Menahan Kencing saat Hamil Bisa Menyebabkan Pecah Ketuban Dini
Walau kasusnya sedikit, hal ini tetap perlu diperhatikan menurut dokter kandungan
20 Februari 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Memasuki trimester dua, ibu hamil cenderung lebih sering buang air kecil karena posisi janin sudah berada di bawah panggul dan menekan kandung kemih. Sayangnya, tak sedikit ibu hamil yang kerap menahan untuk buang air kecil karena malas ke toilet.
Padahal, hal tersebut bisa menimbulkan risiko untuk bumil dan juga si Kecil, lho. Menurut dr. Uf Bagazi, Sp.OG dari Rumah Sakit Ibu dan Anak Brawijaya Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, jika ibu hamil melakukan hal tersebut maka kemungkinan pecah ketuban dini bisa terjadi.
Nah, berikut Popmama.com rangkum informasi tentang menahan kencing saat hamil sebabkan pecah ketuban dini.
1. Infeksi virus kerap terjadi karena kebiasaan menahan kencing
Salah satu kebiasaan yang kerap dilakukan oleh ibu hamil adalah menahan kencing. Masalahnya, hal ini justru dapat menyebabkan berbagai risiko pada ibu hamil dan juga janin.
Salah satu yang sudah banyak diketahui adalah terjadinya infeksi virus yang dapat menyebabkan pecah ketuban dini. Hal ini diungkapkan secara langsung oleh dr. Uf Bagazi, Sp.OG dalam bincang-bincangnya bersama Nikita Willy.
"Jadi, ketuban pecah dini sendiri sebenarnya secara insidensinya kurang lebih sekitar 3%, nggak banyak kasusnya. Masalahnya, faktor yang paling sering (menjadi penyebab) menurut literaturnya adalah infeksi. Infeksi apa, infeksi saluran kencing," jelas dr. Uf.
Editors' Pick
2. Yang terjadi saat ibu hamil menaha kencing yang seharusnya dikeluarkan
Dokter Uf kembali menjelaskan secara jelas bagaimana kebiasaan buruk ini bisa membahayakan ibu hamil dan si Kecil di dalam kandungan. Menurutnya, jika ibu hamil menahan pipis yang seharusnya keluar dari tubuhnya, maka uretranya bisa memendek.
"Dengan dia menahan pipis terjadi pemendekan daripada uretra. Uretra itu saluran dari kandung kencing yang akan terjun keluar air kencingnya. Dari 3 cm menjadi 0.5 cm, ya mungkin aja kuman-kuman yang ada di vagina bisa refluks masuk ke dalam, terjadi replikasi dari kuman tersebut," jelasnya.
Kondisi tersebut pada akhirnya akan menciptakan toksin yang menyebabkan suatu kontraksi dari dinding rahim. Jika hal itu terjadi maka ketuban bisa pecah.