Kisah Fanny Kondoh Baru Tahu Hamil setelah Suaminya Meninggal
Perjuangan Fanny Kondoh untuk bisa hamil menjadi kisah yang sedih sekaligus bahagia
14 Maret 2025

Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kisah pilu sekaligus mengharukan datang dari seorang perempuan bernama Fanny Kondoh. Ia baru mengetahui dirinya hamil setelah sang suami, Hajime Kondoh, meninggal dunia. Kabar ini sontak membuat publik terkejut sekaligus terharu. Bagaimana tidak, pasangan ini telah lama mendambakan kehadiran momongan.
Fanny dan mendiang suaminya, yang akrab disapa Papa Udon, telah berjuang selama 9 tahun untuk memiliki keturunan. Kehamilan ini menjadi jawaban atas doa-doa mereka, meski sang suami telah tiada. Fanny membagikan kabar tersebut melalui podcast milik Denny Sumargo.
Apa saja yang diceritakan Fanny dalam podcast tersebut? Berikut Popmama.comakan membagikan informasi kisah Fanny Kondoh baru tahu hamil setelah suaminya meninggal.
Yuk, simak informasinya, Ma!
1. Perjuangan Fanny Kondoh mengikuti program hamil lewat bayi tabung
Tahun 2015 menjadi awal pertemuan antara Fanny dan Hajime Kondoh, yang mana kala itu Fanny bekerja di Marugame Udon sebagai kasir. Hingga pada akhirnya di tahun 2017, mereka berdua resmi menjadi pasangan suami istri.
Usai dua tahun pernikahan, mereka memutuskan untuk menjalani program bayi tabung demi mendapatkan keturunan. Namun, Fanny harus menghadapi kesedihan karena mengalami kegagalan dalam dua kali proses transfer embrio.
“Nikah 2017 habis nikah kok belum punya anak, akhirnya aku bayi tabung itu tahun 2019. Dua kali embrio transfer, sempat hamil terus keguguran,” ucap Fanny Kondoh di YouTube CURHAT Bang Denny Sumargo.
2. Sang suami memiliki keinginan besar untuk mempunyai anak
Mempunyai seorang keturunan merupakan keinginan besar dari mendiang suaminya Fanny Kondoh. Apalagi setelah dokter memprediksi bahwa usianya hanya tersisa enam bulan karena kanker.
“Dia minta-minta anak terus,” ungkap Fanny Kondoh.
Suaminya yang mengidap kanker membuat Fanny akhirnya menunda transfer embrio ketiga. Menyadari kondisinya, Hajime berupaya meyakinkan istrinya untuk tetap menjalani prosedur transfer embrio. Rupanya, alasan ia menginginkan keturunan agar anaknya kelak bisa menjaga dan melindungi Fanny Kondoh.
Awalnya, Fanny ragu untuk mempunyai anak di tengah kondisinya yang seperti itu. Namun, pada akhirnya ia memilih untuk memenuhi keinginan suaminya.
“Suami aku tetap mohon-mohon ke aku tiap bulan, sampai aku akhirnya luluh. Aku pikirnya, ya sudah transfer saja embrionya, nggak usah pressure ini harus hamil, yang penting melakukan apa yang dia minta. Siapa tahu kalau hamil, ada rasa ingin berharap hidup lebih, mungkin bisa sembuh,” tuturnya.
3. Fanny Kondoh dikejar-kejar oleh waktu untuk menjalani transfer embrio
Setelah menuruti kemauan sang suami, Fanny harus dikejar-kejar oleh waktu untuk menjalani prosedur transfer embrio, karena ia hanya dapat melakukannya sebelum kepergian suaminya. Hal ini karena adanya kebijakan pemerintah yang melarang prosedur transfer embrio jika salah satu pasangan telah wafat.
“Aku tanya ke dokter, kalau suami meninggal bisa embrio transfer nggak? Kata dokter nggak bisa. Kalau suami meninggal atau cerai nggak boleh, karena harus dua-duanya bersama suami istri, itu aturan negara. Makanya akungejar-ngejar waktu, dokternya mengusahakan aku banget,” kata Fanny.
Pada bulan pertama, prosedur tersebut belum bisa dilakukan karena kondisi rahim Fanny belum siap. Memasuki bulan kedua, dokter akhirnya melaksanakan transfer embrio.
“Di bulan pertama dia (dokter) bilang rahim aku tidak capable untuk embrio transfer, akhirnya bulan depan diusahakan banget. Dokternya pun pas transfer embrio tuh bilang, 'Bismillah semoga kamu gantiin papamu ya, jagain mama'," jelasnya.
Editors' Pick
4. Sempat berencana mengadopsi bayi
Fanny pernah merasa bahwa dirinya gagal sebagai istri karena belum bisa memiliki anak. Namun, suaminya tidak pernah menyalahkannya. Bahkan, sang suami sempat mengusulkan untuk mengadopsi bayi.
Namun, karena berbagai alasan, Fanny dan Hajime Kondoh akhirnya tidak melanjutkan rencana tersebut.
5. Alasan Fanny Kondoh sulit untuk hamil
Alasan Fanny mengalami kesulitan untuk hamil itu karena dirinya mengidap sindrom polikistik ovarium (PCOS). Sebab itulah ia memilih program bayi tabung sebagai solusi yang dianggap paling sesuai untuk membantunya memiliki keturunan.
Namun, setelah dua kali mengalami kegagalan dalam program bayi tabung, Fanny memutuskan untuk beralih ke klinik fertilitas lain. Di sana, dokter menemukan bahwa ia juga mengalami masalah pengentalan darah.
Kondisi ini menghambat janin dalam kandungannya tak bisa bertahan setelah proses transfer embrio dilakukan.
6. Hajime seolah-olah telah mengetahui istrinya hamil
Sebelum meninggalkan sang istri untuk selama-lamanya, Hajime seakan telah mengetahui bahwa Fanny tengah hamil. Bahkan, ia telah menyiapkan nama bagi calon anaknya nanti.
“Ketika dia sakaratul maut, itu dari pagi, tensinya turun terus, dia pegang perut aku dan bilang, 'Ya Allah, lindungilah anak dan istriku, aku nggak apa-apa kalau pergi, tapi lindungi istri dan anak aku'. Padahal itu baru seminggu embrio transfer kan, belum tahu hamil atau enggak. Tapi dia tahu kalau ini akan hamil dan dia sudah menyiapkan nama yang pakai kanji,” ungkap Fanny.
7. Fanny Kondoh dinyatakan hamil anak pertama setelah sang suami meninggal dunia
Fanny menjalani transfer embrio pada hari Senin, sementara keesokan harinya suaminya dirawat inap. Seminggu setelahnya, sang suami meninggal dunia. Kepergian Hajime membuat Fanny mengalami syok berat hingga kehilangan nafsu makan. Akibatnya, berat badannya turun hingga 10 kilogram.
Karena kesehatannya yang semakin memburuk, Fanny dibawa ke rumah sakit. Di sana, ia berinisiatif menjalani tes darah beta hCG untuk memastikan kehamilannya demi memulihkan kondisinya. Ia sendiri tak yakin jika dirinya berhasil hamil.
“Aku yakin aku nggak hamil karena berat sudah turun 10 kilo, muntah-muntah terus karena syok. Sehari setelahnya aku masuk UGD karena GERD. Tapi aku ada feeling, akhirnya aku cek beta hCG,” ujar Fanny.
Hasil tes menunjukkan bahwa kadar beta hCG dalam tubuhnya tinggi, menandakan adanya kehamilan. Namun, untuk mendapatkan kepastian lebih lanjut, Fanny memutuskan menunggu seminggu kemudian untuk melakukan pemeriksaan di klinik bayi tabung.
“Besoknya (setelah cek hCG), aku mencoba makan, minum, menunggu seminggu dan aku diminta cek darah,” katanya.
Dokter telah mengonfirmasi bahwa Fanny sedang hamil. Saat ini, kehamilannya telah memasuki trimester ketiga, dan janinnya berada dalam kondisi sehat.
8. Pesan mengharukan untuk calon anak Fanny dan Hajime
Fanny bertekad untuk tetap tegar meski harus menjalani kehamilan tanpa sosok Hajime. Ia ingin memastikan bahwa kelak anaknya tetap merasakan kasih sayang yang utuh, meskipun tumbuh tanpa sosok ayah. Ia percaya bahwa Allah akan selalu menjaga mereka dan memberikan kebahagiaan dalam hidup mereka.
"Kazuki jangan berkecil hati kalau kamu terlahir yatim. Rasulullah lahir di dunia ini juga yatim, tapi Allah jaga. Nabi Isa juga lahir tanpa seorang ayah, Allah pelihara. Kamu jangan khawatir tangki kasih sayang kamu kurang karena papa sudah enggak ada, tapi papa itu selalu jagain kita dan papamu orang yang baik. Mama adalah istri yang sangat dicintai, mama adalah istri yang bahagia jadiInsyaallah mama bisa jadi ibu yang bahagia untuk kamu. Jangan takut kekurangan, Allah bersama kita, Allah jaga kamu nak,” ucap Fanny.
Itulah informasi terkait Fanny Kondoh baru tahu hamil setelah suaminya meninggal. Semoga Fanny Kondoh bisa selalu diberikan kesabaran dan ketabahan dalam menjalani kehamilan tanpa adanya sosok suami di sampingnya, ya, Ma.
Baca juga: