global, khususnya pada kalangan muda. Di era sekarang sebagian besar penduduk Jepang, lebih mementingkan dunia kerja daripada memilih memiliki anak, sehingga pemikiran untuk menikah pun ikut menghilang.
"Kebanyakan perempuan Jepang memprioritaskan karier di atas pernikahan dan membesarkan anak, hal ini mengarah pada penundaan pernikahan dan persalinan, serta meningkatnya jumlah orang yang memilih untuk tidak memiliki anak,”kata Toshihiko Hara, profesor emeritus di Sapporo City University.