Jangan Sampai Lahir Prematur, Deteksi dengan Tes Fetal Fibronectin
Ibu hamil yang berisiko dapat melakukan tes ini
9 Agustus 2020
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Semua ibu hamil mengharapkan kehamilan yang sehat tanpa komplikasi. Setiap persalinan berbeda satu dengan yang lain.
Selain itu, Mama pun mengalami banyak perubahan untuk mendukung pertumbuhan janin. Salah satu yang dilakukan tubuh adalah menghasilkan fetal fibronectin. Protein ini bertindak sebagai lem biologis dan membuat kantong ketuban tetap melekat pada lapisan rahim.
Protein ini memiliki hubungan erat dengan persalinan prematur. Jika Mama berisiko, Mama sebaiknya melakukan tes fetal fibronectin untuk mendeteksi risiko persalinan prematur.
Apa itu tes fetal fibronectin dan siapa saja yang harus melakukan tes ini? Yuk, simak ulasannya di Popmama.com.
Apa itu Tes Fetal Fibronectin?
Fetal fibronectin (atau fFN) adalah protein yang diproduksi selama kehamilan oleh sel kantong ketuban. Protein ini bertindak seperti lem biologis, menempelkan kantong ketuban ke lapisan rahim. fFN diproduksi secara alami dalam sekresi servikovaginal hingga 22 minggu pertama kehamilan dan kemudian diproduksi lagi pada akhir trimester ketiga. Jika protein ini terdeteksi antara minggu ke 22 dan 34, itu menunjukkan kemungkinan persalinan prematur.
Untuk mengetahui apakah ibu hamil berisiko mengalami persalinan prematur, maka tes fetal fibronectin dapat dilakukan.
Dokter melakukan tes dengan menyeka sekresi di dekat serviks untuk mengetahui keberadaan fetal fibronectin pada kehamilan minggu 22 dan 34. Hasil positif dari tes fetal fibronectin menjadi petunjuk kalau “lem” telah rusak dan Mama beresiko menjalani persalinan prematur.
Editors' Pick
Siapa yang Harus Melakukan Tes Fetal Fibronectin?
Tes fFN digunakan untuk memeriksa tanda-tanda persalinan prematur sehingga tindakan pencegahan dapat diambil untuk kesehatan dan keselamatan janin. Mama disarankan untuk melakukan tes ini jika:
- Berisiko tinggi mengalami persalinan prematur karena faktor-faktor seperti leher rahim pendek, riwayat kelahiran prematur, atau jika kehamilan terjadi dalam durasi singkat setelah persalinan sebelumnya serta karena faktor gaya hidup yang tidak sehat.
- Mama menunjukkan tanda-tanda seperti sakit punggung terus-menerus, tekanan atau pengetatan panggul atau perut bagian bawah, pendarahan atau bercak pada vagina, kram perut, peningkatan keputihan, atau keputihan berair.