Anemia adalah kondisi di mana jumlah kadar sel darah merah di dalam tubuh terlalu sedikit atau di bawah normal. Hal ini biasanya disebabkan oleh kurangnya kadar zat besi atau vitamin B12 di dalam tubuh.
Anemia memang sangat rentan dialami oleh orang yang sedang kekurangan darah, seperti saat perempuan sedang menstruasi atau perempuan yang sedang hamil.
Anemia saat hamil biasanya tidak menampakan gejala awal sama sekali. Tetapi ketika kondisinya sudah lebih parah, Mama akan merasa lebih lelah, lemah, pusing, nyeri dada hingga moodswing.
Kulit juga terlihat tampak pucat, denyut jantung lebih cepat atau menjadi tidak teratur, serta timbul mati rasa dan sensasi dingin pada tangan atau kaki.
Saat hamil, anemia bisa dideteksi melalui tes darah di awal kehamilan atau antara usia kehamilan 24 dan 28 minggu.
Jangan disepelekan, anemia bisa berdampak pada kehamilan. Di bawah ini Popmama.com rangkum penjelasan dampak anemia pada ibu hamil. Yuk, disimak!
Dampak Anemia pada Ibu Hamil
Freepik/jcomp
Anemia memang bisa memengaruhi kehamilan, tetapi tergantung pada jenis anemia yang dialami dan apakah anemia dikelola dengan baik.
1. Jika anemia ringan
Freepik/katemangostar
Dalam kasus yang ringan, mungkin tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Anemia ringan biasanya tidak memengaruhi kehamilan. Mama juga mungkin tetap bisa melahirkan normal.
Jika dokter atau bidan menyarankan untuk mengonsumsi suplemen zat besi dan Mama meminumnya sesuai resep, kondisi Mama seharusnya akan membaik. Anemia juga bisa sembuh setelah melahirkan jika dikelola dengan baik.
Editors' Pick
2. Jika anemia berat
Freepik/yanalya
Mengalami anemia berat saat hamil bisa saja menjadi masalah dan dapat berlangsung lama. Kekurangan zat besi dalam kondisi yang parah dapat memengaruhi perkembangan bayi di dalam kandungan. Bayi mungkin bisa lahir dengan berat badan rendah.
Anemia berat juga dikaitkan dengan risiko kelahirkan prematur, depresi pasca persalinan, dan berisiko lebih besar kehilangan darah saat melahirkan hingga membuat Mama membutuhkan transfusi darah.
Jika bayi lahir prematur atau memiliki berat badan lahir rendah, ia mungkin perlu perawatan di unit perawatan intensif neonatal atau NICU. Karena ukuran atau berat badannya yang kecil, bayi mungkin tidak akan memiliki banyak zat besi yang tersimpan di dalam tubuhnya seperti bayi yang lebih besar pada umumnya.
Bila didapati anemia berat saat hamil, Mama akan dimonitor oleh dokter atau bidan sepanjang kehamilan. Konsultasikan pada dokter ahli kandungan terlebih dahulu mengenai metode persalinan yang akan dipilih, jika Mama mengalami anemia berat.
3. Jika anemia diturunkan
freepik
Anemia genetik dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya komplikasi pada ibu dan bayi. Jadi bagi Mama yang memiliki anemia, penting untuk mendapatkan perawatan yang baik selama kehamilan.
Mengobati Anemia selama Kehamilan
Freepik/yanalya
Dokter akan meresepkan suplemen zat besi yang aman, mungkin dalam dosis yang lebih tinggi daripada umumnya. Dengan anemia defisiensi zat besi, Mama mungkin juga berisiko lebih tinggi mengalami depresi pasca persalinan sehingga penting untuk tetap berkonsultasi pada dokter setelah persalinan.
Jika kadar zat besi Mama terlalu rendah, dokter mungkin akan meresepkan vitamin zat besi yang kandungannya lebih lengkap, dengan vitamin B tambahan. Selain itu, vitamin C juga dibutuhkan untuk membantu menyerap zat besi dengan lebih baik.
Mencegah Anemia dengan Asupan Sehat
Freepik/photoroyalty
Perempuan yang sedang hamil harus mendapatkan kebutuhan zat besi yang cukup. Umumnya, perempuan membutuhkan sekitar 18 mg zat besi setiap hari, dan saat hamil membutuhkan sekitar27 mg zat besi setiap harinya.
Buah-buahan kering, oatmeal, bayam, brokoli, dan daging unggas adalah sumber zat besi yang baik. Penuhi makanan kaya akan zat besi tersebut pada menu sehari-hari.
Itu tadi penjelasan mengenai dampak anemia pada ibu hamil. Yuk, cegah anemia demi kesehatan mama dan janin!