Apa Saja Risiko Kehamilan dengan Skoliosis?
Bagi Mama yang mengalami skoliosis saat hamil wajib baca ini, ya!
21 November 2019
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Saat hamil, Mama memang akan mengalami berbagai keluhan atau rasa sakit pada beberapa bagian tubuh. Mulai dari kesemutan, sakit kepala, nyeri pada punggung, panggul, dan lain sebagainya.
Namun jika Mama sedang mengalami skoliosis saat hamil, rasa tidak nyaman atau nyeri yang dirasakan mungkin akan bertambah.
Berikut Popmama.com berikan penjelasannya lebih lanjut untuk kamu ketahui.
1. Apa itu skoliosis?
Skoliosis adalah kelainan bentuk tulang belakang, yang ditandai dengan lengkungan tulang belakang ke samping kiri atau kanan. Biasanya, lengkungan terjadi di punggung atas atau di punggung bagian bawah, yang menyerupai huruf C atau S, bukan garis lurus.
Meskipun perempuan dan laki-laki memiliki risiko yang sama mengalami kondisi ini, persentase menunjukkan bahwa kaum perempuanlah yang lebih banyak mengalaminya.
Tingkat keparahan skoliosis bergantung dari derajat lengkungan pada batang tulang. Skoliosis dikatakan tergolong ringan jika derajat lengkungan kurang dari 20 derajat.
Jika derajat lengkungan sudah mencapai hampir 70 derajat atau lebih, biasanya dapat mengganggu pernapasan dan mungkin perlu penanganan khusus.
Editors' Pick
2. Apakah skoliosis memengaruhi kehamilan?
Kebanyakan perempuan yang mengalami skoliosis mungkin akan merasa khawatir dengan kondisi mereka saat hamil. Banyak dari mereka yang takut kalau skoliosis akan mengganggu aktivitas dan kenyamanan saat hamil, atau bahkan mempengaruhi kesehatan janin mereka.
Faktanya, penderita skoliosis masih bisa hamil dan melahirkan seperti perempuan lainnya. Skoliosis juga umumnya tidak akan mempengaruhi kehamilan mereka. Para ilmuwan telah menentukan bahwa skoliosis tidak menyebabkan komplikasi tertentu bagi kehamilan, persalinan, atau bagi janin.
Skoliosis juga tidak mengurangi kesuburan atau meningkatkan risiko keguguran, kelahiran mati, atau cacat lahir. Bahkan perempuan yang telah menjalani operasi fusi tulang belakang dinyatakan masih bisa hamil.
Namun, perempuan dengan tingkat kelengkungan tulang belakang yang parah, atau mereka yang skoliosisnya melibatkan pinggul, panggul, atau bahu, mungkin akan mengalami lebih banyak nyeri dan ketidaknyamanan.
Selain itu, skoliosis yang sudah parah juga dapat menyebabkan masalah pernapasan di masa kehamilan. Hal tersebut terjadi karena adanya pergeseran alami akibat tumpuan berat beban perut Mama yang sedang bertumbuh di masa kehamilan.
Jika nyeri punggung meningkat selama kehamilan, ambil waktu untuk beristirahat, mandi air hangat dan mintalah pasangan untuk menggosok punggung Mama agar meredakan rasa nyeri. Selain itu, gunakan bantuan bantal saat tidur juga bisa membantu.
Jika rasa sakit atau nyeri sudah mengganggu, Mama bisa meminta bantuan fisioterapis melalui beberapa latihan khusus untuk mengurangi rasa sakit terkait dengan skoliosis yang Mama alami.
Mama bisa meminta dokter kandungan untuk memberi rujukan ke fisioterapis khusus kebidanan atau pengobatan alternatif lain yang disarankan oleh dokter kandungan.
3. Apakah kehamilan bisa memperparah skoliosis?
Ini mungkin dikhawatirkan oleh hampir semua perempuan yang sudah mengalami skoliosis sebelum hamil. Mengingat tubuh akan mengalami perubahan selama kehamilan.
Untungnya, sebuah penelitian menunjukkan bahwa hamil untuk keberapa kali pun tampaknya tidak akan memperparah lengkungan tulang belakang bagi sebagian besar perempuan dengan skoliosis.
4. Apakah ibu hamil yang mengalami skoliosis perlu operasi caesar?
Skoliosis saat hamil memang akan meningkatkan risiko persalinan melalui operasi caesar. Meskipun begitu, pada penderita skoliosis yang ringan bisa tetap melahirkan normal. Hanya saja, pada saat proses mengejan akan lebih berat dibanding ibu yang tidak memiliki skoliosis.
Tingkat keparahan, bentuk lengkungan dan derajat lengkungan, tindakan pengobatan yang sudah dijalani, serta kondisi kehamilan selama skoliosis, semua itu akan ikut berpengaruh dalam memutuskan proses kelahiran mana yang aman dan nyaman bagi Mama.
Sebagian besar calon Mama dengan skoliosis pada akhirnya memang memerlukan operasi caesar karena kelahiran normal dinilai terlalu sulit dan akan lebih menyakitkan bagi penderita skoliosis.
Pastikan untuk berbicara dengan dokter kandungan yang menangani kehamilan Mama untuk mengetahui proses kelahiran yang tepat.
5. Apakah skoliosis dapat menurun pada bayi?
Tidak ada yang tahu apa yang menyebabkan terjadinya skoliosis idiopatik, tetapi yang kita tahu bahwa skoliosis memang bisa diturunkan. Sekitar 30 persen penderita skoliosis memiliki anggota keluarga dengan kondisi yang sama.
Tapi perlu diingat, memiliki skoliosis tidak menjamin bahwa bayi Mama nantinya juga akan mengalaminya. Hanya sekitar sepertiga anak-anak yang orang tuanya menderita skoliosis, yang akan mengembangkan bakatnya. Risiko juga dapat bergantung pada jenis kelamin bayi, karena skoliosis jauh lebih banyak terjadi pada anak perempuan daripada anak laki-laki.
Mama yang mengalami skoliosis tetap berpeluang besar untuk menjalani kehamilan dan melahirkan bayi yang sehat. Meskipun nantinya Mama mungkin akan mengalami lebih banyak rasa sakit dan ketidaknyamanan daripada calon ibu lainnya, tetapi itu tidak akan mengganggu kondisi janin sedikit pun.
Cukup lakukan hal-hal yang bisa meringankan gejala dan keluhan, ikuti petunjuk dokter, dan nikmati kehamilan Mama! Happy pregnancy, Mama!
Baca juga:
- Pegal Saat Masa Kehamilan? Coba Atasi dengan Cara Ini!
- 7 Penyebab Nyeri Perut Bagian Atas Pada Trimester Ketiga
- Vagina Terasa Nyeri Luar Biasa? Hati-Hati, Ketahui Penyebab Vulvodynia