Selama hamil, Mama harus berhati-hati dalam mengonsumsi obat-obatan. Tidak semua aman, karena beberapa jenis obat bisa berbahaya dan berdampak buruk bagi kesehatan janin. Seperti yang dialami Nikki Mason.
Dua belas minggu setelah kehamilannya yang kelima, perempuan berusia 41 tahun itu diresepkan sebuah obat yang tak disangka membawa pengaruh bagi hidup anak yang dilahirkannya.
Berikut ini yang perlu menjadi perhatian khusus bagi ibu hamil dalam memilih obat selama masa kehamilan:
1. Berawal dari pengobatan bipolar
Freepik/pressfoto
Beberapa tahun sebelum hamil, Nikki didiagnosis dengan gangguan bipolar.
Namun, ia memutuskan untuk menghentikan pengobatannya karena berencana untuk hamil dan mengkhawatirkan tentang efek samping obat yang bisa memengaruhi bayinya nanti.
Namun begitu ia hamil, psikolognya meresepkan obat peningkat mood yang berbeda, yaitu sodium valproate.
Keputusan itu ternyata memiliki dampak bagi putri yang dilahirkannya, Naomi.
Naomi yang saat ini berusia 12 tahun, memiliki kesulitan belajar, kemampuan bahasa yang buruk, bibir atas yang tipis dan mata juling. Ciri-ciri fisik ini menunjukkan Fetal Valproate Syndrome, yaitu kelainan bawaan langka yang disebabkan oleh paparan asam valpronik pada janin.
Editors' Pick
2. Mengalami gangguan perkembangan janin
Freepik/onlyyouqj
Saat bayi, Naomi tidak ceriwis dan mengalami terlambat bicara. Semua masalah perkembangan yang ia alami disebabkan oleh kesulitan belajar.
Sebagai seorang ibu, Nikki merasa khawatir. Tetapi, kekhawatirannya ini selalu tidak digubris oleh dokter. Ibu yang sebelumnya sudah memiliki 4 orang anak lain yang sehat itu yakin semua masalahnya bersumber pada penggunaan obat valproate yang ia konsumsi saat hamil.
"Saya tidak memiliki gejala apa pun saat hamil. Tetapi, psikolog tetap ingin memberi obat untuk membuat emosi saya tetap stabil. Saat usia kehamilan semakin tua, kehamilan semakin berat saya jalani. Karena itulah, dosis valproate ditambahkan semakin tinggi." Ungkap Nikki.
Nikki sendiri sudah meminum obat itu selama delapan tahun. Ia berhenti menggunakannya setelah membaca tentang efek samping obat di internet.
“Itulah pertama kali saya mengetahui tentang risiko obat selama kehamilan. Saya merasa sangat bersalah dan marah. Ketika saya berkonsultasi dengan dokter anak, dia mengatakan masalah Naomi bisa disebabkan oleh obat itu," lanjut Nikki.
3. Paparan dari kandungan obat yang berbahaya bagi janin
Freepik/onlyyouqj
Meskipun valproate bisa menjadi obat yang sangat efektif untuk mengobati gejala epilepsi dan gangguan bipolar, tetapi kandungannya memiliki efek merugikan yang serius pada janin yang sedang tumbuh.
Bayi yang terpapar jenis obat tersebut memiliki 30 hingga 40 persen risiko gangguan perkembangan yang serius, termasuk IQ rendah, dan 11 persen berisiko cacat fisik.
Bagaimana valproate dapat membahayakan bayi masih belum jelas, tetapi ia dapat memicu perubahan irama jantung, mengurangi pasokan oksigen bayi yang belum lahir, atau menyebabkan kekurangan asam folat, yang terkait dengan spina bifida.
Para ahli mengklaim bahwa masalah ini sudah diketahui sejak tahun 1973, tetapi baru pada tahun 2015 peringatan ini jelas dipublikasikan.
4. Jumlah penggunaan obat berbahaya saat hamil masih tinggi
Freepik/yanalya
Jenis obat valproate juga banyak diresepkan untuk perempuan usia subur yang memiliki epilepsi. Selain itu, puluhan ribu perempuan yang mengalami gangguan bipolar dan migrain juga diresepkan obat ini dan berisiko.
Menurut sebuah survei komunitas, 1 dari 5 perempuan yang menggunakan obat untuk epilepsi masih belum tahu tentang bahaya obat tersebut selama hamil bagi janin mereka.
Sama seperti perempuan dengan epilepsi, banyak dari pasien gangguan bipolar dan migrain juga belum diberitahu tentang bahayanya.
Akibatnya diperkirakan, sebanyak 20.000 anak di Inggris mengalami gangguan karena ibu mereka mengonsumsi obat ini selama kehamilan.
5. Kesadaran yang rendah dan minim informasi
Freepik/yanalya
Masih banyaknya penggunaan obat berbahaya saat hamil disebabkan karena kurangnya informasi yang didapat dan kesadaran.
Dari puluhan ribu resep, 45 persen dari perempuan yang menerima resep mengaku tidak menerima informasi tentang pentingnya menggunakan kontrasepsi saat menggunakan obat, setengahnya tidak diperingatkan tentang risiko cacat bawaan yang bisa ditimbulkan, dan 76 persen tidak diperingatkan tentang masalah perkembangan anak jangka panjang.
Fakta tersebut mengungkap bahwa kita juga harus aktif dan kritis sebagai pasien. Apalagi jika Mama sedang hamil. Sebaiknya, jangan menelan mentah-mentah setiap resep dan keputusan dokter dalam pengobatan.
Mama juga perlu tahu dan menggali informasi tentang setiap efek samping obat yang diresepkan, terlebih selama hamil. Itulah ulasan tentang pentingnya ibu hamil selalu selektif dalam memilih obat selama masa kehamilan, jangan sampai mengonsumsi obat yang berbahaya bagi janin.