Bedanya Kehamilan di Jepang dengan Negara Lain, Apa Saja?
Di Jepang, berat badan ibu hamil pun dijaga ketat oleh dokter
1 April 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Setiap negara pasti memiliki cara yang berbeda terkait dengan perawatan ibu hamil. Entah itu perbedaan hukum, budaya, fasilitas kesehatan, saran dokter dan lain sebagainya.
Jepang dikenal oleh masyarakat dunia dengan kesediaan layanan serta fasilitasnya yang memudahkan ibu hamil dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Jepang juga banyak memberikan bantuan keuangan untuk keluarga yang akan memiliki anak untuk pertama kalinya.
Tentu saja hal ini membuat Jepang memiliki situasi kehamilan yang berbeda dengan negara lainnya.
Kira-kira apa saja hal yang membedakan kehamilan di Jepang dengan negara lainnya?
Berikut ini Popmama.com telah rangkum bedanya kehamilan di Jepang dengan negara lain, apa saja?
Yuk, simak bersama!
1. Lencana kehamilan atau tanda bersalin
Perbedaan pertama yang dimiliki oleh Jepang adalah lencana kehamilan. Sama seperti di Korea Selatan, ibu hamil di Jepang akan diberikan semacam lencana yang menandakan bahwa mereka sedang hamil.
Lencana ini memiliki tujuan untuk mempermudah mereka menggunakan transportasi umum, terutama saat mereka masih berada di trimester pertama ketika baby bump masih belum terlihat.
2. Aturan mengenai makan sushi, daging mentah, dan minum teh
Jika menyangkut tentang makanan, kebanyakan negara barat tidak akan menyarankan ibu hamil untuk makan ikan mentah seperti sushi. Alasannya adalah dikarenakan risiko adanya bakteri atau kontaminasi, serta tingkat merkuri yang tinggi pada ikan.
Ikan mentah membawa risiko mengandung cacing parasit, dan kebanyakan studi menyatakan untuk memeriksa apakah ikan sudah dibekukan atau belum jika Mama ingin makan ikan mentah.
Di Jepang, saran yang diberikan sedikit berbeda, Ma. Dokter tidak akan memperingatkan untuk tidak mengonsumsi ikan mentah, bahkan dianggap sebagai sumber nutrisi umum yang baik untuk makanan prenatal.
Teh pun sama. Kebanyakan negara akan memberikan saran untuk tidak mengonsumsi minuman yang mengandung kafein. Kafein adalah stimulan dan beberapa penelitian telah menunjukkan risiko bagi bayi yang belum lahir seperti berat badan lahir rendah dan kehamilan postmatur.
Di Jepang, dokter tidak menganggap minum teh sebagai risiko untuk ibu hamil, sehingga seringkali tidak menyarankan untuk tidak meminumnya.
Namun, ketika berbicara tentang daging mentah, baik Jepang maupun sebagian besar negara lain akan merekomendasikan untuk tidak mengonsumsi jenis daging mentah apa pun saat hamil.
Editors' Pick
3. Batas berat badan
Di negara barat maupun Indonesia, sangat umum jika perempuan hamil disarankan 'makan untuk berdua' dengan tujuan meningkatkan pemberian nutrisi kepada bayi di dalam perut.
Di Jepang, dokter akan selalu memonitor berat badan perempuan yang sedang hamil dengan sangat serius saat check-up rutin. Saran yang diberikan tentang kenaikan berat badan cukup ketat.
Mereka direkomendasikan untuk tidak menambah berat badan lebih antara 7 sampai 12 kilogram selama kehamilan mereka.
Alasan kenapa mereka tidak boleh menambah berat terlalu banyak adalah karena ada anggapan bahwa kelahiran dan persalinan akan lebih mudah dan tidak berisiko jika berat badan diatur sedemikian rupa.
Selain itu, ada penekanan besar terhadap penambahan berat badan pada perempuan setelah melahirkan, sehingga praktik yang satu ini akan memudahkan mereka untuk kembali ke berat badan mereka sebelum hamil.
Hal ini juga bisa membantu sang ibu untuk lebih aktif dan energik untuk merawat bayi mereka.
4. Vitamin untuk prenatal
Di negara barat, dokter yang merekomendasikan suplemen vitamin ketika hamil adalah hal yang umum. Vitamin yang umum dianjurkan untuk perempuan hamil biasanya asam folat, kalsium, vitamin C, dan zinc.
Hal ini dilakukan untuk memastikan bayi mendapatkan semua nutrisi yang dibutuhkan untuk tumbuh dan berkembang saat Mama melakukan diet makanan.
Di Jepang meskipun suplemen di atas sangat mudah didapatkan di apotek, banyak ahli kesehatan yang tidak menganjurkan untuk meminum vitamin tersebut.
Daripada itu, banyak warga Jepang yang percaya bahwa diet sehat yang seimbang dengan mengonsumsi buah-buahan, sayur-sayuran dan susu akan menyediakan semua vitamin yang dibutuhkan tubuh saat hamil.
Tentu saja dokter percaya mengonsumsi buah dan sayuran lebih baik daripada mengonsumsi suplemen buatan. Satu-satunya pengecualian adalah mereka sering menyarankan perempuan untuk mengonsumsi suplemen asam folat saat trimester pertama.
5. Anestesi epidural
Di belahan dunia manapun, prosedur anestesi epidural merupakan hal yang sangat umum dilakukan sebelum melakukan persalinan.
Anesti epidural disuntikkan ke tulang belakang ibu hamil dan berguna untuk meredakan nyeri selama persalinan. Di Amerika, sekitar 50% perempuan akan menggunakan anestesi epidural.
Namun di Jepang hal ini sama sekali tidak umum. Memang beberapa rumah sakit tidak akan menawarkan prosedur ini sama sekali.
Ada beberapa omongan yang mengatakan beberapa hal negatif soal melahirkan tanpa rasa sakit, dan hal ini wajar terjadi tidak hanya di Jepang saja. Banyak orang Jepang merasa bahwa kelahiran alami tanpa pereda nyeri dapat membuat ikatan lebih antara ibu dan anak.
6. Biaya untuk inkubasi
Jika bayi lahir secara prematur atau dengan masalah kesehatan lain, mereka harus didiamkan di dalam inkubator di rumah sakit untuk memantau perkembangan mereka.
Di beberapa negara, hal ini menambah daftar panjang biaya tambahan di rumah sakit untuk orang tua baru. Di Amerika Serikat, biaya inkubasi per hari bisa mencapai 200 Dollar Amerika. Hal ini pun berlaku di Indonesia, di mana biaya inkubasi per malamnya adalah 2 sampai 2,5 juta Rupiah.
Di Jepang, banyak rumah sakit yang menawarkan jasa ini secara gratis. Orangtua hanya perlu menambahkan biaya popok dan juga susu.
Beberapa rumah sakit juga ada yang memberikan biaya atas jasa ini, jadi sebelum memulai para orangtua harus memastikan terlebih dahulu.
Wow, sangat membantu sekali ya, Ma!
7. Rawat inap dan kunjungan kerabat
Merupakan hal yang normal untuk pasangan ataupun kerabat untuk menemani seorang perempuan setelah mereka melahitkan.Namun hal ini tidak berlaku di Jepang, Ma.
Di Jepang sendiri, hanya sang ibu dan sang bayi yang dibolehkan untuk tetap ada di rumah sakit sebelum dan sesudah persalinan selesai. Kerabat tentu saja boleh berkunjung, namun hanya di jam-jam tertentu.
Kebanyakan orang mungkin akan merasa hal ini sangat aneh dan terlalu membebani untuk si ibu, namun di Jepang hal ini dianggap lebih nyaman untuk dilakukan.
Sang ibu akan lebih fokus terhadap bayi mereka, dan jika membutuhkan bantuan, perawat di rumah sakit akan dengan senang hati membantu si ibu selama dirawat di rumah sakit.
Nah itulah tadi pembahasan mengenai bedanya kehamilan di Jepang dengan negara lain. Apakah Mama memiliki pengalaman melahirkan di Jepang?
Baca juga:
- 9 Tradisi Unik di Jepang untuk Menyambut Kelahiran Bayi
- Fakta Menarik tentang Kehamilan di Jepang yang Perlu Mama Ketahui
- Ibu di Jepang Minta Anak Minum ASI yang Dibekukannya Selama 19 Tahun