Ibu hamil dengan Gangguan Bipolar: Penanganan dan Komplikasi
Orang dengan gangguan bipolar memiliki perubahan suasana hati yang signifikan
15 Juni 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Gangguan bipolar, sebelumnya disebut gangguan manik depresif, adalah salah satu kondisi kesehatan mental yang sulit untuk diobati. Orang dengan gangguan bipolar memiliki perubahan suasana hati yang signifikan yang mencakup episode manik (tinggi) dan depresi (rendah).
Kondisi ini mungkin dapat membuat mereka dengan kondisi ini enggan untuk mengalami perubahan besar di hidup. Termasuk kehamilan.
Tetapi perlu diingat, memiliki kondisi gangguan bipolar tidak berarti Mama tidak dapat atau tidak boleh memiliki bayi. Itu berarti Mama harus mempertimbangkan pro dan kontra yang terkait dengan kehamilan. Mama juga harus mendiskusikan pilihan ini dengan suami dan dokter.
Jika Mama memiliki gangguan bipolar dan berencana untuk memiliki bayi, dokter dan Mama akan mempertimbangkan:
- Seberapa baik gangguan bipolar dikelola.
- Obat apa yang sedang Mama konsumsi?
- Tingkat keparahan gejala.
- Potensi risiko untuk calon bayi juga dipertimbangkan.
Jika Mama memiliki kondisi ini dan berencana untuk hamil, simak dulu penjelasan Popmama.com tentang ibu hamil dengan gangguan bipolar, penanganan dan komplikasi.
Efek Kehamilan pada Kesehatan Mental
Kehamilan melibatkan perubahan hormonal yang dapat memengaruhi suasana hati. Beberapa hari, Mama mungkin merasa di puncak dunia.
Di hari-hari lain, Mama mungkin merasa mudah tersinggung dan sedih. Gejala gangguan bipolar bisa menjadi lebih menonjol selama kehamilan. Ini juga berlaku untuk jenis masalah kesehatan mental lainnya.
Perempuan mungkin menemukan bahwa kehamilan dapat mengubah suasana hati mereka. Risikonya lebih besar jika gangguan bipolar tidak diobati selama kehamilan.
Editors' Pick
Mengelola Gangguan Bipolar selama Kehamilan
Ketika mempertimbangkan gangguan bipolar dan janin yang sedang berkembang, kekhawatiran terbesar adalah obat digunakan untuk mengelola kondisi Mama. Penstabil suasana hati bisa berbahaya bagi janin yang sedang berkembang.
Belum banyak penelitian tentang hal ini, sehingga efek gangguan bipolar pada kehamilan masih belum jelas.
Namun, satu studi baru-baru ini yang diterbitkan di New England Journal of Medicine menyimpulkan bahwa lithium, terutama ketika dikonsumsi selama trimester pertama, dapat meningkatkan risiko malformasi jantung pada janin.
Studi tersebut juga melaporkan bahwa dari 663 bayi yang terpapar obat, hanya 16 yang ditemukan memiliki kelainan ini
Hasil dari tinjauan studi menunjukkan bahwa valproat yang dikonsumsi selama kehamilan dapat meningkatkan risiko cacat neurologis pada bayi. Dalam banyak kasus, cacat tampaknya sembuh pada usia 12 bulan. Penulis ulasan mencatat bahwa data yang mereka gunakan berkualitas rendah, dan ada kebutuhan untuk studi tambahan.
Diperlukan lebih banyak penelitian untuk mendukung temuan ini, tetapi intinya adalah bahwa obat gangguan bipolar dapat berdampak pada perkembangan janin.
Untuk membantu mencegah komplikasi janin, Mama harus memberi tahu dokter kandungan tentang semua obat yang digunakan untuk menangati gangguan bipolar.
Jika memungkinkan, dokter akan memutuskan untuk menghentikan obat tertentu dan mengganti metode pengobatan. Misalnya psikoterapi.