Bayi Meninggal dalam Kandungan menurut Islam, Begini Aturan yang Benar
Inilah yang harus dilakukan jika janin meninggal dalam kandungan
23 Agustus 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Seperti kelahiran, kematian adalah proses yang akan dijalani oleh manusia. Siapa pun makhluk yang bernyawa pasti akan mendapati ajalnya. Bahkan, waktu kematian bisa menimpa siapa saja di waktu kapan saja.
Janin dalam kandungan pun tak luput dari kematian bila memang sudah ditakdirkan Tuhan. Penyebab kematian janin dalam kandungan pun beragam, mulai dari keguguran sampai lahir mati (stillbirth).
Lantas, bagaimana aturan fiqih bayi meninggal dalam kandungan menurut Islam?
Ketahui penjelasan lengkap di ulasan Popmama.com ini. Simak penjelasannya, ya.
1. Pendapat ulama Fiqih tentang bayi meninggal dalam kandungan menurut Islam
Salah satu pertanyaan besar jika bayi meninggal dalam kandungan menurut Islam adalah bagaimana bila sang ibu juga meninggal?
Banyak orang masih kebingungan menyikapi kematian ibu dan janin dalam kandungan. Apakah jenazah ibu bisa dimakamkan bersama bayi dalam kandungannya?
Nah, bayi meninggal dalam kandungan menurut Islam NU Online, para ulama fiqih memberikan beberapa pendapat dan penjelasan.
Menurut Syekh Zainuddil Al-Malaibari dalam kitabnya, Fath Al-Mu‘in (Terbitan Dar Ihya Al-Kutub Al-‘Araiyyah, hal. 46), begini aturan pemakaman ibu dengan janin yang meninggal dalam kandungan:
ووري أي ستر بخرقة سقط ودفن وجوبا كطفل كافر نطق بالشهادتين. ولا يجب غسلهما بل يجوز. وخرج بالسقط العلقة والمضغة فيدفنان ندبا من غير ستر ولو انفصل بعد أربعة أشهر غسل وكفن ودفن وجوبا. فإن اختلج أو استهل بعد انفصاله صلي عليه وجوبا.
Artinya:
“Dan harus dibungkus—maksudnya ditutup—dengan kain serta wajib dikubur mayat janin yang lahir keguguran. Sama halnya dengan mayat anak kecil kafir yang mengucap dua kalimat syahadat. Namun, mayat janin keguguran dan anak kecil kafir itu tidak wajib dimandikan, hanya saja boleh jika mau dimandikan.Dikecualikan dari janin yang keguguran adalah gumpalan darah atau gumpalan daging (calon janin) yang keguguran. Maka keduanya sunnah dikuburkan tanpa harus dibungkus. Namun, bila janin yang keguguran itu telah berusia empat bulan, maka ia wajib dimandikan, dikafani, dan dikebumikan. Berbeda halnya jika setelah keluar sang janin bergerak atau bersuara, maka ia wajib dishalatkan (selain dimandikan, dikafani, dan dikebumikan).”
Editors' Pick
2. Pendapat ulama Fiqih tentang perempuan meninggal dengan janin dalam kandungan
Selain bayi meninggal dalam kandungan menurut Islam, para ulama fiqih juga menerangkan tentang perempuan meninggal dengan janin dalam kandungannya.
Dilansir NU Online, berikut penjelasan Fath Al-Mu‘in (Terbitan Daru Ihya al-Kutu al-‘Araiyyah, hal. 46), Syekh Zainuddin al-Malaibari:
ولا تدفن امرأة ماتت في بطنها جنين حتى يتحقق موته أي الجنين ويجب شق جوفها والنبش له إن رجي حياته بقول القوابل لبلوغه ستة أشهر فأكثر فإن لم يرج حياته حرم الشق لكن يؤخر الدفن حتى يموت.
Artinya:
“Tidaklah dikebumikan jenazah wanita yang di dalam perutnya masih ada janin, sampai janin itu benar-benar meninggal. Bahkan, wajib membedah perutnya dan menggali kuburannya (jika telah dikuburkan) tatkala sang janin dalam perutnya diharapkan bisa hidup menurut pendapat para dukun bayi/bidan ahli karena telah berusia enam bulan atau lebih.
Namun, jika sang janin tidak diharapkan bisa hidup, maka haram membedahnya, sehingga tunggulah proses penguburannya sampai si janin benar-benar meninggal.”