Waspada! Ketahui Prosedur Kuret Beserta Dampaknya bagi Ibu Hamil
Sebelum melakukan proses kuret, sebaiknya ketahui dulu 3 fakta berikut!
14 Agustus 2018
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setiap ibu hamil pasti menginginka bayinya dapat tumbuh sehat dan berkembang dengan baik di dalam janin hingga ia lahir.
Tak heran jika banyak ibu hamil yang rela melakukan berbagai cara hanya untuk menjaga kondisi kesehatan si Kecil di dalam perut.
Meskipun sudah di jaga sebaik mungkin, namun kemungkinanan akan terjadinya keguguran masih bisa terjadi pada setiap perempuan.
Salah satu penyebabnya adalah stress, kelelahan, atau terkena benturan saat hamil muda.
Jika hal tersebut sudah terjadi, maka proses kuret merupakan jalah satu-satunya yang dapat dilakukan.
Kuret dikenal sebagai proses yang perlu dijalani oleh setiap ibu hamil ketika mengalami keguguran. Sebenarnya kuret sendiri adalah nama sebuah alat operasi untuk mengeluarkan jaringan dari dalam rahim. Prosedurnya disebut dengan kuretase.
Nah, untuk mengetahui detail dari prosedur kuret, dampak, serta pemulihannya, berikut Popmama.comtelah merangkum faktanya untuk Mama!
Editors' Pick
1. Prosedur kuret
Sebelum ibu hamil yang keguguran menjalani proses kuret, biasanya dokter atau perawat akan menanyakan kondisi dan riwayat kesehatan.
Pastikan juga bahwa dokter mengetahui jenis alergi yang Mama miliki (jika ada), serta mengetahui apakah Mama sedang mengonsumsi obat pengencer darah atau memiliki riwayat kelainan darah ataukah tidak.
Setelah mengetahui hal tersebut, dokter biasanya akan meminta Mama untuk puasa selama 6-8 jam sebelum tindakan kuret dilakukan.
Pada saat proses kuret, Mama akan diminta berbaring dengan posisi kedua kaki terbuka. Umumnya sebelum proses kuret dimulai, pasien akan dibius agar tidak merasakan sakit.
Jenis bius yang akan diberikan juga tergantung kepada jenis kuret yang akan dilalui. Jenis bius pertama adalah bius lokal yang akan membuat daerah di sekitar leher rahim kebas atau tidak merasakan apa pun.
Sedangkan jenis kedua adalah bius epidural yang akan membuat tubuh dari pinggang ke bawah menjadi kebas.
Terakhir, jenis bius ketiga adalah bius total yang akan membuat Mama tidak sadar sepanjang prosedur.
Setelah dibius, dokter akan memasukkan spekulum ke dalam vagina, dan membersihkan leher rahim menggunakan antiseptik.
Proses yang akan terjadi selanjutnya adalah dilatasi. Langkah pertama yang akan dilakukan oleh dokter adalah dilatasi.
Ini adalah proses pelebaran leher rahim menggunakan obat, atau dengan menempatkan alat bernama laminaria yang akan menyerap cairan pada leher rahim dan mengembang, sehingga dapat melebarkan leher rahim untuk mempermudah proses kuret.
Setelah proses dilatasi selesai, tibalah pada proses kuret atau kuretase.
Pada tahap ini, lapisan dan isi rahim Mama akan diangkat dengan alat tipis seperti sendok atau yang biasa dikenal sebagia kuret.
Prosedur ini dilakukan oleh dokter kandungan dan pada umumnya memakan waktu kurang lebih 10-15 menit.
Setelah semua prosedur selesai dilakukan, maka kondisi pasien akan dimonitor selama beberapa jam untuk memastikan bahwa pasien sudah pulih sepenuhnya dari obat bius serta berfungsi untuk mendeteksi terjadinya komplikasi seperti perdarahan hebat.
Jika Mama memilih bius total maka efek yang mungkin terasa adalah mengantuk, mual, dan muntah. Normalnya, pasien dapat kembali melakukan aktivitas seperti biasa setelah 24 jam.
Mengetahui bahwa sebagian pasien dapat mengalami perdarahan lewat vagina selama kurang lebih 1-2 minggu maka disarankan untuk menggunakan pembalut setelah menjalani kuret.
Baca juga: Ketahui Efek Samping Suntik Bius (Epidural) Saat Persalinan
2. Dampak kuret bagi ibu hamil
Meskipun tergolong aman dan merupakan satu-satunya jalan yang dapat Mama lakukan pasca keguguran, namun tetap saja setiap prosedur operasi pasti memiliki risiko.
Maka dari itu, berikut beberapa risiko kuret yang perlu diketahui!
Perforasi rahim
Perforasi rahim terjadi ketika alat bedah menusuk dan menyebabkan lubang di rahim.
Hal ini akan lebih sering terjadi pada wanita yang baru pertama kali hamil dan pada wanita yang sudah menopause.
Jika luka pada rahim mengenai organ atau pembuluh darah, kemungkinan akan dilakukan operasi untuk mengatasinya.
Kerusakan leher rahim
Jika leher rahim robek saat prosedur kuret dilakukan, maka dokter dapat memberikan tekanan atau obat untuk menghentikan perdarahan atau menutupnya dengan jahitan.
Tumbuh jaringan parut pada dinding rahim
Terbentuknya jaringan parut dalam rahim karena prosedur kuret, atau yang dikenal dengan nama sindrom Asherman, sebenarnya jarang terjadi.
Namun jika hal tersebt terjadi pada Mama, maka kondisi ini dapat menyebabkan siklus menstruasi menjadi tidak normal, bahkan berhenti, dan juga dapat menyebabkan rasa sakit, keguguran di kehamilan selanjutnya, hingga ketidaksuburan.
Untuk mengatasi kondisi ini, biasanya dokter akan melakukan tindakan operasi.
Infeksi
Setelah tindakan kuret dilakukan, maka salah satu efek samping yang dapat terjadi adalah infeksi. Untuk menangani hal tersebut, maka dokter biasanya akan memberikan obat antibiotik.
Perdarahan parah
Perdarahan akibat tindakan kuret jarang terjadi. Namun, perdarahan dapat terjadi apabila peralatan operasi melukai dinding rahim.
Atau bila jaringan fibroid (miom) yang tidak terdeteksi dalam rahim, ikut terkikis sehingga menimbulkan perdarahan.
3. Pemulihan proses kuret pada ibu hamil
Mengetahui ada beberapa risiko atau dampak dari prosedur kuret, maka penting bagi Mama untuk mengetahui cara memulihkan diri dengan tepat setelah melakukan tindakan kuret.
Meskipun pada umumnya Mama sudah dapat beraktivitas setelah satu sampai dua hari setelah dikuret.
Namun, beberapa pasien akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk pulih setelah dikuret.
Maka dari itu berikut beberapa hal yang harus dilakukan untuk mempercepat proses pemulihan setelah kuret dilakukan.
- Selama dua minggu atau sampai leher rahim kembali ke ukuran normal, sebaiknya Mama tidak melakukan hubungan seksual dengan pasangan terlebih dahulu. Pasalnya, berhubungan seks setelah menjalani kuret biasanya dapat menyebabkan rahim mudah terinfeksi.
- Menggunakan pembalut untuk mengurangi perdarahan. Penggunaan tampon dan pembersihan vagina wajib dihindari, setidaknya selama dua minggu setelah menjalani prosedur kuret.
- Jangan melakukan aktivitas berat atau pun mengangkat beban berat setelah melakukan proses kuret.
- Melakukan kontrol secara rutin ke dokter untuk memastikan bahwa rahim kembali ke ukuran normal dan memastikan tidak terjadi infeksi pada leher rahim.
- Sebelum menjalani prosedur kuret, Mama perlu berkonsultasi ke dokter kandungan terlebih dahulu. Dengan begitu, dokter akan mencari tahu penyebab keluhan dan gangguan, untuk menentukan apakah diperlukan tindakan kuret atau tidak.
Nah, itulah ketiga fakta yang perlu Mama ketahui mengenai prosedur, dampak atau risiko, hingga pemulihan setelah melakukan proses kuret.
Sebelum memutuskan untuk melakukan prosedur yang satu ini, sebaiknya Mama ketahui dan pahamilah 3 poin di atas agar tidak menjadi masalah di kemudian hari.