Hipertensi saat Hamil Bisa Meningkatkan Risiko Stroke pada Anak
Studi mengungkapkan bahwa tekanan darah tinggi ibu hamil bisa meningkatkan risiko stroke pada anak
15 Juni 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tekanan darah tinggi, atau dikenal dengan istilah hipertensi, adalah kondisi yang sangat membahayakan. Terlebih jika terjadi pada masa kehamilan. Jika tidak ditangani dengan tepat, maka hal ini akan membawa dampak buruk untuk ibu dan janinnya.
Hipertensi pada masa kehamilan diketahui bisa menyebabkan kerusakan fungsi organ, seperti ginjal, hati, bahkan otak. Sedangkan pada janin, tekanan darah yang terlalu tinggi bisa memicu lahir prematur, pertumbuhan janin yang terhambat, serta penyakit kardiovaskular.
Namun belakangan, sebuah studi mengungkapkan bahwa tekanan darah tinggi pada ibu hamil membawa akibat yang lebih serius dari dugaan. Penelitian menunjukkan bahwa hipertensi saat hamil bisa meningkatkan risiko stroke pada anak setelah beberapa dekade.
Seberapa besar bahaya dan risiko stroke yang dialami oleh janin tersebut? Bagaimana pula cara mencegahnya? Berikut ini penjelasan Popmama.com khusus untuk Mama.
Hipertensi pada Ibu Hamil
Ibu hamil disebut mengalami hipertensi jika tekanan darahnya melebihi angka 140/90 mmHg. Umumnya kondisi ini muncul mulai usia kehamilan 20 minggu, atau bahkan sebelumnya. Berdasarkan laporan, tekanan darah tinggi dialami oleh 5-10 persen ibu hamil di seluruh dunia.
Hipertensi pada ibu hamil sendiri cukup beragam, mulai dari yang paling ringan hingga serius. Secara garis besar, ada beberapa jenis tekanan darah tinggi yang terjadi saat kehamilan.
- Hipertensi gestasional. Kondisi ini umumnya muncul setelah usia kehamilan 20 minggu, namun akan hilang setelah melahirkan. Jenis hipertensi ini memang tidak memicu kerusakan organ namun bisa berkembang menjadi preeklampsia.
- Preeklampsia. Hipertensi ini juga umumnya muncul setelah usia kehamilan 20 minggu dan harus diwaspadai. Pasalnya, tekanan darah tinggi yang terjadi akan memicu kerusakan sistem organ.
- Hipertensi kronis. Kondisi ini biasanya tidak bergejala dan seringkali tidak disadari. Jenis tekanan darah tinggi ini muncul sebelum hamil atau sebelum kehamilan mencapai 20 minggu.
- Hipertensi kronis dengan preeklampsia. Ibu hamil yang mengalami kondisi ini biasanya tidak menunjukkan gejala namun ternyata mengalami kelebihan protein dalam tubuh. Kondisi ini juga perlu diwaspadai.
Secara umum, tekanan darah tinggi pada ibu hamil ditandai dengan wajah dan tangan yang bengkak, sakit kepala, sesak napas, dan mual-muntah. Jika mengalami salah satu dari kondisi di atas, maka Mama harus segera melakukan tindakan tepat. Karena penanganan yang terlambat akan berakibat fatal.
Editors' Pick
Penelitian pada Anak-Anak dengan Ibu Hipertensi saat Hamil
Nyatanya, dampak hipertensi pada kehamilan ternyata tidak berakhir begitu saja setelah bayi lahir. Sebuah penelitian di Karolinska Institute, Stockholm, mengungkap bahwa kondisi ini diduga meningkatkan risiko stroke dan kerusakan hati saat bayi telah tumbuh besar dan mencapai usia 41 tahun.
"Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa masalah hipertensi selama kehamilan ternyata berhubungan dengan peningkatan risiko stroke dan potensi penyakit jantung yang diturunkan hingga usia 41 tahun," demikian studi yang dilakukan oleh Fen Yang, seorang mahasiswa doktoral di Karolinska Institute, Stockholm.
Studi dilakukan pada lebih dari 5,8 juta anak-anak yang lahir di Swedia mulai tahun 1973 dan di Finlandia mulai tahun 1987. Kedua grup anak-anak tersebut diteliti hingga tahun 2014.