Apakah Ibu Hamil Harus Mengonsumsi Makanan Organik?
Makanan organik biasanya lebih mahal, tetapi apakah lebih baik dari makanan non organik?
27 Maret 2021
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Mengonsumsi makanan bernutrisi sangat penting untuk perkembangan janin. Selain bernutrisi, faktor lain yang juga harus dipertimbangkan seperti kebersihan atau apakah makanan tersebut mengandung pestisida.
Belakangan banyak dijual makanan organik. Biasanya, makanan organik ini lebih mahal, namun Mama ingin memberikan yang terbaik untuk janin. Makanan organik kurang berbahaya bagi lingkungan dan menghasilkan lebih sedikit paparan pestisida, menurut American Academy of Pediatrics (AAP). Tetapi tidak ada bukti bahwa makanan organik memiliki manfaat nutrisi yang lebih tinggi dibanding makanan konvensional atau non organik.
Lalu apakah ibu hamil harus mengonsumsi makanan organik? Yuk, temukan jawabannya pada ulasan Popmama.com berikut ini.
Apa Itu Makanan Organik?
Menurut definisi, makanan organik memiliki kriteria berikut ini:
- Hanya menggunakan pestisida organik yang disetujui
- Tidak menggunakan pupuk beracun atau sintetis
- Tidak menggunakan pembasmi gulma beracun atau sintetis
- Tidak dapat dimodifikasi secara genetik
- Tidak menerima hormon atau antibiotik (untuk ayam, sapi dan daging lainnya)
Editors' Pick
Apakah Ibu Hamil Sebaiknya Mengonsumsi Makanan Organik?
Banyak pro dan kontra mengenai konsumsi makanan organik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa makanan organik dapat membantu menghindari:
- Pestisida: Penelitian menunjukkan bahwa konsumsi makanan organik menurunkan jumlah pestisida yang masuk ke tubuh, tetapi masih banyak yang harus dipelajari tentang efek pestisida pada manusia.
- Antibiotik: Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan tentang efek jangka panjang dari antibiotik yang diberikan pada hewan dan kemudian dikonsumsi oleh manusia. Tetapi risikonya adalah dalam jangka waktu yang lama, bakteri tertentu pada hewan yang kita makan akan kebal terhadap antibiotik yang rutin kita berikan kepada mereka. Jika orang-orang, pada gilirannya, makan daging yang tidak dimasak dengan benar dan menjadi sakit dengan bakteri yang kebal antibiotik ini, juga dapat menjadi kebal terhadap antibiotik.
- Aditif: Saat membeli makanan yang diproses, memilih varietas organik berarti menghindari pewarna, perasa, dan pengawet buatan. Ada kontroversi seputar apakah aditif tersebut terkait dengan perubahan perilaku pada anak-anak, tetapi Food & Drug Administration (FDA) di Amerika Serikat mengatakan bahwa penelitian saat ini menunjukkan tidak ada hubungan antara pewarna makanan dan masalah perilaku pada anak-anak.
Kekurangan Mengonsumsi Makanan Organik
Selain biaya, berikut beberapa kekurangan dari makanan organik:
- Makanan organik, terutama sayur dan buah, memiliki umur simpan yang lebih pendek. Ini disebabkan karena makanan organik tidak mengandung pengawet. Roti dan makanan pokok lainnya seringkali memiliki tanggal kedaluwarsa lebih awal jika bebas pengawet.
- Rasanya tidak selalu enak. Pikirkan produk organik selalu terasa lebih enak daripada produk konvensional? Mungkin bukan itu masalahnya. Satu analisis tentang sayuran yang ditanam secara organik dan konvensional tidak melaporkan adanya perbedaan yang signifikan dalam kualitas rasa untuk sebagian besar produk.
- "Organik" tidak selalu berarti lebih bergizi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang salah mengira makanan organik sebagai makanan berkalori rendah, dan karena itu, mereka percaya bahwa mereka dapat memakannya lebih sering. Namun, makanan organik masih bisa mengandung kalori tinggi, jadi belum tentu membantu menjaga berat badan yang sehat. Pastikan Mama memeriksa labelnya sebelum membeli atau mengonsumsinya.
Bahan Makanan Organik Apa Saja yang Harus Dikonsumsi?
Para ahli menekankan bahwa memilih lebih banyak buah dan sayuran padat nutrisi dalam bentuk apa pun adalah kuncinya. Tetapi jika Mama ingin makan lebih banyak makanan "hijau", simak daftar berikut:
Makanan organik:
- Apel,
- stroberi,
- anggur,
- seledri,
- persik,
- bayam,
- paprika,
- nektarin,
- mentimun,
- tomat ceri,
- kacang hijau,
- kentang.
Makanan non organik atau konvensional:
- Alpukat,
- jagung manis,
- nanas,
- kubis,
- bawang,
- asparagus,
- mangga,
- pepaya,
- kiwi,
- terong,
- blewah,
- melon,
- kembang kol.
Bila memungkinkan, Mama dapat mengonsumsi makanan organik selama kehamilan, tetapi ingat bahwa yang paling penting adalah memilih berbagai macam buah dan sayuran segar serta matang dalam berbagai warna.
Dan jangan pernah berasumsi bahwa cara organik sepenuhnya aman. Meskipun tidak menggunakan pestisida sintetis, makanan organik masih mungkin mengandung bakteri seperti salmonella di dalamnya. Jadi apakah itu organik atau non organik, ingatlah untuk memasak daging, unggas, dan ikan hingga matang sempurna dan mencuci produk dengan benar sebelum memakannya.
Semoga informasi mengenai mengonsumsi makanan organik saat hamil ini bermanfaat, Ma!
Baca juga:
- Kesukaan Banyak Orang, Apakah Pizza Aman untuk Dikonsumsi saat Hamil?
- Benarkah Konsumsi Wijen saat Hamil Dapat Menyebabkan Keguguran?
- Cocok Jadi Camilan, Ini Manfaat Konsumsi Buah Lontar untuk Ibu Hamil