Saat hamil, Mama mungkin sudah tidak sabar ingin mengetahui jenis kelamin si Kecil. Untuk mengetahui jenis kelamin bayi, Mama perlu menjalani pemeriksaan USG.
Melalui pemeriksaan USG, Mama bisa mengetahui jenis kelamin si Kecil, bahkan mendapatkan foto atau video gerakan bayi dalam kandungan. Teknologi USG juga memudahkan Mama untuk melihat aktivitas si Kecil dalam kandungan, mulai dari tersenyum, menendang, atau menguap.
Meski begitu, masih ada beberapa mitos tentang USG kehamilan yang beredar. Salah satu mitos tentang USG kehamilan adalah radiasinya yang bisa membahayakan kesehatan bayi. Benarkah demikian?
Di bawah ini, Popmama.com telah merangkum tujuh mitos tentang USG kehamilan dikutip dari Instagram @purnawansenoaji_dr.
Dokter Purnawan Senoaji adalah seorang dokter spesialis kebidanan dan kandungan yang memang kerap membagikan informasi seputar kehamilan.
1. USG tidak boleh dilakukan sering-sering
Pixabay/medical prudens
Mitos pertama adalah tidak boleh menjalani pemeriksaan USG sering-sering karena bisa membahayakan kesehatan bayi dalam kandungan.
Padahal faktanya adalah USG aman dilakukan oleh ibu hamil dan tidak membahayakan kesehatan bayi. USG kehamilan dapat dilakukan sewaktu-waktu dan kapan saja. USG kehamilan bahkan tidak menimbulkan efek samping baik untuk ibu atau bayi.
2. USG sebabkan radiasi
Pixabay/medical prudens
Mitos kedua ini mungkin sering didengar oleh Mama yakni USG bisa menyebabkan radiasi.
Faktanya adalah USG menggunakan gelombang suara ultrasonik, bukan sinar X atau sinar rontgen atau sinar radioaktif. Paparan gelombang suara ultrasonik itu tidak membahayakan bayi maupun kesehatan mama.
Editors' Pick
3. Dilarang USG transvaginal saat hamil muda
Freepik/wayhomestudio
Ketika usia kehamilan baru menginjak trimester pertama, Mama kerap dilarang menjalani pemeriksaan USG transvaginal.
Faktanya adalah USG transvaginal ternyata penting untuk evaluasi detail organ janin saat hamil muda. Masuknya alat USG melalui vagina tidak akan memengaruhi kondisi janin dalam kandungan.
4. USG 3D/4D lebih akurat dibanding USG 2D
Freepik
Beberapa ibu hamil mungkin percaya bahwa hasil pemeriksaan USG 3D/4D lebih akurat dibanding USG 2D.
Faktanya adalah USG 3D/4D adalah fitur di mesin USG untuk mendapatkan gambar secara 3 atau 4 dimensi tentang kontur wajah atau jenis kelamin bayi. USG 3D/4D memang pelengkap dari USG 2D.
Namun, USG 2D lebih bisa mendapatkan gambaran detail mengenai organ bayi dalam kandungan.
5. Jika sudah USG hasil normal, lahirnya pasti normal
Pixabay/Sanjasy
Ketika tidak ada masalah dari hasil USG, maka Mama bisa melahirkan normal. Padahal janin dalam kandungan masih terus tumbuh, terutama struktur dan fungsi organnya. USG memang bisa mendeteksi kelainan mayor organ janin, namun tidak selalu nampak jika kelainan kecil atau minor.
Oleh karena itu, beberapa kelainan baru bisa muncul saat trimester ketiga atau bahkan pasca persalinan.
6. Usia kehamilan dari USG terakhir adalah yang paling akurat
Freepik/valuavitaly
Mitos selanjutnya adalah usia kehamilan saat USG terakhir adalah yang paling akurat. Faktanya adalah USG trimester awal terutama saat usia 11-14 minggu merupakan patokan usia kehamilan yang akurat.
Akurasi tingkat kesalahannya hanya 1-2 hari, dibanding dengan USG trimester ketiga yang akurasi tingkat kesalahannya bisa mencapai 3-4 minggu.
7. Hasil USG jenis kelamin janin masih bisa berubah
Unsplash/Kelly Sikkema
Saat hasil USG menunjukkan jenis kelamin si Kecil adalah perempuan, maka mitosnya adalah Mama tidak boleh sepenuhnya percaya karena jenis kelamin bayi masih bisa berubah.
Faktanya adalah jenis kelamin bayi sudah digariskan sejak terjadinya pembuahan di mana ada sumbangan kromosom seks dari Papa dan Mama. Oleh karena itu, kemungkinan perbedaan hasil USG kelamin hanya semata-mata misinterpretasi pemeriksa.
Setelah membaca mitos dan fakta tentang USG kehamilan tersebut, Mama diharapkan tidak percaya informasi tentang kehamilan yang baru didengar ya. Mama sebaiknya mencari tahu terlebih dahulu kebenarannya dengan bertanya ke dokter kandungan atau membaca informasi dari sumber terpercaya.