Kenapa Hamil di Atas Usia 35 Tahun Berisiko? Ini Kata Dokter Kandungan
Kira-kira apa penyebab kehamilan di atas usia 35 tahun terbilang berisiko?
1 Maret 2024
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Memutuskan untuk hamil saat usia sudah menyentuh 35 tahun memerlukan pertimbangan yang serius. Calon ibu hamil juga perlu memahami berbagai risiko yang mengintai ke depannya.
Seiring bertambahnya usia, perubahan biologis pada tubuh perempuan dapat memengaruhi proses kehamilan dan kesehatan janin.
Berikut Popmama.com siap membahas lebih lanjut mengenai alasan hamil di atas 35 tahun dianggap berisiko berdasarkan penjelasan dokter.
Editors' Pick
1. Menurunnya kualitas telur seiring bertambahnya usia
Kualitas telur dalam tubuh perempuan cenderung menurun seiring bertambahnya usia. Proses ini disebut sebagai penurunan kualitas sel telur. Bisa dibilang, perempuan yang lebih tua cenderung memiliki kualitas telur yang lebih rendah.
“Ibaratnya, ya, seorang perempuan sudah dimodalin dari awal mempunyai sel telur. Seiring berjalannya waktu seperti adanya siklus haid, akan ada sel-sel telur yang terbuang dan mati,” ujar Dokter Novan Satya Pamungkas, Sp. O. G, Subsp. KFM, dokter spesialis obstetri dan ginekologi subspesialis kedokteran fetomaternal yang berpraktik di RS Pondok Indah – Bintaro Jaya.
2. Kuantitas sel telur dalam tubuh perempuan juga akan menurun
Perempuan di usia 35 tahun tidak hanya mengalami penurunan kualitas sel telur, tetapi juga kuantitasnya. Perempuan lahir dengan jumlah telur yang sudah ditentukan, dan seiring waktu, jumlah tersebut secara alami akan berkurang.
“Dari awal, sel telur yang ada pada perempuan itu sama. Di usia 35 tahun, pasti ada kualitas dan kuantitas yang akan menurun, secara garis besar seperti itu,” kata Dokter Novan.
Pada usia 35 tahun dan seterusnya, cadangan telur perempuan cenderung menurun lebih cepat. Oleh karena itu, kesuburan perempuan dapat berkurang secara signifikan setelah usia tersebut.
Penurunan jumlah telur dapat berdampak pada keberhasilan kehamilan. Faktor ini juga berhubungan dengan peningkatan risiko kesulitan untuk hamil secara alami dan kesulitan untuk merespons terhadap teknologi reproduksi bantu seperti fertilisasi in vitro (IVF).