Mengenal Simfisis Pubis Disfungsi, Nyeri Panggul Parah pada Ibu Hamil
Jika dibiarkan SPD bisa semakin parah hingga mengganggu kegiatan sehari-hari
3 Mei 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Ibu hamil biasanya memiliki banyak hal yang dirasakan. Mood yang naik-turun, ketidaknyamanan fisik dan sebagainya. Salah satu hal yang bisa dialami oleh ibu hamil adalah simfisis disfungsi pubis atau SPD.
Dikutip dari Healthline, simfisis pubis disfungsi (SPD) adalah sekelompok gejala yang menyebabkan ketidaknyamanan di daerah panggul. Biasanya hal ini dialami selama kehamilan di trimester kedua hingga ketiga.
SPD bisa terjadi ketika sendi panggul menjadi kaku. Gangguan ini bisa terjadi baik di bagian depan maupun belakang panggul ibu hamil. SPD ini dikenal juga dengan nama 'nyeri korset panggul'.
Meski tidak berbahaya bagi bayi, ibu hamil yang mengalami SPD bisa sangat menderita. Dalam beberapa kasus, rasa sakit yang terjadi bisa sangat parah sehingga memengaruhi aktivitas sehari-hari.
Berikut Popmama.com rangkum informasi selengkapnya mengenai simfisis disfungsi pubis (SPD) pada ibu hamil.
1. Penyebab SPD bisa terjadi pada ibu hamil
SPD cukup umum terjadi pada ibu hamil. Pasalnya, gangguan ini terjadi pada satu dari lima ibu hamil di periode kehamilan tertentu. Penyebabnya cenderung karena hormon relaxin yang memengaruhi beberapa otot seperti pinggul, perut, dasar panggul, dan panggul.
Pelonggaran yang terjadi pada otot-otot itu dimaksudkan untuk meningkatkan jangkauan gerakan dan membantu ibu hamil saat melahirkan nanti. Namun, hal itu juga membuat sendi-sendi sekitar panggul menjadi tidak seimbang dan lebih bisa banyak bergerak dari biasanya. Nah, hal inilah yang menyebabkan ketidaknyamanan atau rasa sakit tersebut.
Kemudian, berat dan posisi bayi juga dianggap memengaruhi nyeri panggul ini. Penyebab lain SPD juga bisa berasal dari cedera panggul atau kondisi sendi lain seperti osteoartritis. Dalam beberapa kasus, tidak ada penyebab yang diketahui. Ibu hamil yang mengalami SPD cenderung memburuk ketika kehamilannya semakin berkembang.
Uniknya, ada bebebapa kasus ibu hamil yang sudah mengalami gangguan SPD sejak awal kehamilannya. Padahal SPD ini cenderung dialami oleh ibu hamil di trimester kedua hingga ketiga. Bagi ibu hamil yang mengalami SPD sejak awal, diharapkan segera ke dokter untuk mengurangi gejala sakitnya sejak dini.
Editors' Pick
2. Gejala simfisis disfungsi pubis (SPD) pada ibu hamil
Gejala SPD dapat bervariasi pada setiap ibu hamil. Namun, ada beberapa gejala yang paling sering dialami yakni:
- Nyeri di tengah depan tulang kemaluan,
- nyeri di punggung bawah di satu atau kedua sisi,
- nyeri di perineum atau area antara anus dan vagina,
- rasa sakit di paha yang muncul saat berjalan (mungkin juga mendengar atau merasakan suara tidak nyaman atau klik di panggul).
Rasa sakit dari SPD ini akan semakin menyiksa jika ibu hamil melakukan beberapa kegiatan. Meski hal tersebut biasa dilakukan oleh orang normal, bagi ibu hamil dengan SPD kegiatan ini akan sangat menyiksa:
- Berjalan;
- menaiki atau menuruni tangga;
- mengangkat satu kaki untuk bertumpu; dan
- tidur pada satu bagian sisi.
Kegiatan sehari-hari bisa sangat terganggu bagi ibu hamil yang menderita SPD. Mulai dari bangun tidur, berpakaian, atau masuk dan keluar kendaraan menjadi sulit. Oleh karenanya, jika sangat sakit jangan membiarkannya bertambah parah.
3. Cara mengatasi SPD pada ibu hamil
Dikutip dari Healthline, fisioterapi adalah pengobatan utama untuk SPD pada ibu hamil. Tujuan fisioterapi ini untuk:
- Meminimalkan rasa sakit;
- meningkatkan fungsi otot; dan
- meningkatkan stabilitas dan posisi sendi panggul.
Fisioterapi dapat memberikan terapi manual untuk memastikan bahwa sendi di panggul, tulang belakang, dan pinggul bergerak normal. Hal itu juga menjadi latihan untuk memperkuat otot-otot di dasar panggul, punggung, perut, dan pinggul ibu hamil.
Selain itu, perawatan lain yang mungkin direkomendasikan adalah hidroterapi yang merupakan latihan di dalam air. Berada di dalam air dapat menghilangkan stres dari persendian dan memungkinkannya untuk bergerak lebih mudah. Lalu, ada terapi kompres panas atau dingin ke daerah yang sakit juga bisa mengurangi rasa sakit atau pembengkakan.
Dalam kasus SPD yang parah, obat nyeri atau terapi tertentu dapat diresepkan oleh dokter. Ibu hamil dengan kasus SPD tertentu juga bisa diberikan alat pendukung untuk dipakai setiap hari agar tidak merasa terlalu sakit.
4. Bisakah SPD memengaruhi pertumbuhan janin?
SPD tidak berbahaya secara medis untuk bayi dalam kandungan. Sebagian besar ibu hamil dengan kondisi ini juga masih dapat melahirkan secara pervaginam. Namun, nyeri kronis dapat menyebabkan dan meningkatkan depresi pada ibu hamil. Tentunya depresi ini yang kadang berdampak negatif pada bayi dalam kandungan.
Meskipun gejala SPD cenderung tidak hilang sepenuhnya sampai setelah melahirkan, ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk meminimalkan rasa sakit. Oleh karenanya penting untuk mencari bantuan sebelum semakin parah.
Itulah tadi informasi mengenai simfisis pubis disfungsi pada ibu hamil. Meski tidak menyebabkan komplikasi pada ibu hamil, ada baiknya memeriksakan ke dokter jika mengalami gangguan sendi ini ya, Ma.
Baca juga:
- 5 Gangguan Tidur yang Sering Terjadi saat Hamil dan Cara Mengatasinya
- Cara Mengatasi Gangguan Tidur pada Kehamilan Trimester Kedua
- Selalu Gelisah selama Kehamilan, Hati-Hati Gangguan Depresi