Emosi Sering Meledak saat Hamil, Bahayakah bagi Janin?
Janin dapat merasakan emosi dari Mamanya, bahkan berdampak pada temperamennya kelak
3 Februari 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tidak dapat dipungkiri, masa kehamilan adalah momen paling membahagiakan untuk setiap perempuan.
Namun, di masa ini ibu hamil juga rentan terhadap perubahan emosi. Perasaan stres, marah, sedih, dan kelelahan kerapkali menyelimuti para ibu hamil.
Memang, sangat normal untuk untuk merasa marah dan frustrasi pada waktu-waktu tertentu selama kehamilan. Tapi, Mama perlu waspada, kemarahan yang terus-menerus mungkin memiliki dampak tertentu.
Karena ikatan Mama dan bayi di dalam perut menyebabkan bayi dapat merasakan semua yang dialami mamanya, termasuk perasaan marah.
Selain itu, kemarahan yang terus menerus terjadi dalam jangka panjang dapat menyebabkan depresi serta kondisi medis seperti tekanan darah tinggi, maag, asma, sakit kepala, dan masalah pencernaan.
Tentunya ini sangat membahayakan janin bahkan resiko keguguran sangat mungkin terjadi.
Untuk itu, Popmama.com akan merangkum faktor penyebab perasaan marah yang tidak terkendali saat hamil, dampak, serta penanganannya. Berikut penjelasannya!
Faktor Penyebab Emosi Sering Meluap saat Hamil
Beberapa faktor penyebab perasaan marah saat hamil sering muncul karena ada perubahan hormon dan kecemasan, berikut penjelasan lengkapnya :
1. Faktor perubahan hormon
Seringnya muncul perasaan emosi selama kehamilan dapat dikaitkan dengan naik-turunnya hormon kehamilan.
Selama waktu tersebut, seringkali memicu perubahan suasana hati yang tidak menentu. Mama jadi lebih sensitif terhadap banyak hal.
Biasanya, pemicu kemarahan dapat diketahui dari kejadian menjengkelkan yang mungkin telah terjadi sebelumnya. Penting bagi Mama untuk tetap positif dan tenang serta tidak membiarkan emosi tersebut menguasai pikiran.
2. Faktor stres
Sangat umum jika ibu hamil mengalami stres selama kehamilan. Beberapa alasan mungkin karena ketidaknyamanan fisik, istirahat yang tidak teratur, pasangan yang kurang mensupport, pekerjaan yang berlebihan, dan kekhawatiran finansial.
Stres terus-menerus dapat mempengaruhi kemampuan mengelola kemarahan seseorang dan dapat menyebabkan ledakan kemarahan lebih besar sehingga sangat bisa terjadi komplikasi kesehatan.
Untuk itu, penting mengelola stres agar tidak memperparah kondisi mental Mama dan keadaan janin. Sederhana, namun bisa membantu yakni dengan mengatur napas jika perasaan marah mulai timbul karena perasaan stres tersebut.
3. Faktor ketakutan
Penyebab lain munculnya perasaan marah selama kehamilan disebabkan karena ketakutan akan hal yang tidak diketahui atau belum terjadi.
Mama mungkin memiliki kekhawatiran tentang apakah persalinan nanti berjalan lancar, bagaimana dengan kondisi kesehatan si kecil, atau apakah ada kemungkinan ada penyakit pada bayi mama.
Ketakutan ini bisa sangat luar biasa dan kemarahan jadi reaksi yang mungkin terjadi setelahnya. Namun, Ma, perlu diingat bahwa kemarahan ini yang justru memperparah rasa ketakutan itu.
Jadi, Mama harus berpikir sesuatu yang baik-baik saja selama masa kehamilan ini, ya.
4. Faktor ketidaknyamanan
Sejumlah ketidaknyamanan tidak dapat dihindari selama kehamilan karena transisi fisik yang terjadi selama fase ini.
Perempuan hamil biasanya mengalami mual dan energinya gampang terkuras. Ketidaknyamanan tersebut dapat menyebabkan Mama lekas marah.
Jika rasa ketidaknyamanan tidak ditangani dengan tepat maka menimbulkan munculnya emosi yang terjadi secara tiba-tiba dan bisa berbahaya pada kondisi fisik lainnya.
Dampak Kemarahan pada Janin
Apakah luapan emosi yang sering dialami selama masa kehamilan bisa berefek pada janin?
Jawabannya, bisa.
Ibu hamil yang sering mengalam lonjakan emosi mengakibatkan perubahan biologis dan fisiologis tertentu di tubuhnya seperti peningkatan tekanan darah dan detak jantung, kadar hormon seperti epinefrin dan adrenalin meningkat yang mengakibatkan penyempitan pembuluh darah.
Kemarahan yang berkepanjangan atau ekstrem selama kehamilan akan menyebabkan komplikasi tertentu, bahkan selama persalinan nanti.
Dilansir dari laman Firstcry Parenting, luapan emosi yang terus-menerus terjadi selama kehamilan dapat berefek pada bayi seperti: