5 Manfaat Tes Urine Saat Hamil: Cek Diabetes dan Infeksi Saluran Kemih
Tak ada salahnya memeriksakan kesehatan tubuh saat hamil
30 November 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Saat hamil, penting bagi Mama untuk tetap menjaga kesehatan dan mencegah terjadinya penyakit seperti infeksi. Nah, salah satu cara untuk mengetahuinya adalah dengan rutin cek kesehatan.
Oleh dokter, ibu hamil kadang-kadang akan diminta melakukan tes urine atau bahkan tes darah, untuk mendeteksi adanya masalah pada kesehatan.
Bagi ibu hamil, tes urine atau urinalisis biasanya dilakukan pada pemeriksaan ke dokter kali pertama dan bisa dilakukan kembali secara rutin pada trimester berikutnya.
Dikutip dari American Pregnancy Association, tes urine biasanya digunakan untuk memeriksa kondisi tubuh terhadap risiko infeksi kandung kemih atau ginjal, diabetes, dehidrasi, dan preeklampsia dengan cara menyaring gula, protein, keton, dan bakteri tingkat tinggi.
Berikut Popmama.com rangkum informasi lengkapnya untuk Mama:
1. Cek risiko diabetes gestasional
Salah satu komponen yang dapat diperiksa dan diketahui melalui tes urine adalah kadar gula dalam darah. Kadar gula yang tinggi mungkin akan mengarah pada risiko diabetes gestasional, yang mulai dapat berkembang sekitar minggu ke-20 kehamilan.
Selain itu, kadar gula darah tinggi dalam urine juga mungkin mengindikasikan diabetes tipe 2 yang sudah ada sebelumnya (jika belum didiagnosis). Nantinya pada usia kehamilan di atas 20 minggu, jika dicurigai mengalami diabetes gestasional, Mama mungkin akan diminta kembali melakukan tes urine oleh dokter.
Perlu diketahui bahwa sebenarnya wajar apabila kadar gula darah sesekali meningkat, hanya saja jika kondisi ini terjadi berulang-ulang kali atau kadarnya sangat tinggi, Mama perlu lebih waspada.
Editors' Pick
2. Cek risiko preeklampsia
Selain gula darah, komponen lain yang juga penting dan bisa diperiksa melalui tes urine adalah protein. Biasanya, kadar protein dalam urine di awal kehamilan akan dibandingkan dengan kadar protein dalam urine di akhir kehamilan.
Kadar protein yang tinggi kemudian ditambah dengan tekanan darah yang tinggi pula dapat menjadi tanda preeklampsia, atau tekanan darah tinggi pada kehamilan. Demikian dikutip dari What To Expect.
Kadang-kadang protein yang berlebih pada urine juga bisa menjadi pertanda adanya infeksi saluran kemih, kerusakan ginjal atau penyakit lain, Ma.
3. Cek risiko infeksi saluran kemih
Seperti disebutkan sebelumnya, saat mengukur kadar protein dalam urine jika ditemukan hasilnya tinggi, ada kemungkinan terjadi karena infeksi saluran kemih. Terutama jika tekanan darah Mama masih stabil dan tidak tinggi.
Infeksi saluran kemih juga bisa muncul ketika leukosit atau sel darah putih dalam urine jumlahnya mengalami peningkatan.
Waspadai infeksi saluran kemih apabila hasil tes urine protein tinggi ini dibarengi juga dengan rasa nyeri saat berkemih dan muncul keinginan untuk berkemih terus-menerus, padahal tidak ada urine yang keluar.
Infeksi saluran kemih atau ISK adalah infeksi pada saluran kemih yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri ini biasanya masuk ke dalam saluran kemih melalui kulit, anus atau dari vagina.
Infeksi dari bakteri ini kemudian dapat memengaruhi beberapa bagian tubuh. Mulai dari kandung kemih (sistitis), ginjal (pielonefritis), atau bakteriuria asimptomatik (bakteri dalam saluran kemih tanpa gejala). Pielonefritis dan bakteriuria asimptomatik dapat menyebabkan persalinan prematur dan bayi lahir dengan berat rendah.
4. Cek produksi keton dalam tubuh
Keton merupakan hasil akhir proses pemecahan asam lemak yang tidak sempurna. Jika pola makan Mama tidak teratur dan tidak tepat, tubuh berisiko tak punya cukup glukosa untuk energi. Dengan demikian, asam lemak pun akan dipecah untuk dijadikan energi.
Saat proses ini terjadi, asam lemak dimetabolisme menjadi keton yang kemudian akan terdeteksi dalam tes urine.
Biasanya kondisi ini kerap terjadi ketika Mama terlalu banyak mengonsumsi lemak atau diet ekstrem, atau Mama dehidrasi.
Keton yang tinggi biasanya akan ditunjukkan dengan gejala seperti mual dan muntah, Oleh karena itu, mengatur pola makan dan minum air putih teratur menjadi salah satu hal penting yang perlu diperhatikan ibu hamil.
5. Tes dipstick
Tes dipstick merupakan tes urine yang dilakukan dengan menggunakan stik plastik tipis, untuk dimasukkan dalam urine Mama. Nantinya, stik plastik tersebut akan berubah warna apabila ada zat tertentu dengan kadar terlalu tinggi dalam urine.
Metode ini dilakukan untuk membantu mendeteksi adanya beberapa masalah tertentu. Salah satunya untuk mengukur tingkat keasaman (pH) urine, yang jika tidak normal bisa menunjukkan adanya masalah pada ginjal atau saluran kemih.
Tes dipstick juga bisa dilakukan untuk memeriksa konsentrasi atau kekentalan urine.
Semakin pekat urine, maka semakin sedikit kadar cairan dalam tubuh.
Adanya bilirubin juga bisa diperiksa dengan metode dipstick. Apabila ditemukan ada bilirubin dalam urine, maka bisa menjadi tanda adanya kerusakan pada hati.
Demikian beberapa manfaat dari tes urine selama kehamilan. Diskusikan dengan dokter untuk tahu apakah Mama perlu rutin melakukannya juga, ya.