Ibu hamil disarankan untuk tetap berolahraga. Rutin berolahraga selama kehamilan memberikan beragam manfaat, seperti membuat tubuh tetap sehat, mengurangi stres, hingga nantinya dapat mempermudah proses persalinan.
Jenis olahraga yang umumnya direkomendasikan untuk ibu hamil adalah yoga, berenang, dan jalan kaki. Olahraga tersebut disebut aman dan boleh dilakukan oleh ibu hamil serta bisa memberikan manfaat yang baik.
Lalu, bagaimana dengan jenis olahraga lain sepertin lari maraton? Apakah ibu hamil boleh melakukan lari maraton?
Lari maraton tidak sama seperti lari biasanya, Ma. Maraton merupakan lari dengan jarak panjang sekitar 42 km dan umumnya dilakukan di jalan raya atau di alam bebas seperti hutan.
Pada tingkat profesional atau perlombaan, lari maraton diikuti oleh atlet-atlet yang terlatih. Semantara itu, lari maraton kini banyak dijadikan acara atau event seperti fun run yang dapat diikuti oleh masyarakat umum. Acara lari maraton tidak memiliki batasan peserta, biasanya diikuti oleh ratusan bahkan ribuan orang.
Nah, mengingat jarak larinya yang cukup panjang, seseorang yang akan mengikuti lari maraton perlu rutin berlatih dan perlu mempersiapkan kondisi fisik yang bugar.
Editors' Pick
Manfaat Lari untuk Ibu Hamil
freepik/tirachardz
Lari dan olahraga secara umum memiliki manfaat yang baik untuk ibu hami, di antaranya adalah sebagai berikut:
mengurangi stres dan meningkatkan suasana hati,
meningkatkan energi tubuh dan memperlancar aliran darah tubuh,
mengurangi rasa nyari selama kehamilan,
mengurangi risiko diabetes gestasional,
meningkatkan kualitas tidur, dan
bantu optimalkan pertumbuhan bayi secara keseluruhan.
Apakah Boleh Melakukan Lari Maraton saat Hamil?
Freepik/tirachardz
Mengutip dari Romper, boleh tidaknya ibu hamil lari maraton tergantung pada beberapa hal, yaitu kondisi kesehatan tubuh, kondisi kehamilan, dan seberapa aktif bumil sebelum hamil.
Ibu hamil boleh lari maraton apabila kondisi tubuh dalam kondisi yang fit dan tidak memiliki penyakit komplikasi atau kehamilan berisiko tinggi seperti preeklamsia, plasenta previa, penyakit jantung, dan penyakit paru-paru.
Apabila kondisi tubuh tidak fit dan memiliki penyakit komplikasi, sebaiknya tidak memaksakan diri lari maraton untuk kesehatan diri sendiri dan janin.
Lalu, ibu hamil juga boleh lari maraton apabila sebelum hamil memang sudah rutin lari maraton. Meski begitu, ibu hamil yang sudah rutin lari maraton pun tetap harus memperhatikan kondisi kesehatan dan kehamilan jika ingin lari maraton.
Penting untuk tidak berlebihan dan tidak memaksakan diri. Sebaiknya hindari dan stop lari maraton jika ada alarm atau pengingat dari tubuh untuk berhenti.
Nah, ibu hamil yang sebelumnya tidak pernah lari maraton disarankan untuk tidak lari maraton. Lari maraton tergolong olahraraga berat dan ibu hamil tidak disarakan untuk melakukan suatu aktivitas berat yang baru selama kehamilan karena bisa menyebabkan kadar hormon kortisol meningkat.
Peningkatan kadar hormon kortsol dapat meningkatkan risiko preeklampsia, keguguran, dan masalah pertumbuhan janin.
Tips untuk Ibu Hamil yang akan Maraton
Freepik
Mama yang ingin lari maraton sebaiknya konsultasi dan meminta izin dari dokter terlebih dahulu. Nah, jika sudah mendapatkan izin dari dokter untuk ikut maraton, Mama bisa mengikuti tips berikut:
tetap terhidrasi dengan banyak minum air putih sebelum, saat, dan setelah lari maraton,
gunakan pakaian khusus olaharaga yang dapat menyerap keringat saat lari maraton,
pakai sepatu yang nyaman,
hindari lari maraton jika cuaca sedang panas atau lembap,
kombinasikan lari dan jalan kaki selama maraton,
berhenti lari jika sudah ada "alarm" dari tubuh seperti pusing, nyeri lutut dan kaki, denyut jantung lebih dari 90 bpm, dan
istirahat yang cukup sebelum dan setelah lari maraton.
Nah, jadi ibu hamil boleh lari maraton selama dalam kondisi fit, tidak ada penyakit komplikasi, dan tentunya sudah dapat izin dari dokter. Semoga informasi ini membantu, Ma!